4 November 2013
Produksi kedelai tahun 2013 diperkirakan hanya 807.570 ton biji kering, turun 4,22 persen.
JAKARTA - Ketua Dewan Kedelai Nasional, Benny Kusbini, menjelaskan penurunan produksi kedelai dalam kurun 2010-2013 disebabkan pemerintah tidak memiliki grand strategy pembangunan, terutama target mencapai swasembada kedelai pada 2014.
Selain tidak memiliki grand strategy, tidak adanya koordinasi antarkementerian atau lembaga terkait tidak hanya membuat produksi kedelai menurun. Namun, komoditas pangan yang lainnya juga mengalami penurunan produksi.
“Jadi, selama dengan kondisi dan situasi seperti itu yang ada hanya pola wacana-wacana saja. Harusnya satu sama lain mendukung padahal anggaran selalu meningkat,” kata Benny kepada SH, di Jakarta, Senin (4/11).
Lebih lanjut Benny mengatakan, khusus komoditas kedelai, beberapa hal terkait peningkatan produksi kedelai tidak diperhatikan pemerintah. Antara lain pascapanen, harga kedelai di berbagai daerah, lalu transportasi dan produknya.
“Sekarang ini kami menanam kedelai secara sporadis dari Sabang-Marauke dengan lahan terbatas,” tegasnya. Ia juga mengkritik kurangnya peran pemerintah daerah untuk memperbaiki infrastruktur dan penyediaan bibit. Selama ini menurutnya pemerintah daerah tidak memperhatikan persoalan infrastruktur, akibatnya harga produksi akan semakin tinggi.
“Penanaman kedelai tetap di-clustering tidak seperti sekarang. Kalau bisa per daerah 1 ton kedelai kita akan mendapatkan 900.000 ton,”tambahnya.
Produksi Turun
Produksi kedelai tahun 2013 berdasarkan angka ramalan II BPS diperkirakan 807.570 ton biji kering. Ini menurun sebanyak 35.430 ton, atau 4,22 persen dibandingkan tahun 2012 sebesar 843.000 ton.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin, mengatakan tahun 2010-2013 produksi kedelai terus menurun. Berdasarkan data BPS tahun 2010 produksi kedelai 907.000 ton, tahun 2011 turun 851.000 ton, kemudian tahun 2012 mengalami penurunan hingga 843.000 ton.
“Penurunan produksi kedelai diperkirakan terjadi karena turunnya lahan panen seluas 13.490 hektare (2,38 persen) dan produktivitas 0,28 kuintal per hektare (1,89 persen),” kata Suryamin di Jakarta (3/11).
Penurunan produksi kedelai tahun 2013 tersebut diperkirakan terjadi di Jawa sebesar 61.710 ton, meskipun di luar Jawa mengalami peningkatan 26.120 ton.
Untuk perkiraan penurunan produksi kedelai tahun 2013 yang relatif besar terjadi di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara. Perkiraan kenaikan produksi kedelai tahun 2013 terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Banten, Sulawesi Tengah, dan Jawa Barat.
Produksi padi tahun 2013 berdasarkan angka ramalan (Aram II) 70,87 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) atau mengalami peningkatan 1,81 juta ton (2,62 persen) dibandingkan tahun 2012 sebesar 69,06 juta ton.
Suryamin mengatakan, untuk perkembangan produksi padi tahun 2010-2013 terus meningkat. Hanya tahun 2011 mengalami penurunan, yaitu 65,76 juta ton dibandingkan tahun 2010 sebesar 66,47 juta ton.
Dia menjelaskan, peningkatan produksi padi tahun 2013 tersebut dipekirakan terjadi di Jawa sebesar 0,87 juta ton dan di luar Jawa sebesar 0,94 juta ton.
“Peningkatan produksi padi diperkirakan terjadi karena peningkatan luas panen seluas 324.390 hektare (2,41 persen) dan produktivitas sebesar 0,10 kuintal per hektarer (0,19 persen),” ia menambahkan.
Perkiraan kenaikan produksi padi tahun 2013 yang relatif besar terjadi di Provinsi Jawa Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Banten, dan Aceh. Perkiraan penurunan produksi padi tahun 2013 yang relatif besar terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Riau, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Kenaikan produksi padi tahun 2013 sebesar 1,81 juta ton (2,62 persen) terjadi pada sub-round Januari-April dan perkiraan sub-round September-Desember masing-masing 0,24 juta ton (0,73 persen) dan 2,18 juta ton (16,27 persen), sedangkan pada sub-round Mei-Agustus mengalami penurunan 0,60 juta ton (2,56 persen) dibandingkan produksi padi pada sub-round yang sama tahun 2012 (year on year).
“Pola panen padi tahun 2013 relatif sama dengan pola panen tahun 2011 dan 2012. Puncak panen padi periode Januari-Agustus tahun 2011, 2012, dan 2013 terjadi pada bulan Maret,” ia menjelaskan.
Sumber : Sinar Harapan
http://www.shnews.co/detile-27468-swasembada-kedelai-hanya-wacana.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar