Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla (JK) mengungkapkan, persediaan beras pemerintah jelang perayaan Idul Fitri 1437 Hijriah masih aman. Menurut dia, saat ini Indonesia belum perlu melakukan impor beras.
"Tidak perlu (impor) karena kalau pangan, maksudnya beras, tak ada masalah," ujar JK di Perum Bulog, Selasa (10/5).
JK menuturkan, persediaan beras menjelang lebaran di Indonesia justru melimpah, karena konsumsi beras di bulan puasa cenderung menurun. Lagipula, dalam sejarahnya, Indonesia tidak pernah kesulitan beras saat mendekati lebaran.
"Sebelumnya kan puasa satu bulan dan makan beras lebih sedikit kan. Jadi, tidak ada kejadian kesulitan beras di Lebaran," terang dia.
Namun demikian, JK menilai, persediaan pangan selain beras justru akan menipis jelang lebaran. Misalnya saja, ayam, telur, ikan dan cabai, serta beberapa bahan pangan yang umumnya dikonsumsi masyarakat jelang lebaran.
Khusus untuk daging ayam, tradisi di Indonesia memang saat Lebaran masyarakat menjadikan opor ayam sebagai santapan khas. Tak heran, konsumsi ayam pasti akan melebihi biasanya.
Di sisi lain, kondisi ini akan menjadi momentum bagi petani mendapatkan harga baik untuk bahan pangan yang mereka jual.
"Jadi, biarlah ini menjadi kesempatan bagi petani mendapatkan hadiah lebaran dengan harga yang baik," imbuh JK.
Sebelumnya Bulog mengklaim, siap menghadapi bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri tahun 2016 dengan persediaan sembilan bahan pokok (sembako). Kesiapan ini terlihat dari kecukupan suplai beras dan persiapan menghadapi permasalahan distribusi pengiriman bahan sembako.
Saat ini, suplai beras mencapai 1,9 juta ton. Padahal, kebutuhan konsumsi beras rata-rata 300ribu ton dalam satu bulan. Itu berarti, kebutuhan stok beras sampai hari raya Idul Fitri masih terpenuhi.
(gen)
Rabu, 11 Mei 2016
Bulog Jadi Simpul Kepentingan
Rabu, 11 Mei 2016
Persediaan Beras untuk Puasa dan Lebaran Dijamin Aman
JAKARTA, KOMPAS — Perum Bulog merupakan simpul kepentingan konsumen dan produsen yang tak ingin dirugikan dalam mata rantai produksi dan distribusi bahan pangan, terutama beras. Pemerintah, melalui Bulog, berupaya menyeimbangkan kepentingan semua pihak terkait bahan pangan itu.
”Oleh karena itu, pemerintah harus tepat mengambil langkah menjaga keseimbangan harga pangan. Satu hal baik untuk konsumen, tetapi di lain hal juga menarik bagi produsen. Ini tidak mudah. Apalagi jika konsumen yang harus diperhatikan dari kelompok masyarakat tidak mampu,” kata Wakil Presiden Jusuf Kalla saat memberikan kuliah umum pada HUT Ke-49 Perum Bulog, di Jakarta, Selasa (10/5).
Agar tidak terjadi gejolak, pemerintah perlu menetapkan harga batas bawah dan atas untuk komoditas beras. Kebijakan yang salah terkait bahan pangan, terutama beras, kata Jusuf Kalla, bisa berdampak serius. Masyarakat akan kesulitan. Adapun bagi pemerintah, kebijakan soal pangan yang tidak tepat dapat memunculkan gejolak politik.
Mengambil kebijakan yang tepat terkait dengan bahan pangan, khususnya beras, bukan hal yang mudah. Langkah ini mengandung kompleksitas persoalan karena harus dapat menjaga stabilitas ketersediaan dan harga pangan. Bulog mengemban tugas itu, dengan instrumen fasilitas dan modal yang dimiliki.
Jusuf Kalla menyebutkan, pihak yang bertugas di Bulog seperti duduk di kursi panas sebab banyak pejabat di lembaga ini yang tersangkut masalah hukum. Namun, Jusuf Kalla berharap Bulog tidak lagi menjadi lembaga yang dipakai sebagai sapi perah penggunaan dana operasional.
Tantangan Bulog saat ini, selain menyerap produksi beras petani sebanyak mungkin, juga mendistribusikan ke konsumen dengan efisien. Selama ini, Bulog rata-rata menyerap 7-8 persen dari produksi beras petani. Artinya, sekitar 92-93 persen beras lain ada di tangan pedagang beras. Konsumen umumnya mengonsumsi beras dari pedagang, bukan dari Bulog. Pedagang berperan penting dalam rantai distribusi beras ke konsumen.
Menjamin
Perum Bulog menjamin persediaan beras untuk memenuhi kebutuhan puasa dan Lebaran aman. Bulog berupaya menstabilkan harga pangan melalui penyediaan pasar-pasar alternatif.
Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan, stok Bulog saat ini sebanyak 2 juta ton. Separuh dari stok itu berupa beras dan separuhnya berupa gabah kering panen. ”Saat ini kami masih menyerap gabah dan beras. Kami berharap stok bisa sebanyak 2,5 juta ton,” ujarnya.
Menurut Djarot, kebutuhan beras selama puasa tidak terlalu besar karena selama puasa masyarakat mengurangi konsumsi beras. Yang perlu dilakukan adalah menjaga harga pangan agar tetap wajar. Bulog menyediakan pasar alternatif dan menjalin sinergi dengan sejumlah pihak.
”Kami meluncurkan Rumah Pangan Kita serta bekerja sama dengan PT Berdikari menyediakan daging sapi dan PT Bhanda Ghara Reksa menyediakan bawang merah,” ujarnya.
RPK Mendekatkan Bahan Pangan ke Masyarakat secara Langsung
Harapan dan kekhawatiran terkait persoalan pangan masih muncul.Sebagian kalangan yakin dengan masa depan karena kemampuan teknologi membantu manusia mengembangkan sektor pertanian. Namun, sebagian pihak pesimistiskarena iklim global yang terus berubah.
”Tidak ada orang yang bisa menjamin tahun depan tidak ada El Nino atau perubahan iklim panas luar biasa,” kata Wakil Presiden Jusuf Kalla saat memberikan kuliah umum pada perayaan ulang tahun ke-49 Perum Bulog di Jakarta, Selasa (10/5).
Terkait bahan pangan, komoditas beras dinilai sebagai komoditas yang paling sensitif terhadap harga. Sebab, kenaikan dan penurunan harga berimplikasi langsung terhadap petani dan konsumen, terutama dari masyarakat berpenghasilan rendah.
Kondisi ini berbeda dengan fluktuasi harga komoditas bahan pangan lain, seperti sawit, jagung, cokelat, dan kopi. Banyak orang yang justru senang jika harga komoditas itu naik.
Mengenai konsumsi bahan pangan, kata Kalla, ada kenyataan yang patut diperhatikan. Sejauh ini Indonesia mengimpor 70 juta ton gandum per tahun, yang sebagian diolah menjadi mi instan dan roti. Meskipun nyaris tidak terdengar ada protes,kenyataan ini menyimpan kekhawatiran.
Jika gandum menggantikan bahan makanan utama warga Indonesia, hal itu secara ekonomi tidak menguntungkan. Sebab, gandum sulit dikembangkan dalam jumlah besar di wilayah Indonesia. Angka impor gandum itu, kata Kalla, cukup mengkhawatirkan.
Di acara yang sama, Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti menyebutkan, saat ini harga daging sapi dan bawang merah masih tinggi. Harga daging sapi masih di atas Rp 100.000 per kilogram (kg), sedangkan harga bawang merah Rp 45.000 per kg. Harga bawang merah diharapkan turun menjadi Rp 25.000 per kg.
Direktur Komersial Perum Bulog Fadzri Sentosa mengemukakan, Rumah Pangan Kita (RPK) merupakan outlet pangan kecil yang dikelola perorangan dan komunitas. RPK bertujuan mendekatkan bahan pangan kepada masyarakat secara langsungsehingga bisa memotong jalur distribusi pangan yang panjang.
”Kami telah memiliki 349 RPK yang tersebar di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Ke depan akan dikembangkan lebih lanjut di daerah-daerah yang harga pangannya kerap bergejolak,” ujarnya.
(NDY/HEN)
http://print.kompas.com/baca/2016/05/11/Bulog-Jadi-Simpul-Kepentingan
Persediaan Beras untuk Puasa dan Lebaran Dijamin Aman
JAKARTA, KOMPAS — Perum Bulog merupakan simpul kepentingan konsumen dan produsen yang tak ingin dirugikan dalam mata rantai produksi dan distribusi bahan pangan, terutama beras. Pemerintah, melalui Bulog, berupaya menyeimbangkan kepentingan semua pihak terkait bahan pangan itu.
”Oleh karena itu, pemerintah harus tepat mengambil langkah menjaga keseimbangan harga pangan. Satu hal baik untuk konsumen, tetapi di lain hal juga menarik bagi produsen. Ini tidak mudah. Apalagi jika konsumen yang harus diperhatikan dari kelompok masyarakat tidak mampu,” kata Wakil Presiden Jusuf Kalla saat memberikan kuliah umum pada HUT Ke-49 Perum Bulog, di Jakarta, Selasa (10/5).
Agar tidak terjadi gejolak, pemerintah perlu menetapkan harga batas bawah dan atas untuk komoditas beras. Kebijakan yang salah terkait bahan pangan, terutama beras, kata Jusuf Kalla, bisa berdampak serius. Masyarakat akan kesulitan. Adapun bagi pemerintah, kebijakan soal pangan yang tidak tepat dapat memunculkan gejolak politik.
Mengambil kebijakan yang tepat terkait dengan bahan pangan, khususnya beras, bukan hal yang mudah. Langkah ini mengandung kompleksitas persoalan karena harus dapat menjaga stabilitas ketersediaan dan harga pangan. Bulog mengemban tugas itu, dengan instrumen fasilitas dan modal yang dimiliki.
Jusuf Kalla menyebutkan, pihak yang bertugas di Bulog seperti duduk di kursi panas sebab banyak pejabat di lembaga ini yang tersangkut masalah hukum. Namun, Jusuf Kalla berharap Bulog tidak lagi menjadi lembaga yang dipakai sebagai sapi perah penggunaan dana operasional.
Tantangan Bulog saat ini, selain menyerap produksi beras petani sebanyak mungkin, juga mendistribusikan ke konsumen dengan efisien. Selama ini, Bulog rata-rata menyerap 7-8 persen dari produksi beras petani. Artinya, sekitar 92-93 persen beras lain ada di tangan pedagang beras. Konsumen umumnya mengonsumsi beras dari pedagang, bukan dari Bulog. Pedagang berperan penting dalam rantai distribusi beras ke konsumen.
Menjamin
Perum Bulog menjamin persediaan beras untuk memenuhi kebutuhan puasa dan Lebaran aman. Bulog berupaya menstabilkan harga pangan melalui penyediaan pasar-pasar alternatif.
Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan, stok Bulog saat ini sebanyak 2 juta ton. Separuh dari stok itu berupa beras dan separuhnya berupa gabah kering panen. ”Saat ini kami masih menyerap gabah dan beras. Kami berharap stok bisa sebanyak 2,5 juta ton,” ujarnya.
Menurut Djarot, kebutuhan beras selama puasa tidak terlalu besar karena selama puasa masyarakat mengurangi konsumsi beras. Yang perlu dilakukan adalah menjaga harga pangan agar tetap wajar. Bulog menyediakan pasar alternatif dan menjalin sinergi dengan sejumlah pihak.
”Kami meluncurkan Rumah Pangan Kita serta bekerja sama dengan PT Berdikari menyediakan daging sapi dan PT Bhanda Ghara Reksa menyediakan bawang merah,” ujarnya.
RPK Mendekatkan Bahan Pangan ke Masyarakat secara Langsung
Harapan dan kekhawatiran terkait persoalan pangan masih muncul.Sebagian kalangan yakin dengan masa depan karena kemampuan teknologi membantu manusia mengembangkan sektor pertanian. Namun, sebagian pihak pesimistiskarena iklim global yang terus berubah.
”Tidak ada orang yang bisa menjamin tahun depan tidak ada El Nino atau perubahan iklim panas luar biasa,” kata Wakil Presiden Jusuf Kalla saat memberikan kuliah umum pada perayaan ulang tahun ke-49 Perum Bulog di Jakarta, Selasa (10/5).
Terkait bahan pangan, komoditas beras dinilai sebagai komoditas yang paling sensitif terhadap harga. Sebab, kenaikan dan penurunan harga berimplikasi langsung terhadap petani dan konsumen, terutama dari masyarakat berpenghasilan rendah.
Kondisi ini berbeda dengan fluktuasi harga komoditas bahan pangan lain, seperti sawit, jagung, cokelat, dan kopi. Banyak orang yang justru senang jika harga komoditas itu naik.
Mengenai konsumsi bahan pangan, kata Kalla, ada kenyataan yang patut diperhatikan. Sejauh ini Indonesia mengimpor 70 juta ton gandum per tahun, yang sebagian diolah menjadi mi instan dan roti. Meskipun nyaris tidak terdengar ada protes,kenyataan ini menyimpan kekhawatiran.
Jika gandum menggantikan bahan makanan utama warga Indonesia, hal itu secara ekonomi tidak menguntungkan. Sebab, gandum sulit dikembangkan dalam jumlah besar di wilayah Indonesia. Angka impor gandum itu, kata Kalla, cukup mengkhawatirkan.
Di acara yang sama, Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti menyebutkan, saat ini harga daging sapi dan bawang merah masih tinggi. Harga daging sapi masih di atas Rp 100.000 per kilogram (kg), sedangkan harga bawang merah Rp 45.000 per kg. Harga bawang merah diharapkan turun menjadi Rp 25.000 per kg.
Direktur Komersial Perum Bulog Fadzri Sentosa mengemukakan, Rumah Pangan Kita (RPK) merupakan outlet pangan kecil yang dikelola perorangan dan komunitas. RPK bertujuan mendekatkan bahan pangan kepada masyarakat secara langsungsehingga bisa memotong jalur distribusi pangan yang panjang.
”Kami telah memiliki 349 RPK yang tersebar di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Ke depan akan dikembangkan lebih lanjut di daerah-daerah yang harga pangannya kerap bergejolak,” ujarnya.
(NDY/HEN)
http://print.kompas.com/baca/2016/05/11/Bulog-Jadi-Simpul-Kepentingan
Selasa, 19 April 2016
Tradisi Wiwit Panen Padi, Perkaya Budaya Jawa
Senin, 18 April 2016
KULONPROGO – Tradisi wiwit memasuki masa panen raya padi, masih dilakukan para petani di Pedukuhan Geden, Desa Sidorejo, Kecamatan Lendah, Kulonprogo. Tradisi ini menjadi ungkapan rasa syukur yang dikemas dalam agenda budaya. Kegiatan inipun diminati beberapa turis mancanegara. Wiwit yang dalam bahasa Jawa, berarti mengawali.
Tradisi ini rutin dilaksanakan setiap tahun untuk mengawali masa penen padi. Kegiatan wiwit ini diawali dengan melaksanakan kirab mengelilingi kampung. Mereka juga membawa aneka perlengkapan atau yang dikenal dengan ubo rampe.
Mulai dari nasi gurih, ingkung, tumpeng aneka jajan pasar dan beberapa hasil bumi. Dalam kirab ini juga ditampilkan aneka seni budaya yang ada di Sidorejo. Kesenian yang ada dan menjadi budaya turun temurun ini masih dilestarikan.
Tarian reoh ikut ditampilkan untuk menghibur para undangan. “Wiwit ini rutin dilaksanakan setiap tahun, untuk melestarikan budaya,” jelas Waluyo Jati, sesepi Desa Sidorejo yang juga ketua paniatia. Pedukuhan Geden dihuni 106 kepala keluarga (KK) atau 301 jiwa.
Dengan luasan sekitar 52 hektare, terdiri dari areal persawahan 8 hektare, tegalan 24 hektare, dan pekarangan 20 hektare. Tahun ini produksi padi yang dihasilkan mencapai tujuh kiloram dengan ubinan 2,5 hektar. Produksi ini cukup tinggi, mengingat lahan yang ada berupa lahan persawahan tadah hujan.
“Wiwit ini menjadi ungkapan rasa syukur atas melimpahnya hasil panen,” jelasnya. Prosesi wiwit sendiri diakhirnya dengan dia bersama. Setelah itu dilakukan rebutan gunungan dan aneka ubo rampe yang diarak dalam kirab. Warga sendiri sangat antusias berebut makanan, yang diyakini akan membawa berkah bagi kehidupan.
”Ini dapat kacang nanti dimasak bersama sayuran yang lain,” jelas Magut, warga Jatirejo, yang setiap tahu selalu ikut rebutan. Turis asal Australia, Elenor mengaku tertarik dengan tradisi ini. Diapun ikut berbaur dengan peserta dan mengenakan pakaian jawa, seperti peserta yang lain.
Elenor sendiri mengaku sudah mengikuti tradisi wiwit Bantul dan Sleman. “Makanannya disini enak, tradisinya juga unik,” jelas mahasiswa yang ikut dalam pertukaran pelajar.
Kuntadi
KULONPROGO – Tradisi wiwit memasuki masa panen raya padi, masih dilakukan para petani di Pedukuhan Geden, Desa Sidorejo, Kecamatan Lendah, Kulonprogo. Tradisi ini menjadi ungkapan rasa syukur yang dikemas dalam agenda budaya. Kegiatan inipun diminati beberapa turis mancanegara. Wiwit yang dalam bahasa Jawa, berarti mengawali.
Tradisi ini rutin dilaksanakan setiap tahun untuk mengawali masa penen padi. Kegiatan wiwit ini diawali dengan melaksanakan kirab mengelilingi kampung. Mereka juga membawa aneka perlengkapan atau yang dikenal dengan ubo rampe.
Mulai dari nasi gurih, ingkung, tumpeng aneka jajan pasar dan beberapa hasil bumi. Dalam kirab ini juga ditampilkan aneka seni budaya yang ada di Sidorejo. Kesenian yang ada dan menjadi budaya turun temurun ini masih dilestarikan.
Tarian reoh ikut ditampilkan untuk menghibur para undangan. “Wiwit ini rutin dilaksanakan setiap tahun, untuk melestarikan budaya,” jelas Waluyo Jati, sesepi Desa Sidorejo yang juga ketua paniatia. Pedukuhan Geden dihuni 106 kepala keluarga (KK) atau 301 jiwa.
Dengan luasan sekitar 52 hektare, terdiri dari areal persawahan 8 hektare, tegalan 24 hektare, dan pekarangan 20 hektare. Tahun ini produksi padi yang dihasilkan mencapai tujuh kiloram dengan ubinan 2,5 hektar. Produksi ini cukup tinggi, mengingat lahan yang ada berupa lahan persawahan tadah hujan.
“Wiwit ini menjadi ungkapan rasa syukur atas melimpahnya hasil panen,” jelasnya. Prosesi wiwit sendiri diakhirnya dengan dia bersama. Setelah itu dilakukan rebutan gunungan dan aneka ubo rampe yang diarak dalam kirab. Warga sendiri sangat antusias berebut makanan, yang diyakini akan membawa berkah bagi kehidupan.
”Ini dapat kacang nanti dimasak bersama sayuran yang lain,” jelas Magut, warga Jatirejo, yang setiap tahu selalu ikut rebutan. Turis asal Australia, Elenor mengaku tertarik dengan tradisi ini. Diapun ikut berbaur dengan peserta dan mengenakan pakaian jawa, seperti peserta yang lain.
Elenor sendiri mengaku sudah mengikuti tradisi wiwit Bantul dan Sleman. “Makanannya disini enak, tradisinya juga unik,” jelas mahasiswa yang ikut dalam pertukaran pelajar.
Kuntadi
Kamis, 14 April 2016
Bulog Teken MoU Serap Gabah Petani
Kamis,14 April 2016
KLATEN – Penyerapan gabah hasil panen petani Klaten musim tanam Oktober-Maret oleh Badan Urusan Logistik (Bulog) masih rendah, baru sekitar 10 persen dari total panen. Upaya kerja sama antara Bulog dan beberapa instansi dilakukan agar penyerapan hasil panen ke gudang Bulog maksimal. Rabu (13/4), Perum Bulog Sub Divre Surakarta menandatangani pernyataan komitmen serap gabah petani bersama Dinas Pertanian (Dispertan) Klaten, Kantor Ketahanan Pangan (KKP), dan Kodim 0723/Klaten di pendapa Dispertan. Di dalamnya tertuang bahwa Bulog wajib menyerap gabah kering giling (GKG) petani Klaten. Dalam kegiatan yang dihadiri perwakilan kelompok tani itu, disampaikan peraturannya pembelian gabah kering panen (GKP) dan GKG oleh Bulog yang diatur dalam Instruksi Presiden RI nomor 5 Tahun 2015. Tak semua hasil panen bisa dibeli, karena Bulog terikat pada ketentuan, terutama kadar air dan butir hampa. Bulog membeli GKG seharga Rp 4.650/kg dengan kadar air maksimal 14 persen, dan hampa kotoran 3 persen. Adapun GKP dibeli Rp 3.700/kg bila kadar air maksimal 25 persen dan hampa kotoran 10 persen. Untuk pembelian beras mencapai Rp 7.300/kg bila beras memenuhi ketentuan. Dijemur Dulu ‘’Dalam Kesepakatan serap gabah, Bulog diharapkan menyerap gabah petani dalam bentuk GKG bukan GKP. Bulog tak bisa membeli GKP karena tak ada sarana. Namun kelompok tani punya lantai jemur, jadi petani bisa menjemur dulu sebelum dijual ke Bulog,’’ kata Dandim 0723 Klaten, Letkol Inf Bayu Jagat. Kodim Klaten akan menyiapkan tim pemantau penyerapan gabah yang dilakukan Bulog, beserta harganya. Menurutnya, Bulog berani membeli GKG Rp 5.000/kg di Ngawen, lebih tinggi dari Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Jadi petani pun diminta memenuhi standar Bulog. Kepala Dispertan Klaten, Wahyu Prasetyo menambahan, kerja sama tersebut diharapkan menguntungkan kedua belah pihak, baik Bulog maupun petani. Karenanya, Bulog juga diminta melakukan sosialisasi kepada petani soal standarisasi gabah dan beras yang bisa diterima Bulog. ‘’Bulog tidak boleh membeli sembarang gabah, karena terikat aturan dalam Inpres. Misalnya soal kadar air, itu mutlak dipenuhi karena menyangkut ketahanan saat disimpan dalam jangka waktu tertentu. Kerja sama ini akan dilakukan setiap musim panen,’’ ujar Wahyu. Tahun ini, kata dia, target luas tanam padi di Klaten mencapai 69.000 hektare untuk dua musim tanam, yakni Oktober-Maret dan April-September. Saat ini, sudah tercapai sekitar 39.000 hektare. Saat ini, masih ada sekitar 10.000 hektare yang belum dipanen dan menjadi sasaran kerja sama kali ini. ‘’Dari data Bagian Perekonomian, total panen baru terserap 10 persen. Mudah-mudahan masih ada peningkatan,’’ ujar dia.(F5-68)
KLATEN – Penyerapan gabah hasil panen petani Klaten musim tanam Oktober-Maret oleh Badan Urusan Logistik (Bulog) masih rendah, baru sekitar 10 persen dari total panen. Upaya kerja sama antara Bulog dan beberapa instansi dilakukan agar penyerapan hasil panen ke gudang Bulog maksimal. Rabu (13/4), Perum Bulog Sub Divre Surakarta menandatangani pernyataan komitmen serap gabah petani bersama Dinas Pertanian (Dispertan) Klaten, Kantor Ketahanan Pangan (KKP), dan Kodim 0723/Klaten di pendapa Dispertan. Di dalamnya tertuang bahwa Bulog wajib menyerap gabah kering giling (GKG) petani Klaten. Dalam kegiatan yang dihadiri perwakilan kelompok tani itu, disampaikan peraturannya pembelian gabah kering panen (GKP) dan GKG oleh Bulog yang diatur dalam Instruksi Presiden RI nomor 5 Tahun 2015. Tak semua hasil panen bisa dibeli, karena Bulog terikat pada ketentuan, terutama kadar air dan butir hampa. Bulog membeli GKG seharga Rp 4.650/kg dengan kadar air maksimal 14 persen, dan hampa kotoran 3 persen. Adapun GKP dibeli Rp 3.700/kg bila kadar air maksimal 25 persen dan hampa kotoran 10 persen. Untuk pembelian beras mencapai Rp 7.300/kg bila beras memenuhi ketentuan. Dijemur Dulu ‘’Dalam Kesepakatan serap gabah, Bulog diharapkan menyerap gabah petani dalam bentuk GKG bukan GKP. Bulog tak bisa membeli GKP karena tak ada sarana. Namun kelompok tani punya lantai jemur, jadi petani bisa menjemur dulu sebelum dijual ke Bulog,’’ kata Dandim 0723 Klaten, Letkol Inf Bayu Jagat. Kodim Klaten akan menyiapkan tim pemantau penyerapan gabah yang dilakukan Bulog, beserta harganya. Menurutnya, Bulog berani membeli GKG Rp 5.000/kg di Ngawen, lebih tinggi dari Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Jadi petani pun diminta memenuhi standar Bulog. Kepala Dispertan Klaten, Wahyu Prasetyo menambahan, kerja sama tersebut diharapkan menguntungkan kedua belah pihak, baik Bulog maupun petani. Karenanya, Bulog juga diminta melakukan sosialisasi kepada petani soal standarisasi gabah dan beras yang bisa diterima Bulog. ‘’Bulog tidak boleh membeli sembarang gabah, karena terikat aturan dalam Inpres. Misalnya soal kadar air, itu mutlak dipenuhi karena menyangkut ketahanan saat disimpan dalam jangka waktu tertentu. Kerja sama ini akan dilakukan setiap musim panen,’’ ujar Wahyu. Tahun ini, kata dia, target luas tanam padi di Klaten mencapai 69.000 hektare untuk dua musim tanam, yakni Oktober-Maret dan April-September. Saat ini, sudah tercapai sekitar 39.000 hektare. Saat ini, masih ada sekitar 10.000 hektare yang belum dipanen dan menjadi sasaran kerja sama kali ini. ‘’Dari data Bagian Perekonomian, total panen baru terserap 10 persen. Mudah-mudahan masih ada peningkatan,’’ ujar dia.(F5-68)
Kamis, 07 April 2016
Gudang Bulog Dibanjiri Beras Impor
Kamis, 07 April 16
SUARADESA, INDRAMAYU – Beras impor asal Vietnam membanjiri gudang milik Sub Divre Bulog Indramayu. Beras impor tersebut disimpan di sejumlah gudang dengan jumlah bervariasi.
Kasie Pelayanan Publik Sub Divre Bulog Indramayu Apip Wijaya mengatakan, di Kabupaten In dra mayu, terdapat 4.000 ton beras impor asal Vietnam.”Beras im por untuk menjaga stok beras yang ada. Mengenai pengguna an nya masih dipertimbangkan,” kata dia, belum lama ini.
Bulog Indramayu juga memastikan, karena masih ada pengadaan dari hasil panen petani, beras impor dipastikan ti dak akan dikeluar kan dari gudang dalam waktu dekat ini.”Untuk kebutuhan raskin, kita akan pa kai hasil panen pe tani dari hasil penyerapan mitra-mitra Bulog di desa- desa,” sebutnya.
Ketua LSM Surya Dharma Besar Buntaran mengatakan, salah satu andalan perekonomian Kabupaten Indramayu saat ini ada lah bidang pertanian. Dengan luas lahan yang sangat besar dan mampu menghasikan pro duksi padi hingga 1,7 juta ton se tiap tahun, sangat naif jika Kabu paten Indramayu dikatakan se bagai daerah rawan pangan. (okezone)
http://www.suaradesa.com/berita/2016/04/07/gudang-bulog-dibanjiri-beras-impor
SUARADESA, INDRAMAYU – Beras impor asal Vietnam membanjiri gudang milik Sub Divre Bulog Indramayu. Beras impor tersebut disimpan di sejumlah gudang dengan jumlah bervariasi.
Kasie Pelayanan Publik Sub Divre Bulog Indramayu Apip Wijaya mengatakan, di Kabupaten In dra mayu, terdapat 4.000 ton beras impor asal Vietnam.”Beras im por untuk menjaga stok beras yang ada. Mengenai pengguna an nya masih dipertimbangkan,” kata dia, belum lama ini.
Bulog Indramayu juga memastikan, karena masih ada pengadaan dari hasil panen petani, beras impor dipastikan ti dak akan dikeluar kan dari gudang dalam waktu dekat ini.”Untuk kebutuhan raskin, kita akan pa kai hasil panen pe tani dari hasil penyerapan mitra-mitra Bulog di desa- desa,” sebutnya.
Ketua LSM Surya Dharma Besar Buntaran mengatakan, salah satu andalan perekonomian Kabupaten Indramayu saat ini ada lah bidang pertanian. Dengan luas lahan yang sangat besar dan mampu menghasikan pro duksi padi hingga 1,7 juta ton se tiap tahun, sangat naif jika Kabu paten Indramayu dikatakan se bagai daerah rawan pangan. (okezone)
http://www.suaradesa.com/berita/2016/04/07/gudang-bulog-dibanjiri-beras-impor
Selasa, 05 April 2016
Gabah Petani Ditolak Bulog, Laporkan ke Kodim
Selasa, 5 April 2016
JEMBER, (PR).- Pertanian di Kabupaten Jember pada medio April 2016 ini sudah memasuki panen raya. Menurut data Dinas Pertanian Kabupaten Jember hampir 80 % lahan sawah awal April ini melaksanakan panen raya.
Direktur Prasarana Kementerian Pertanian RI Suprapti pada Senin, 4 April 2016, tiba di Makodim 0824 Jember bersama Kepala Bulog Divisi Regional Jember Khosim. Staf Dinas Pertanian dan instansi terkait lainnya pun hadir, bersama Komandan Kodim 0824 Jember mengadakan sidak di beberapa lahan memonitor penyerapan gabah oleh Bulog.
Lahan pertama yang dikunjungi di kelompok tani Karya Tani Desa Sabrang Kecamatan Ambulu Jember yang disambut oleh Danramil 0824/24 Ambulu Kapten Inf Hari Sampurno, Kepala UPTD, kelompok tani melaksanakan hitung ubinan terhadap hasil panennya. Hasil panen kali ini cukup melimpah dengan 9,3 ton per hektare. Jumlah itu meningkat dari sekitar 8 ton per hektare sebelumnya.
Jajaran pejabat pun mengecek kadar air gabah kering panen (GKP) yang hanya 23%. Bulog Divre Jember pun menebusnya seharga Rp 3.700/kg gabah.
Komandan Kodim 0824 Jember Muhammad Nas berpesan kepada petani untuk melapor apabila ada gabah yang ditolak oleh Bulog. “Tolong segera laporkan saya, nanti saya akan cek langsung kepada Ka Bulog, kami siap sepenuhnya dukung penyerapan gabah ini,” katanya.
Kepala Bulog Divre Jember Khosim pun mengatakan, pihaknya bekerjasama dengan Dandim 0824 untuk penyerapan gabah secara maksimal.
“Namun tentunya saya juga berharap agar petani berupaya memenuhi ketentuan maksimal sehingga gabahnya memiliki pasaran yang lebih tinggi, misalnya dengan panenan ini kemudian dikeringkan hingga menjadi gabah kering giling (GKG) dengan kadar air 14% maka harganya akan menjadi Rp 4.650/kg,” kata Khosim.***
http://www.pikiran-rakyat.com/nasional/2016/04/05/gabah-petani-ditolak-bulog-laporkan-ke-kodim-365810
JEMBER, (PR).- Pertanian di Kabupaten Jember pada medio April 2016 ini sudah memasuki panen raya. Menurut data Dinas Pertanian Kabupaten Jember hampir 80 % lahan sawah awal April ini melaksanakan panen raya.
Direktur Prasarana Kementerian Pertanian RI Suprapti pada Senin, 4 April 2016, tiba di Makodim 0824 Jember bersama Kepala Bulog Divisi Regional Jember Khosim. Staf Dinas Pertanian dan instansi terkait lainnya pun hadir, bersama Komandan Kodim 0824 Jember mengadakan sidak di beberapa lahan memonitor penyerapan gabah oleh Bulog.
Lahan pertama yang dikunjungi di kelompok tani Karya Tani Desa Sabrang Kecamatan Ambulu Jember yang disambut oleh Danramil 0824/24 Ambulu Kapten Inf Hari Sampurno, Kepala UPTD, kelompok tani melaksanakan hitung ubinan terhadap hasil panennya. Hasil panen kali ini cukup melimpah dengan 9,3 ton per hektare. Jumlah itu meningkat dari sekitar 8 ton per hektare sebelumnya.
Jajaran pejabat pun mengecek kadar air gabah kering panen (GKP) yang hanya 23%. Bulog Divre Jember pun menebusnya seharga Rp 3.700/kg gabah.
Komandan Kodim 0824 Jember Muhammad Nas berpesan kepada petani untuk melapor apabila ada gabah yang ditolak oleh Bulog. “Tolong segera laporkan saya, nanti saya akan cek langsung kepada Ka Bulog, kami siap sepenuhnya dukung penyerapan gabah ini,” katanya.
Kepala Bulog Divre Jember Khosim pun mengatakan, pihaknya bekerjasama dengan Dandim 0824 untuk penyerapan gabah secara maksimal.
“Namun tentunya saya juga berharap agar petani berupaya memenuhi ketentuan maksimal sehingga gabahnya memiliki pasaran yang lebih tinggi, misalnya dengan panenan ini kemudian dikeringkan hingga menjadi gabah kering giling (GKG) dengan kadar air 14% maka harganya akan menjadi Rp 4.650/kg,” kata Khosim.***
http://www.pikiran-rakyat.com/nasional/2016/04/05/gabah-petani-ditolak-bulog-laporkan-ke-kodim-365810
Jumat, 01 April 2016
Bulog Siap Beli Beras Petani Rp 3.800/Kg
Kamis, 31 Maret 2016
BATANG, jatengterkini - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan, hasil panen padi setiap tahunnya mengalami peningkatan. Oleh sebab itu, petani diharapkan tidak khawatir terhadap hasil menjualan panenan padi.
Apalagi pihak Bulog sudah sepakat untuk membeli hasil panen dengan harga Rp 3.800 per kg. Sebagaimana ditegaskan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, saat berdialog dengan petani di Desa Klidang Wetan, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang, Kamis (31/3).
"Kami akui ada peningkatan hasil produksi pertanian meski demikian petani diharapkan jangan khawatir untuk menjual hasil panennya. Kami juga sudah sepakat dengan Bulog untuk membeli gabah petani tanpa memperhatikan rendemennya, tentunya dengan harga Rp 3.800 per kg untuk sawah pinggir jalan," tegasnya.
Pemerintah, lanjutnya, berusaha meningkatkan produktivitas pertanian dengan harapan agar bisa swasembada pangan. Karena itu pemerintah melalui Kementrian Pertanian akan terus memberikan bantuan berupa benih dan peralatan untuk modernisasi pertanian serta melakukan perbaikan saluran irigasi.
“Kami akan memberikan bantuan bibit dan alat berupa traktor sebanyak 50 buah pada petani Kabupaten Batang. Kami mengharapkan pada kepala dinas pertanian daerah harus mampu memberikan 70.000 kg untuk diserap Perum Bulog,” tambahnya.
Dalam kesempatan terpisah, Wakil Bupati Batang Soetadi, menambahkan daerah persawahan di Wilayah Kabupaten Batang, memiliki batas utara pantai dan selatan pegunungan dieng yang dari tahun ke tahun ada peningkatan hasil produksi panen padi. Sedangkan peningkatan hasil pertanian ini selain ditunjang iklim yang baik juga karena peran dari Kodim dan Polres serta para pendamping dalam membimbing para petani.
"Hasil produksi pertanian pada tahun 2014 menghasilkan gabah padi kurang lebih 155.000 Ton dan tahun 2015 menghasilkan 197.000 Ton, ada 40% peningkatan hasil padi yang dicapai. Kami terus berharap adanya bantuan peralatan dan bibit padi yang memadahi dari Mentan sehingga setiap tahun diharapkan ada peningkatan hasil,” tandasnya. (adhy kuncoro-01)
http://www.jatengterkini.com/berita/2814/bulog-siap-beli-beras-petani-rp-3-800-kg
BATANG, jatengterkini - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan, hasil panen padi setiap tahunnya mengalami peningkatan. Oleh sebab itu, petani diharapkan tidak khawatir terhadap hasil menjualan panenan padi.
Apalagi pihak Bulog sudah sepakat untuk membeli hasil panen dengan harga Rp 3.800 per kg. Sebagaimana ditegaskan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, saat berdialog dengan petani di Desa Klidang Wetan, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang, Kamis (31/3).
"Kami akui ada peningkatan hasil produksi pertanian meski demikian petani diharapkan jangan khawatir untuk menjual hasil panennya. Kami juga sudah sepakat dengan Bulog untuk membeli gabah petani tanpa memperhatikan rendemennya, tentunya dengan harga Rp 3.800 per kg untuk sawah pinggir jalan," tegasnya.
Pemerintah, lanjutnya, berusaha meningkatkan produktivitas pertanian dengan harapan agar bisa swasembada pangan. Karena itu pemerintah melalui Kementrian Pertanian akan terus memberikan bantuan berupa benih dan peralatan untuk modernisasi pertanian serta melakukan perbaikan saluran irigasi.
“Kami akan memberikan bantuan bibit dan alat berupa traktor sebanyak 50 buah pada petani Kabupaten Batang. Kami mengharapkan pada kepala dinas pertanian daerah harus mampu memberikan 70.000 kg untuk diserap Perum Bulog,” tambahnya.
Dalam kesempatan terpisah, Wakil Bupati Batang Soetadi, menambahkan daerah persawahan di Wilayah Kabupaten Batang, memiliki batas utara pantai dan selatan pegunungan dieng yang dari tahun ke tahun ada peningkatan hasil produksi panen padi. Sedangkan peningkatan hasil pertanian ini selain ditunjang iklim yang baik juga karena peran dari Kodim dan Polres serta para pendamping dalam membimbing para petani.
"Hasil produksi pertanian pada tahun 2014 menghasilkan gabah padi kurang lebih 155.000 Ton dan tahun 2015 menghasilkan 197.000 Ton, ada 40% peningkatan hasil padi yang dicapai. Kami terus berharap adanya bantuan peralatan dan bibit padi yang memadahi dari Mentan sehingga setiap tahun diharapkan ada peningkatan hasil,” tandasnya. (adhy kuncoro-01)
http://www.jatengterkini.com/berita/2814/bulog-siap-beli-beras-petani-rp-3-800-kg
Langganan:
Postingan (Atom)