9 November 2013
Setiap 10 November kita selalu mengibarkan bendera satu tiang penuh. Di sekolah, di kantor, di mana saja. Dengan khidmat, upacara penghormatan dilakukan untuk memperingati Hari Pahlawan.
Seremonial tahunan ini menjadi satu refleksi bagi kita semua untuk mengenang jasajasa besar para pahlawan Indonesia yang dengan ikhlas mengorbankan segenap jiwa dan raga yang dimiliki hingga tetes darah penghabisan. Semua itu demi satu tujuan: Kemerdekaan! Merdeka dari penghisapan, merdeka dari penjajahan, dan merdeka dari kebodohan. Sebagaimana layaknya sebuah refleksi, peringatan hari pahlawan tidak cukup jika kita sekadar memasang bendera satu tiang penuh dan mengikuti upacara kebesaran, lantas selesai begitu saja tanpa ada satu nilai.
Peringatan Hari Pahlawan, atau hari bersejarah Indonesia yang lain, bukanlah seremonial belaka. Refleksi adalah suatu proses permenungan bersama, sejauh mana kita sebagai generasi penerus bangsa, terlebih pemuda terlibat aktif dalam proses pembangunan bangsa ke depan. Harus kita sadari bersama, memori kolektif bangsa Indonesia menempatkan pemuda sebagai penanda sejarah transisi demokrasi dan alih generasi.
Kisah sukses pengawalan proses alih generasi dan transisi demokrasi oleh para pemuda ini terus berlangsung sepanjang perjalanan sejarah bangsa Indonesia dari masa ke masa. Masih awet dalam memori bangsa kita bagaimana pemuda menjadi suksesor kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Belum lagi apa yang kita peringati hari ini, 10 November 68 tahun silam, ketika semangat para pemuda Indonesia menjadi senjata ampuh untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari tentara Inggris yang membombardir kota Surabaya.
Juga, pada tahun 1966 ketika terjadi transisi dari orde lama ke orde baru, peranan pemuda sangat signifikan untuk merekonstruksi tatanan baru. Demikian pula yang terjadi pada tahun 1998, dengan penuh harapan, pemuda mengawal agenda reformasi. Mahasiswa bahkan menjadi penentu dalam proses alih generasi dari orde baru ke orde reformasi. Gerak para pemuda di masa lalu ikut membentuk ujud dan rupa bangsa ini.
Sayangnya, selama 15 tahun reformasi terdapat distorsi orientasi yang dilakukan oleh pengambil kebijakan. Agenda pengawalan secara politik seperti tak terkendali dalam konteks demokrasi yang overdosis. Dalam situasi kegalauan politik, bagaimana kemungkinan keterlibatan pemuda masa kini dalam menyongsong agenda alih generasi di masa mendatang?.
Pemuda dan Transisi Demokrasi
Ada beberapa pertimbangan dalam melihat kemungkinan keterlibatan para pemuda dalam proses transisi demokrasi di masa mendatang. Pertama, mengingat keterlibatangenerasi muda dalam proses transisi ini adalah satu keniscayaan, mereka harus dipersiapkan sehingga tidakterjadi politicalshock.Para pemuda harus pandai beradaptasi dengan iklim politik yang terus berubah. Generasi muda harus cerdik mengelola dinamika politik yang kian hari kian tak menentu.
Kini demokrasi kita sedang di persimpangan jalan dan menghadapi tantangan besar dalam memuluskan proses alih generasi. Pada saatnya pemuda tidak bisa lari dari tanggung jawab mengemban tugas menyukseskan agenda alih generasi yang sedang kita songsong. Kedua, keterlibatan generasi muda dalam proses transisi demokrasi harus mempertimbangkan prinsip peralihan kekuasaan secara damai. Bangsa Indonesia telah melewati critical moment dalam proses berdemokrasi.
Kita tidak mungkin kembali berbicara tentang Indonesia yang rapuh. Kecil kemungkinan pendulum politik mengarah pada kepemimpinan otoriter. Para pemuda harus memikirkan langkahlangkah cerdas dan inovatif dalam menyongsong era baru demokrasi Indonesia. Sejak reformasi 1998, agenda ”demokratisasi” telah memasuki usia akil balig (15 tahun). Pendewasaan politik kita sedang diuji daya tahannya.
Wajar apabila demokrasi kita kini sedang galau. Ibarat menggali sumur untuk mencari air jernih, kita masih menggali sampai 15 meter saja. Air yang kita peroleh pun masih banyak keruhnya. Terlalu dini bagi kita untuk mendamba kualitas kejernihan demokrasi yang bagus. Kita patut mengapresiasi segala upaya untuk mengakselerasi tingkat kualitas demokrasi saat ini. Yang perlu diwaspadai adalah munculnya apatisme dari kalangan muda terhadap proses politik demokrasi.
Gejala sikap skeptis para pemuda terhadap dunia politik akan kian menjauhkan dari kemajuan demokrasi yang kita idamkan. Membaca kondisi sosialpolitik bangsa kita yang sedang memasuki masa transisi, perlu ada langkah-langkah mendasar dan visi jauh ke depan dalam merancang demokrasi Indonesia yang lebih stabil. Kaum muda harus bersiap diri dan terus berinovasi membina dan mengelola arus gerakan.
Pertama, yang harus dilakukan kaum muda adalah mengembalikan solidaritas sosial di tengah munculnya individualisme dan transaksionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kesetiakawanan sosial harus menjadi nilai inti. Bila sistem sosialsatunegara rapuh, tidakada tali ikat yang kokoh, maka akan terciptakonfliksosialyangsangat mengganggu simpul gerakan para pemuda. Kedua, agenda gerakan pemuda harus diarahkan pada upaya menjawab tantangan masa depan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan kedaulatan ekonomi.
Penguasaan ilmu pengetahuan dan pertumbuhan ekonomi adalah dua hal yang inheren. Keduanya saling menopang. Upaya meningkatkan kualitas produk-produk ilmu pengetahuan harus terintegrasidenganvisikedaulatan ekonomi bangsa. Untuk meningkatkan perekonomian bangsa dibutuhkan inovasiinovasi produk dari semua sektor. Kaum muda harus berjiwa penemu dan pada saat yang sama juga harus berjiwa wirausaha.
Untuk menghadapi dinamika ekonomi masa depan, etos wirausaha dapat membentuk pribadi kuat dan pantang menyerah. Ketiga, yang paling penting dan mendasar dalam menghadapi transisi demokrasi di masa mendatang adalah memperkokoh ideologi kebangsaan. Penguatan ideologi menjadikan Indonesia lebih perkasa. Tidak terpahami dan diamalkannya ideologi bangsa, akan merapuhkan sendi-sendi bernegara.
Tidak ada satu negara pun yang lemah ideologinya mampu bersaing dengan negara-negara lain yang memiliki kekokohan ideologi. Kuatnya ideologi negara memberikan jaminan dan harapan besar terwujudnya Indonesia yang bermartabat. Kaum muda harus menjadi pelopor dalam menampilkan ideologi bangsa pada tingkat implementasi di segala bidang.
Generasi Penerus Bangsa
Generasi muda diharapkan lebih aktif terlibat langsung dalam proses politik di negeri ini. Dalam dunia politik, sekurangkurangnya kita mengenal tiga bentuk keterlibatan. Bentuk keterlibatan politik yang pertama adalah political inspiring, yaitu upaya politik dengan menggunakan inspirasi-inspirasi. Bentuk tindakan politik dengan pola menginspirasi semacam ini penting untuk membangkitkan kesadaran masyarakat dalam mencapai kedaulatan.
Bentuk keterlibatan politik yang kedua adalah political influences, yaitu berpolitik dengan cara mempengaruhi. Pola ini selangkah lebih maju. Pemuda sebagai pelaku politik mulai melakukan gerakan kontrol dan melakukan kritik melalui berbagai bentuk mediasi. Keterlibatan politik yang ketiga adalah dalam bentuk political practiced, yaitu pelaku politik terlibat langsung menjadi pengambil keputusan. Para pemuda dapat berjuang secara langsung melalui sistem dan struktur kekuasaan.
Jalan setapak demokrasi Indonesia masih panjang. Citacita menjadi negara demokrasi yang kuat dan disegani masih harus terus diperjuangkan. Proses alih generasi juga bermakna transformatif yang membutuhkan keringat dan pengorbanan para pemuda. Bila kaum muda masa kini acuh tak acuh dan cenderung menyumpah serapahi politik demokrasi, enggan berpartisipasi, maka kita akan semakin susah bermimpi akan Indonesia yang besar dan berdaulat.
Kedaulatan negara harus terus diperjuangkan di berbagai sektor. Impor pangan semakin tinggi, lilitan hutang negara yang terus mengikat hingga penguasaan asing atas mineral seakan melemahkan langkah ”macan Asia” ini untuk berdaulat. Kedaulatan pangan, energi dan ekonomi adalah harga mati yang dijaga di atas bumi pertiwi. Globalisasi memang tidak diharamkan, akan tetapi sudah selayaknya menjadi momentum Indonesia tampil sebagai pionir dan penengah, bukan justru menjadi boneka. Menghadapi tugas berat ini, adalah tugas kita para pemuda untuk menggenapi perjuangan pahlawan bangsa. Semangat para pemuda tidak boleh luntur meski seribu generasi berganti.
ALI MASYKUR MUSA
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama
http://koran-sindo.com/node/343152
Tidak ada komentar:
Posting Komentar