”Tanaman padi siap panen milik saya tergenang dua minggu ini. Padi sudah membusuk. Saya tidak sempat menyelamatkan karena rumah saya juga kebanjiran,” kata Darwadi (45), warga Desa Kasiyan, Kecamatan Sukolilo, Pati, Minggu (2/2).
Sementara Bibit (47), warga Desa Tanjang, Kecamatan Gabus, Pati, mengaku, harga gabah kering panen paling laku Rp 2.000 per kg karena sudah tergenang selama dua minggu. Padahal, harga gabah di wilayah yang tidak kebanjiran sebesar Rp 4.000-Rp 4.500 per kg.
”Saya berharap pemerintah memberikan bantuan kepada petani berupa benih dan pupuk. Pasalnya, banyak petani merugi akibat banjir,” kata Bibit yang memperkirakan mengalami kerugian sebesar Rp 15 juta.
Berdasarkan pantauan, tanaman padi yang tergenang air tersebar di daerah-daerah aliran sungai. Di Pati, tanaman padi itu tersebar di daerah aliran Sungai Juwana, di Kudus di daerah aliran Sungai Wulan, Piji, dan Dawe, sedangkan di Jepara di daerah aliran Sungai Serang.
Hampir semua tanaman padi di sejumlah lokasi itu membusuk berwarna kecoklat-coklatan. Adapun yang belum berbulir banyak dimanfaatkan oleh petani untuk pakan ternak, terutama di Pati.
Di Pati, tanaman padi yang tergenang air seluas 13.171 hektar, sedangkan padi yang puso seluas 11.122 hektar.
Di Kudus, tanaman padi yang kebanjiran seluas 6.295 hektar dan seluas 5.117 hektar puso. Adapun di Jepara, tanaman padi yang puso akibat banjir seluas 7.484 hektar. Total kerugian yang diderita petani akibat kerusakan tanaman padi di ketiga kabupaten tersebut sebesar Rp 184,27 miliar.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pati Silvinus P Sibaboka mengaku masih menghitung kerusakan tanaman padi karena sejumlah desa masih dilanda banjir. (HEN)
http://epaper.kompas.com/kompas/books/140203kompas/#/19/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar