Selasa, 07 Januari 2014

Pupuk Langka, Petani Menjerit

Selasa, 7 Januari 2014

Diduga Dijual ke Luar Sumbar

Solok, Padek—Kelangkaan pu­puk dalam dua pekan ter­ak­hir membuat sejumlah pe­tani di Kabupaten Solok men­jerit. Diduga, kelangkaan pu­puk yang kerap terjadi dari ta­hun ke tahun ini akibat ulah oknum yang menjualnya ke luar Sumbar.

Andi, 45, salah seorang anggota kelompok tani (Ga­pok­tan) Nagari Singkarak, Ke­camatan X Koto Diatas, Ka­bupaten Solok me­ngatakan, saat ini kondisi padi di sawah pen­duduk tengah mem­butuh­kan pupuk Poska, untuk meng­­genjot buah padi. Na­mun, pupuk urea, pupuk pos­ka, dan pupuk SP 36 jarang ditemukan.

“Kondisi ini membuat pa­ra petani menunggu dan me­nunggu tanpa mengetahui ke mana harus mengadu,” kata­nya, kemarin, (6/1).

Hingga saat ini anggota ke­lompok tani yang ber­jum­lah 60 orang dan masyarakat yang ber­profesi sebagai peta­ni lain­nya  heran dengan yang di­­hadapi. Dia mengaku ber­sa­ma petani lainnya telah men­cari ke semua pengencer dan dis­tributor pupuk di Ka­bu­paten Solok. Meski pupuk didapat­kan, namun petani harus mem­­beli dengan harga tinggi.

“Jumlahnya terbatas. Mau tidak mau, karena butuh kita harus beli pupuk. Bayangkan saja, petani harus membeli pupuk urea dengan harga Rp150 ribu hingga Rp180 ribu perkarung. Padahal, harga resmi pupuk urea bersubsidi Rp90 ribu perkarungnya,” beber Andi.

Selain itu, Amri, 60, ang­gota kelompok tani lainnya juga mengeluhkan kelangk­a­an pupuk. Dia menduga ke­lang­­kaan tersebut akibat ok­num pengencer dan distributor ’bermain’ dalam pendis­tri­bu­sian pupuk. “Kuat dugaan pu­­puk yang seharusnya di­dis­tri­busi di Nagari Sing­karak, jus­tru di lempar pengencer dan distributor pupuk ke dae­rah luar,” paparnya.

Tak hanya petani Sing­ka­rak, nasib serupa juga di­alami petani di Nagari Sala­yo, Koto­ba­ru, dan Gantungciri di Ke­ca­matan Kubung yang ma­yo­ri­tas penduduknya ber­profesi se­bagai petani. Kondisi ini je­las membuat petani men­de­rita. Mereka berharap peme­rin­­tah mendengar dan me­nga­­­tasi masalah yang mereka ha­­dapi. “c, 39, petani lainnya.

Salah seorang pemuda di Ke­camatan Kubung, ber­ini­sial “RH” mengatakan, ke­lang­­kaan pupuk dite­nga­rai­nya karena permainan oknum pe­ngecer dan distributor pu­puk. Saat bekerja di salah satu agen pupuk di daerah Riau, RH mengaku sering mener­i­ma pupuk bersubsidi yang di­se­­lundupkan ke daerah ter­se­but.

Pemuda yang tak mau dise­butkan nama lengkapnya itu mengungkapkan, berbagai ca­r­a dilakukan pengecer pu­puk bersubsidi tersebut. Mu­lai dari menukar karung ber­sub­sidi dengan karung non-sub­­­sidi. “Ada juga mereka yang me­rendang pupuk, meng­­­hi­lang­kan warna pupuk ber­subsidi. Ada pula yang meng­hilangkan dengan cara men­tiner merek pupuk asli­nya,” bebernya.

Dalam satu bulan, oknum-ok­­­­num yang menjadi agen pe­ngo­­­por pupuk ilegal ter­sebut mam­pu mengirim pupuk hing­­­­g­a 60 kali. “Bayangkan sa­ja da­lam satu trip, truk fuso pu­puk itu berisikan 20 hingga 30 ton. Ba­­gaimana masya­ra­kat di sini ti­­dak menjerit. Se­dan­g­kan pe­nge­cer semakin ka­ya,” te­gas­nya.

Pengawas Sebut tak Langka

Kepala Dinas Pertanian Ka­­bupaten Solok Iryani me­nga­­kui memang terjadi ke­lang­­kaan pupuk menyeluruh pada setiap distributor pupuk di daerah ini. Namun, perma­sa­­lahan itu terjadi, karena pu­puk MPK dan SP 36 yang lang­sung didatangkan dari Pe­trokimia Gresik.

“Pupuk itu menumpuk di gu­dang Petrokimia. Sebab, kuota pupuk untuk tahun 2014 belum ada. Saat ini te­ngah diajukan,” bebernya.

Sementara itu, menurut lea­ding sector Komisi Pe­nga­wa­san Pupuk Be­r­subsidi dan Pes­tisida (KP­3) bidang Per­eko­nomian Kabupaten So­lok Her­mantias, tidak ter­jadi ke­lang­kaan pupuk di K­abupaten So­­lok. Bahkan, banyak pupuk yang menumpuk di gudang distributor.

“Kita sudah melakukan tiga kali pengecekan pada pe­nge­­cer dan masyarakat. Pu­puk banyak, dan menum­puk malah di gudang. Serta, hing­ga hari ini kami belum men­de­ngar petani yang men­jerit,” ka­t­anya saat dikonfirmasi Pa­dang Ekspres.

Perihal adanya tindakan ok­­num yang me­nyele­weng­kan pupuk bersubsidi ke luar dae­rah, Hermantias belum me­ngetahuinya. Dia men­je­las­kan, dalam ke­pengurusan KP3 ini melibatkan seluruh pi­­hak-pihah yang ada di Ka­bu­­paten So­lok. Mulai dari un­sur pe­me­rintah, pihak ke­po­lisian, Dan­dim, dan war­tawan.

“Selama dalam penga­wa­san di lapangan, belum per­nah kami temukan pe­nye­le­we­ngan pupuk,” katanya. (*)

http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=49180

Tidak ada komentar:

Posting Komentar