Minggu, 2 Februari 2014
RMOL. Meski berkonsentrasi pada perjuangan buruh Indonesia, namun tokoh pergerakan Moh. Jumhur Hidayat memastikan bahwa tidak mungkin melupakan gerakan petani. Sebab perjalanan hidupnya juga berubah karena memperjuangkan nasib petani yang tanahnya diserobot oleh para konglomerat.
"Karena gerakan membela petani yang tanahnya digusur di berbagai wilayah Indonesia, saya dipecat dari ITB dan vonis penjara tiga tahun meringkuk di penjara Nusakambangan dan Sukamiskin," tegas Jumhur saat menyampaikan pidato solidaritas pada Kongres IV Serikat Petani Indonesia (SPI) di Serang, Banten (2/3), yang disambut tepuk tangan riuh ribuan petani.
Menurut Jumhur, yang seakan bernostaliga bersama petani, kedaulatan pangan tidak mungkin terjadi tanpa kedaulatan petani dan kedaulatan petani atas tanahnya tidak mungkin terjadi tanpa reforma agraria atau land reform. Karena itu gerakan petani harus juga menjadi gerakan elektoral untuk memenangkan pemimpin atau partai yang pro reforma agraria.
"Ini tahun politik, maka kalau ada orang mengaku pemimpin dan mengaku partai pro rakyat tapi tidak peduli dengan gerakan reforma agraria, maka itu adalah pemimpin dan partai pro rakyat gadungan," ungkap Jumhur berapi-api diiringi gemuruh tepuk tangan hadirin.
Hadir dalam pembukaan kongres itu di antaranya Utusan Khusus Presiden untuk Kemiskinan HS. Dillon, Ketua Komisi IX DPR RI Ribka Tjiptaning dan tentunya Ketua Umum SPI Hendry Saragih. Dalam pidato politiknya juga, Hendry Saragih menegaskan bahwa tanah adalah untuk petani, tidak boleh ada impor pangan dan gerakan petani harus membangun organisasi yang bagus dan rapih. [ysa]
http://www.rmol.co/read/2014/03/02/145815/Jumhur-Hidayat:-Pemimpin-dan-Partai-Gadungan-Tidak-Pro-Reforma-Agraria!-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar