Kamis, 05 Februari 2015

Distribusi Pupuk dan Benih Jadi Kendala

Kamis, 5 Februari 2015

KUPANG, KOMPAS — Program pengelolaan tanaman terpadu dengan teknologi spesifik terkendala distribusi sarana produksi, seperti pupuk dan benih. Hal itu menyebabkan produktivitas padi belum bisa digenjot maksimal untuk menuju swasembada pangan.
Ketua Kelompok Tani/Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) ”Usaha Bersama” Air Sagu Octory Gasperz di Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Rabu (4/2), mengemukakan, kendala distribusi pupuk, saluran irigasi, dan benih menyulitkan optimalisasi produksi padi.

Sawah seluas 125,44 hektar di sana digarap 225 anggota kelompok. Sawah itu memiliki siklus tanam padi dua kali setahun, yakni bulan Desember-April dan Mei-Juli. Menteri Pertanian dijadwalkan mengunjungi areal tersebut, Kamis (5/2), untuk memantau pengelolaan tanaman terpadu di wilayah tersebut.

Octory menambahkan, dalam tiga tahun terakhir, produksi padi di Air Sagu rata-rata hanya 4,3 ton per hektar. Padahal, tahun 2010-2011, produksi padi rata-rata mencapai 5,6 ton per ha.

Penurunan produksi padi itu dipicu sejumlah persoalan, di antaranya keterlambatan pasokan pupuk hingga sebulan. Seharusnya, pemupukan dilakukan pada Desember 2014, tetapi pupuk baru terdistribusi Februari 2015.

”Terlewat satu periode pemupukan karena keterlambatan pengiriman pupuk. Produksi padi mungkin menurun,” katanya.

Kerusakan saluran irigasi dan serangan hama walang sangit serta pengerek batang juga ikut menekan produksi padi.

Sementara itu, pasokan benih bersertifikat dari penangkar belum terjamin unggul, karena ukurannya belum standar. Akibatnya, petani masih cenderung mengandalkan benih dari petani lokal yang telah menggunakan benih unggulan.

Teknologi pengelolaan tanaman terpadu meliputi pembenihan, pemupukan, pengairan, pengaturan sistem tanam, penanganan panen dan pasca panen, serta pengolahan pasca panen. Pengelolaan terpadu diharapkan meningkatkan produksi dan menekan hama.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Nusa Tenggara Timur (NTT) Yohanes Tay mengakui masih ada kendala distribusi pupuk bersubsidi. Kendala distribusi antara lain dipicu masalah administrasi dokumen antara dinas setempat, badan penyuluh, dan kelompok tani.

Secara keseluruhan, kuota pupuk yang dialokasikan di NTT mencapai 47.900 ton, masih lebih rendah dibandingkan rencana definitif kebutuhan kelompok.

Kupang merupakan salah satu sentra pertanian andalan di NTT. Luas total sawah di NTT sebesar 200.090 ha, tersebar di Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Nagekeo, Sumba Barat Daya, dan Kupang. (LKT)

 http://epaper1.kompas.com/kompas/books/150205kompas/#/18/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar