Sabtu, 12 Desember 2015

Sistem Pertanian Perlu Revolusi Organik

Jumat, 11 Desember 2015

JAKARTA (HN) - Ketua Umum Serikat Petani Indonesia Henry Saragih mengatakan, sektor pertanian perlu direvolusi dengan mengembangkan pertanian organik serta menggunakan bahan alami dalam mengolah tanah.
Ia menilai, Kementerian Pertanian (Kementan) harus membuat strategi untuk meningkatkan petani individu dan dalam rangka mencapai kedaulatan pangan. "Jangan sampai memerkuat pihak korporasi di bidang pangan," ujar Henry kepada HARIAN NASIONAL, Kamis (10/12).

Menurut dia, model pertanian berbasis ekologi harus segera dikembangkan. Penggunaan pupuk kimia, pengolahan tanah modern dan pestisida harus dikurangi secara bertahap. Cara pertanian yang salah, menurut Henry, akan berdampak buruk pada lahan pertanian Indonesia ke depan.

Seharusnya saat ini petani bisa menggunakan pupuk organik dan benih yang dikembangkan sendiri serta pestisida alami. Ia juga menolak pendistribusian alat mesin pertanian dari luar negeri ke Indonesia.

"Mungkin tidak sekarang kita merasakan dampaknya tapi lima hingga 10 tahun mendatang kita akan tahu lahan kita rusak karena bahan kimia," katanya.

Henry mengingatkan agar Kementan berhenti berfokus hanya pada tiga komoditas pangan yaitu padi, jagung, dan kedelai. Jenis tanaman pangan lain sebenarnya mampu dikembangkan jika pemerintah serius.

"Uang pemerintah (APBN) seharusnya bisa dipakai untuk komoditas lain. Tapi ini digunakan untuk padi, jagung dan kedelai. Sudah begitu memakai pestisida, pupuk kimia, dan traktor dari luar negeri. Memang produksinya naik tapi kan merusak lahan," ujarnya.

Penggunaan alat pertanian modern pun dinilai justru menambah pengangguran di desa. Tenaga kerja yang mengolah tanah kini berubah menjadi mesin. Sedangkan lapangan kerja pengganti belum disediakan pemerintah.

"Jadi pengangguran makin banyak. Menurut kami ini bahaya. Model yang dikembangkan Kementan ini keluar dari Nawacita Presiden Joko Widodo," ujar Henry.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, pemerintah ingin berusaha menurunkan ongkos produksi pertanian dengan alat modern. Menurut dia, biaya produksi yang tinggi dikarenakan peralatan konvensional yang digunakan.

Modernisasi pertanian diklaim menjadi salah satu upaya ampuh untuk meringankan ongkos produksi tersebut. "Salah satu cara menekan ongkos produksi, pemerintah akan mengoptimalkan pemanfaatan alat-alat pertanian modern," ujar Amran.

Alat pertanian modern diyakini akan memersingkat waktu pengolahan tanah pertanian. Selain itu juga menghemat tenaga petani. "Kalau pakai alat konvesional, petani harus beramai-ramai turun ke sawah. Dengan alat-alat pertanian modern ini akan menghemat tenaga petani serta waktu tanam atau waktu panen. Semoga petani bisa menggunakan peralatan modern dan meningkatkan produksi," katanya.

http://www.harnas.co/2015/12/11/sistem-pertanian-perlu-revolusi-organik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar