Bahkan, Ketua Komisi IV DPR, Romahurmuzy, menyatakan empat dari lima komoditas tersebut tak akan mencapai swasembada pada 2014, kecuali beras. Beras pun diprediksi tak akan mencapai target 10 juta ton.
Menurut dia, dengan adanya aturan pembebasan impor daging premium dan impor bebas sapi siap potong, sesungguhnya swasembada daging sapi ini sudah melenceng jauh dari target yang harus dicapai.
Begitu juga dengan komoditas gula, politisi dari PPP itu menilai ada kesalahan perencanaan. Menurutnya, insentif seharusnya diberikan kepada pabrik gula berbasis tebu, bukan pabrik rafinasi.
Begitu pula dengan kedelai. Saat ini produksi nasional hanya 748.000 ton, jauh dari kebutuhan nasional yang sebesar 2,2 juta ton.
Peningkatan produksi kedelai terkendala sejumlah faktor, mulai dari perluasan area tanam baru hingga kebijakan tata niaga yang terkesan malah menguntungkan jika komoditas tersebut diimpor daripada diproduksi dalam negeri.
Produksi jagung dalam negeri saat ini belum memenuhi syarat industri sehingga impor masih menjadi pilihan.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Winarno Tohir, menilai target pemerintah untuk swasembada pangan sangat sulit karena anggaran untuk sektor pertanian dan nelayan sangat kecil, kemudian infrastruktur seperti irigasi tidak memadai.
"Sebanyak 52 persen infrastruktur pertanian mengalami kerusakan, dan butuh 21 triliun rupiah untuk perbaikan," katanya. Selain itu, tambahnya, subsidi pupuk terus dikurangi, dan terakhir adalah penyaluran benih yang tidak teratur.
Pakar gizi dan keamanan pangan dari Institut Pertanian Bogor, Prof Ahmad Sulaiman, mengatakan swasembada pangan secara keseluruhan akan mengalami hambatan. Kondisi itu disebabkan selama ini, swasembada pangan hanya bertumpu pada Kementerian Pertanian.
Padahal swasembada pangan harus melibatkan kementerian lainnya, seperti Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pekerjaan Umum.
"Selama ini swasembada pangan diserahkan kepada Mentan. Ketika produksi kemudian Kemendag memiliki kebijakan lain dan dipengaruhi oleh importir dan impor pun masuk. Akibatnya, ketika petani semangat menanam namun harganya jatuh akibat produk impor," katanya.
Kementerian PU harus bertanggung jawab untuk pengairan. Selama ini, waduk dan irigasi untuk mengalirkan air ke sawah-sawah petani merupakan warisan dari pemerintah Orde Baru, dan 53 persen rusak. "Itu menjadi penyebab pemerintah belum mencapai sasaran," katanya.
Anggota Komisi IV DPR, Viva Yoga Mauladi, menilai program swasembada pangan hanya merupakan target politik. Dia juga pesimistis swasembada pangan 2014 bisa terwujud.
Salah satu penyebabnya adalah politik anggaran pemerintah yang tidak berpihak pada sektor pertanian. Hal itu tecermin dari minimnya alokasi anggaran Kementan. Menurutnya, Kementan tidak masuk 10 prioritas yang mendapat anggaran besar. Tahun 2014, anggaran Kementan bahkan dipangkas menjadi 15,5 triliun rupiah dari sebelumnya 16,5 triliun rupiah.
Anggota Komisi IV DPR yang juga mantan Menteri Transmigrasi, Siswono Yudhohusodo, menambahkan ketersediaan lahan yang terbatas juga akan menjadi penghambat tercapainya swasembada lima komoditas pada 2014.
Saat ini, lahan pertanian yang mendukung produksi produk utama pangan adalah 10 juta ha atau tidak berbeda jauh dengan lahan perkebunan sebesar 8 juta ha. "Perluasan lahan pertanian sangat diperlukan. Jika tidak, kita akan terus melakukan kebijakan impor pangan," ujarnya.
Tetap Optimistis
Sementara itu, Menteri Pertanian, Suswono, mengaku tetap optmistis bisa mencapainya. Menurut dia, jika dilihat dalam persentase, untuk beras, tingkat swasembada sudah 100 persen, sedangkan jagung 98 persen, dan gula pasir 95 persen. Kemudian untuk kedelai sekitar 30 persen, dan daging sapi sudah 85 persen.
Seperti diketahui, pemerintah menetapkan untuk mencapai swasembada pangan pada tahun 2014, target produksi padi adalah sebesar 76,57 juta ton, jagung 20,82 juta ton, kedelai 2,7 juta ton, gula 3,1 juta ton, dan daging sapi 530.000 ton.
Kementan hanya merevisi target swasembada gula. Masalahnya, swasembada tersebut tidak tercapai karena penambahan lahan yang tidak ada, revitalisasi pabrik belum terlaksana, dan tidak adanya pembangunan pabrik gula baru.
Terkait turunnya anggaran Kementan, Suswono mengatakan, menurunnya anggaran tidak akan mengganggu upaya swasembada, namun Kementan tetap akan mengajukan tambahan anggaran melalui Inisiatif Baru sebesar 7,55 triliun rupiah. Dengan demikian, total anggaran yang diusulkan kementeriannya di tahun depan mencapai 22,96 triliun rupiah.
Mentan mengakui masih ada berbagai kendala yang dihadapi untuk mencapai sasaran produksi pangan, antara lain laju alih fungsi lahan pertanian yang sangat tinggi serta perubahan iklim yang berpengaruh negatif pada upaya peningkatan produksi pangan. Ada pula kendala lainnya, seperti kerusakan infrastruktur pertanian, jalan, dan saluran irigasi yang mencapai 50 persen lebih.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, sejumlah langkah telah diambil, antara lain melakukan pencetakan sawah baru untuk menggantikan alih fungsi lahan pertanian serta perbaikan jaringan irigasi guna meningkatkan indeks pertanaman. sdk/Ant/E-3
http://koran-jakarta.com/?2298-target%20swasembada%20pangan%20utama%20sulit%20terealisasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar