Selasa, 24 Februari 2015

Petani Tidak Nikmati Keuntungan

Selasa, 24 Februari 2015

Wapres Minta Pasokan Ditambah


BANYUWANGI, KOMPAS — Kenaikan harga beras dan gabah ternyata tak dinikmati petani. Sebagian petani ternyata sudah menjual gabah sejak panen terakhir berlangsung atau Desember lalu. Saat ini beras sudah ada di tangan pedagang, sementara panen berikutnya masih akan terjadi bulan depan.
Mutaqin (45), petani di Desa Parijatah Wetan, Kecamatan Srono, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mengatakan, dari 0,7 hektar sawah yang dimilikinya, seluruhnya sudah dipanen sejak Desember lalu. Hasil panen langsung diambil pengepul. ”Harga gabah kering panen saat itu dihargai Rp 3.900 per kg. Murah karena sedang panen raya,” katanya.

Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Banyuwangi Ikrori Hudanto di Banyuwangi, Senin (23/2), mengatakan, ada ikatan antara petani dan pengepul sehingga membuat petani mau melepas harga panen jauh di bawah pasar.

”Soal keterikatan itu, kami tak bisa berbuat banyak. Petugas kami tak mungkin punya kemampuan seperti itu kepada setiap petani,” katanya.

Kenaikan harga beras juga terjadi di Kota Jayapura. Para pedagang eceran di sejumlah pasar di ibu kota Provinsi Papua tersebut menjual beras dengan harga Rp 14.000 per kg. Para pedagang telah menaikkan harga beras sejak dua minggu lalu. Seluruh beras yang berada di dua pasar itu rata-rata dipasok dari Surabaya, Jawa Timur.

Husniah Mansyur (33), salah seorang pedagang di Pasar Youtefa, mengatakan, kenaikan harga beras mencapai Rp 2.000. Beberapa bulan lalu, harga beras Rp 12.000 per kg. ”Penyebab utamanya, distributor menaikkan harga. Harga satu karung beras seberat 10 kg naik dari Rp 110.000 menjadi Rp 130.000. Harga satu karung beras seberat 25 kg naik Rp 280.000 hingga Rp 295.000.

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Jayapura Roberth Awi mengatakan, harga beras di Jayapura diperkirakan akan terus naik karena sejumlah wilayah sentra pemasok beras untuk Jayapura terkena banjir seperti di Jawa Timur.

Di Kupang, Kepala Seksi Humas Perum Bulog Nusa Tenggara Timur (NTT) Marselina Bende Radja mengatakan, belum ada perintah dari Menteri Perdagangan untuk melaksanakan operasi pasar (OP) cadangan beras pemerintah setelah terhenti 22 Januari 2015. Namun, dari 2014 hingga Januari 2015, OP sudah terealisasi di Sumba Timur sebanyak 26.000 kg, Kota Kupang 693.000 kg, Flores Timur 27.625 kg, Manggarai, Manggarai Timur 161.000 kg, serta Timor Tengah Utara dan Belu 110.000 kg.

Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla memerintahkan Perum Bulog mengeluarkan stok beras rakyat miskin (raskin) 300.000 ton untuk memenuhi kebutuhan pasokan beras dalam negeri.

”Saya sudah minta agar Perum Bulog mengeluarkan sekitar 300.000 ton untuk menutup kekurangan selama ini,” ujar Kalla seusai rapat koordinasi di Kantor Wapres, Jakarta.

Menurut Kalla, pekan depan, kekurangan pasokan beras harus sudah dikeluarkan dari gudang beras Perum Bulog. ”Tidak apa-apa kalaupun stok beras nasional hanya 1,4 juta ton sekarang ini. Tidak perlu khawatir dengan stok,” tambahnya.

Alasannya, kata Kalla, Maret mendatang sejumlah wilayah panen beras. Dengan demikian, stok beras secara nasional akan bertambah lagi.

”Keterlambatan pasokan beras yang menaikkan harga sampai 30 persen itu tidak ada hubungannya dengan faktor ongkos. Ini hanya karena pasokan turun,” kata Wapres.

Koordinator Tim Ahli Wapres Sofjan Wanandi, siang tadi, melaporkan kepada Wapres, kenaikan harga beras sampai 30 persen akibat kurangnya pasokan.

Pengamat perberasan nasional yang juga profesor riset pada Pusat Analisis Sosial-Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kementerian Pertanian Mohamad Husein Sawit menilai, pemerintah belum berpengalaman sehingga raguragu menjalankan program stabilisasi harga beras melalui operasi pasar. Operasi pasar yang dilakukan di Jakarta dinilai hanya sekadar menunjukkan bahwa pemerintah ada.

(MAS/NIT/FLO/CHE/KOR/ETA/ WIE/NIK/FRN/ACI/ REK/KOR/HAR/B09/B10/BRO/PIN)

http://epaper1.kompas.com/kompas/books/150224kompas/#/18/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar