3 November 2013
SIAGA-BENGKAYANG. Aksi kekerasan terhadap wartawan kembali mengusik insan PERS hingga LSM dan Media menjadi isu Nasional diberbagai media. Kekerasan tersebut membuat LSM dan Media mendesak pihak Kepolisian menindak tegas para pelaku pengeroyokan sesuai laporan Polisi Nomor: LP/346/B/X/2013/Kalbar/Res/Res Bky/SPKT Rabu (30/10/2013) di Polres Bengkayang.
Korban pengeroyokan tersebut bernama Jamli Panago yang notabene Media Daerah Suara Gong Borneo dan Media Nasional SIAGA.CO mengalami luka yang cukup serius pada bagian wajah, kepala, pinggang dan gigi patah akibat dianiaya sekitar 17 orang di perbatasan Jagoi Babang pada Sabtu (26/10) sekitar pukul 4:00 WIBA. Tak hanya itu korban juga diperlakukan tidak manusiawi sebab diinjak dan disiram Bir hingga basah. Jamli saat dihubungi menyampaikan kedatangannya diperbatasan dalam rangka menghadiri undangan kegiatan Pos-Libas untuk peliputan HUT Sumpah Pemuda. Namun tragedi itu tidak pernah Ia bayangkan sebab para pelaku pengeroyokan justru saling mengenal.
“Saat itu Saya datang untuk menghadiri kegiatan HUT Supah Pemuda,” Kata Jamli Sabtu (02/11)
Menurutnya, motip kejadian itu tidak Ia ketahui, sebab tanpa persoalan para pelaku secara bermai-ramai langsung menyeretnya untuk menemui seseorang yang notabenenya penguasa perbatasan dengan sebutan Bos. Dugaannya benar ternyata Bos yang dimaksud adalah Mahud dan Limen. “Gara-gara Wartawan dan Polisi kami menjadi susah, untung Saya kenal kamu, kalau tidak mungkin hanya pulang bawa nama,” Kata Jamli meniru perkataan Limen.
Tragedi dititik Nol perbatasan itu membuat anggota Libas tak tinggal diam dan berusaha meleraikan pertikaian itu, namun pemukulan secara bertubi-tubi hingga tidak terelakan. Dalam kasus ini, perdagangan gula ilegal Malaysia masuk diperbatasan terbilang cukup mudah. Tetapi sejak diberlakukan peraturan pemerintah, gula Illegal dari Negeri Jiran itu kini distop hingga membuat perdagangan mereka terputus, yang akhirnya petugas menjadi sasaran.
Peristiwa tindak kekerasn terhadap PERS ditanggapi oleh beberapa LSM Kabupaten Bengkayang, diantaranya LSM BLHB, IBJI, PWI, LAKIP-45 dan Awanda. Menurut ketua LSM-BLHB Niko Prangkas menyatakan larangan masuknya gula dari Malaysia adalah kewenangan Gubernur, padahal pemerintah melalui APEGTI sudah berupaya mengatasi persoalan gula nasional. “Mereka mengangap Wartawan dan Polisi menjadi biang kerok dari semua ini, namun kenapa Wartawan yang harus menjadi korban,” Tanya Niko heran.
Ketua Aliansi Wartawan Dan Pemuda Kabupaten Bengkayang (AWANDA) Iyel Zainal dalam hal ini akan menuntut para pelaku pengeroyokan sesuai UU-PERS karena sudah menghalang-halangi tugas Jurnalistik. Pimred Radar Borneo ini meminta kepada pihak kepolisian agar tegas menangani persoalan yang menimpa Wartawan. “Jamli datang kesana dalam rangka tugas, tidak boleh ada kekerasan apalagi menghalangi tugas Jurnalist,” Kata Iyel menambahkan.
Senada Ketua IPJI Alimin menyayangkan kebebasan PERS di Kabupaten Bengkayang belum maksimal, sebab masih ada para kulitintah yang menjadi korban kekerasan. Katanya pihak kepolisian harus bertindak tegas bagi pelaku pengeroyokan, selanjutnya para pelaku harus bertanggungjawab secara Moril terhadap kerugian yang dialami korban, karena hingga saat ini korban masih belum pulih dan harus menjalani rawat jalan. “Kebebasan Wartawan sudah diatur dalam UU-PERS, jadi jangan samakan ketika Zaman Orde Baru,” Tambah Alimin.
Sementara Redaktur Eksekutif SIAGA.CO Noviyanto Aji, menyayangkan aksi kekerasan yang dilakukan sekelompok preman yang menimpa wartawannya. Kejadian ini, Aji mendesak kepada pihak aparat terutama Polres Bengkayang agar segera mengusut tuntas kasus kekerasan yang menimpa Wartawannya. “Kami mendesak polisi setempat segera menangkap pelaku pengeroyokan. Kami juga mengutuk aksi kekerasan yang menimpa wartawan kami,” pungkasnya.
Terpisah Wakapolres Bengkayang saat ditemui mengatakan, pihaknya akan segera proses laporan yang sudah masuk. (PERS)
http://www.siaga.co/news/2013/11/03/gula-illegal-ditutup-wartawan-dikeroyok-di-perbatasan-malindo/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar