Kamis, 10 Oktober 2013

10.000 Hektar Lahan di Banyumas

10 Oktober 2013

PURWOKERTO, KOMPAS Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menargetkan perluasan lahan kedelai hingga 10.000 hektar pada 2016. Penanaman kedelai secara massal bakal dimulai tahun 2014 dan diharapkan menjadi proyek percontohan swasembada kedelai di Indonesia.

Bupati Banyumas Achmad Husein, Rabu (9/10), mengatakan, penanaman kedelai itu akan dilakukan di 18 dari 27 kecamatan di Banyumas. ”Program itu kami lakukan secara bertahap. Tahap awal, pada 2014 dilakukan pengadaan 3.000
hektar lahan kedelai. Selanjutnya secara bertahap setiap tahun bakal diperluas hingga pada 2016 mencapai 10.000 hektar,” katanya.

Pengadaan lahan karena kebutuhan kedelai untuk perajin tahu, tempe, dan makanan olahan berbahan baku tempe sangat tinggi. Dicontohkan, kebutuhan sekitar 350 perajin tahu di Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, saja mencapai 7,5 ton per hari atau 2.737,5 ton per tahun.

Kebutuhan sekitar 564 perajin mendoan di Desa Pliken, Kecamatan Kembaran, mencapai 11 ton per hari atau 3.960 ton per tahun. Padahal, produksi kedelai Banyumas hanya 1.000-2.500 ton per tahun.

Husein juga menjanjikan insentif bagi para petani yang mau menanam kedelai, di antaranya dengan memberikan bantuan benih, pupuk, dan pestisida. Selain itu, Pemkab akan mematok harga pembelian kedelai dari petani
senilai Rp 7.000 per kg. ”Jika harga di pasaran lebih dari Rp 7.000 per kilogram, petani dipersilakan menjual ke pasaran,” katanya.

Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Banyumas Widarso mengatakan, luas lahan kedelai sekitar 3.000 hektar per tahun. Namun, tahun ini luas tanam menyusut menjadi 500 hektar karena sebagian besar petani memilih menanam padi.

”Kami enggan menanam kedelai karena selain perawatan tanaman lebih rumit, juga hasil yang dicapai sangat kecil ketimbang tanaman lain,” kata Sukrie Hamidi (39), petani Desa Gentawangi, Kecamatan Jatilawang.

Dalam sekali masa panen, pendapatan yang diperoleh petani berkisar Rp 2 juta-Rp 3 juta per hektar. Padahal, dengan menanam padi, petani rata-rata memperoleh Rp 5 juta per hektar.

Kepala Dinas Pertanian
dan Tanaman Pangan Jateng Suryo Banendro mengatakan, kini luas lahan kedelai di Jateng 95.000 hektar, tersebar di 29
kabupaten/kota, termasuk Banyumas. Guna memenuhi kebutuhan kedelai lokal tanpa impor, perlu lahan sekitar 20.000 hektar.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo beberapa waktu lalu menegaskan, swasembada kedelai merupakan target yang harus dicapai di Jateng. Pihaknya menyusun tim khusus untuk memetakan dan menyurvei lahan potensial kedelai. (GRE)

http://epaper.kompas.com/kompas/books/131010kompas/#/22/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar