Sabtu, 25 Juli 2015

Impor Jagung Dihentikan

Sabtu, 25 Juli 2015

JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah melalui Kementerian Pertanian menghentikan impor jagung. Diharapkan, produksi jagung dalam negeri yang saat ini meningkat bisa terserap pasar, terutama oleh industri pakan.

Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan produksi pada tahun ini sebanyak 20,31 juta ton jagung pipilan kering. Target ini meningkat dibandingkan dengan realisasi produksi jagung 2014-sesuai angka sementara Badan Pusat Statistik (BPS) -yang sebanyak 19,03 juta ton.

Mengacu Angka Ramalan I BPS, produksi pada 2015 diperkirakan mencapai 20,67 juta ton jagung pipilan kering.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Jumat (24/7), di Jakarta, mengatakan, penghentian impor jagung tersebut bukan dalam rangka menghambat industri pakan mendapat bahan baku jagung. Akan tetapi, impor diberikan sesuai kebutuhan.

"Kita tidak anti impor. Impor akan kami berikan sesuai dengan kebutuhan. Jangan sampai berlebih agar jagung produksi petani dalam negeri juga bisa dimanfaatkan," katanya.

Menurut Amran, naiknya produksi jagung di dalam negeri membuat jagung dari sejumlah daerah penghasil jagung diekspor. Daerah penghasil jagung yang produksinya diekspor itu antara lain Gorontalo dan Nusa Tenggara Barat.

Sasaran

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Hasil Sembiring menambahkan, intervensi pemerintah untuk meningkatkan produksi jagung antara lain melalui Gerakan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GPTT) Jagung seluas 102.000 hektar.

Data GPTT Jagung Ditjen Tanaman Pangan menunjukkan, sasaran GPTT di 34 provinsi di Tanah Air seluas 102.000 hektar. Namun, dari target atau sasaran itu, yang terealisasi per 9 Juli 2015 baru sekitar 58.803 hektar atau 57,65 persen.

Adapun optimasi lahan untuk mendukung peningkatan produksi jagung ditargetkan 1 juta hektar. Dari target itu, yang terealisasi baru sekitar 19.480 hektar atau 1,95 persen.

Dari target 1 juta hektar itu, sekitar 857.320 hektar atau 85,73 persen di antaranya memasuki tahap proses penyaluran. Sisanya, yakni seluas 123.200 hektar atau 12,32 persen, belum terlaksana.

Program lainnya berupa subsidi benih untuk lahan seluas 100.000 hektar. "Untuk subsidi benih belum terlaksana karena belum ada permintaan dari daerah. Diperkirakan, pelaksanaannya dimulai pada Oktober 2015," ujar Sembiring.

Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) Desianto B Utomo mengatakan, berdasarkan perhitungan GPMT, produksi jagung nasional yang bisa dimanfaatkan industri pakan sekitar 22 persen dari total produksi. Jumlahnya setara 5,4 juta ton.

"Kami tidak bicara tentang produksi, tetapi perhitungan kami setiap tahun produksi jagung nasional yang bisa dimanfaatkan industri pakan 22 persen," katanya.

Realisasi impor jagung industri pakan sampai dengan Juni 2015 sekitar 1,65 juta ton. Pada 2015, produksi pakan diproyeksikan mencapai 16,5 juta ton. Dengan proyeksi produksi itu, kebutuhan jagung sekitar 8,25 juta-8,5 juta ton.

Dengan demikian, kebutuhan jagung impor tahun ini diperkirakan setidaknya 3 juta ton.

Saat ini, harga jagung di pasar dunia naik. Harga jagung impor hingga tiba di pelabuhan Jakarta berkisar Rp 3.300-Rp 3.400 per kilogram. Mengacu pada harga gudang pabrik pakan, ada tambahan biaya transportasi Rp 200 per kg, menjadi Rp 3.500 hingga Rp 3.600 per kg.

Adapun harga jagung dalam negeri di gudang pabrik pakan berkisar Rp 3.200-Rp 3.300 per kg. (MAS)

http://epaper1.kompas.com/kompas/books/150725kompas/#/17/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar