Senin, 20 Januari 2014
Padang, Padek—Sulitnya mencari pupuk di pasaran, ternyata bukan karena kelangkaan. Tapi, lantaran pupuk bersubsidi bertumpuk di PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) Wilayah Sumbar. Ini disebabkan lambannya pemerintah daerah mengeluarkan surat keterangan mengesahkan pendistribusian menghambat penyaluran pupuk ke tangan petani oleh para distributor. Petani terpaksa membeli pupuk mahal.
Kelangkaan pupuk di daerah terjadi sejak akhir tahun lalu. “Pupuk kita tidak langka. Stok penuh, sampai-sampai tidak muat di gudang. Masih ada yang di jalan, dua hari lagi sampai,” ujar Kepala Penjualan Pupuk Iskandar Muda (PIM) Wilayah Sumbar, Iswandi kemarin (19/1).
Menurutnya, pendistribusian pupuk harus sesuai dengan prosedur administrasi yang telah ditetapkan. Salah satunya, SK dari pemerintah daerah setempat dan rencana definitif kelompok (RDK). Kini, dua hal itu yang menyebabkan distribusi pupuk bersubsidi terhambat. Sekalipun pupuk melimpah di gudang, tetap saja tidak dapat didistribusikan.
Sejauh ini, belum satu pun pemerintahan daerah yang mengeluarkan SK tersebut. Sebagai solusi, para distributor diharapkan meminta rekomendasi dari dinas terkait dan melengkapi RDK. “Jika pagi persyaratan dimasukkan, sorenya pupuk dapat dibawa. Pupuk yang disimpan di gudang saat ini mampu menampung kebutuhan petani selama dua atau tiga bulan ke depan,” kata Iswandi.
Baru lima distributor yang telah meminta rekomendasi dari dinas terkait. Yakni, satu kelompok di Pasaman Barat, satu kelompok di Pasaman, dan satu kelompok lagi di Kabupaten Limapuluh Kota, Tanahdatar dan Padang. “Itu baru satu distributor. Sedangkan satu kabupaten ada enam distributor. Di Limapuluh Kota contohnya, baru satu distributor. Padahal, di sana ada enam distributor. Satu distributor itu hanya untuk 2 kecamatan,” jelasnya.
Dia berharap, pemkab/pemko segera mengeluarkan SK, dan mendesak kelompok menyiapkan RDK. Atau, distributor meminta SKPD terkait agar pendistribusian dapat segera dilakukan. Dengan begitu, petani tidak kewalahan dan tidak harus membeli pupuk dengan harga mahal.
Petani seakan tidak ada pilihan kecuali membeli pupuk nonsubsidi dengan selisih harga dua kali lipat. Apa boleh buat, para pengecer dan distributor sendiri yang memiliki pasokan pupuk nonsubsidi.
Asrul, pengecer pupuk di Belimbing Padang, menyebut pupuk nonsubsidi telah kosong sejak akhir November lalu. Menurutnya, hampir setiap tahun petani mengalami nasib serupa.
“Kelompok-kelompok tani di sini butuh pupuk satu sampai dua ton,” papar pemilik toko Rimbun Tani itu. Total pupuk yang dibutuhkan di musim tanam sekitar 10 ton. Di sana, terdapat 4 kelompok tani. Hampir setiap awal tahun terjadi persoalan yang sama. Alasan yang diperoleh, persoalan administrasi.
Menurut Asrul, alangkah baiknya jika segala persoalan administrasi diselesaikan bulan November. Januari semuanya tuntas dan petani tidak teraniaya. Terutama petani sayur yang tidak dapat menunda masa pemupukan. Pupuk yang kosong, sebutnya, seperti pupuk SP, Phonska, Petronik dan pupuk subsidi lainnya. Sedangkan pupuk nonsubsidi, seperti Urea, ZA masih tersedia. Karena sudah menjadi kebutuhan, petani terpaksa membeli pupuk nonsubsidi.
Haji Erwin, distributor pupuk nonsubsidi untuk wilayah Sumbar, Muaro Bungo, Bangko, Rimbopanjang, Riau dan Bengkulu Utara, mengatakan, kelangkaan pupuk tidak hanya terjadi di Sumbar, tetapi hampir di seluruh daerah di Sumatera.
Selisih harga antara pupuk nonsubsidi dengan subsidi dua kali lipat. Sebagai contoh, urea subsidi seharga Rp 100 ribu, nonsubsidi Rp 160 ribu. “Kasihan petani kecil. Tidak terbeli oleh mereka. Tapi kalau petani besar, mungkin saja tidak ada masalah,” papar Direktur PT UD Aneka Tani Mandiri itu.
Masa-masa sekarang menurutnya masa terlaris pupuk. Sebab, curah hujan tinggi dan petani tadah hujan akan memanfaatkan momen itu untuk membeli pupuk. Dia mengakui, beberapa distributor melirik pupuk nonsubsidi selama pupuk subsidi tidak sampai ke distributor penyalur yang telah ditentukan. (d)
http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=49386
Tidak ada komentar:
Posting Komentar