4 November 2013
KBRN, Mataram : Pembangunan pertanian di Indonesia memiliki tantangan yang sangat berat, sebab masalah pangan merupakan masalah yang sangat strategis, memiliki esensi yang mendasar, dan kebutuhan masyarakat di seluruh Indonesia.
“Pangan yang terpenuhi menjadi idaman semua pihak. Kita tidak perlu bicara masalah mandiri pangan, kedaulatan pangan tidak usah. Kita cukup tahan pangan saja itu sudah lumayan,“ kata Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (DPN Perhiptani), Ir Haji Isran Noor, M.Si, Senin (04/11/2013), pada acara Panen Raya Kedelai dan Temu Wicara yang dipusatkan di Kelompok Tani “Pade Girang“, Kelurahan Karang Pule, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Tahan pangan, menurut Isran Noor, adalah sumber pangan yang berasal dari produksi dalam negeri (domestik) maupun produksi-produksi yang berasal dari luar negeri (impor) ataupun hasil olahan.
“ Yang terpenting negara kita cukup dan tersedia pangan itu,“ urainya.
Pemerintah sekarang telah mencanangkan tahun 2014 surplus beras 10 juta ton untuk menjaga ketahan pangan dari komoditas beras atau nasi.
Menurut Isran Noor, surplus beras tersebut akan tercapai jika faktor atau kendala yang menghambat pencapain program itu tidak ada.
“ Banyak sekali faktor penghambat rencana kesuksesan swasembaga beras atau surplus beras,” imbuhnya.
Faktor penghambat pertama adalah, jumlah konsumsi beras semakin banyak, termasuk di Nusa Tenggara Barat. Faktor lainnya adalah lahan pertanian produktif yang semakin menyusut.
“Banyak menyusut areal-areal produktif yang dulunya tanaman kedelai, tanaman jagung dan tanaman padi, kini berubah menjadi tanaman beton atau semen,“ imbuhnya. (Hayatun/HF)
http://rri.co.id/index.php/berita/76408/Pembangunan-Pertanian-Indonesia-Hadapi-Tantangan-Berat#.Uney01Mutek
Tidak ada komentar:
Posting Komentar