Senin, 02 Februari 2015

Petani Minta Tak Ada Impor

Senin, 2 Februari 2015

Padi Tumbuh Baik, Harga Gabah Kering Panen Tinggi

GROBOGAN, KOMPAS — Harga gabah kering panen hasil panen musim tanam pertama di sejumlah daerah di wilayah sistem irigasi Waduk Kedung Ombo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, tinggi. Hasil panennya juga berlimpah. Petani berharap pemerintah tidak mengimpor beras.
Suminto (45), petani Desa Klambu, Kecamatan Klambu, Kabupaten Grobogan, Minggu (1/2), di Grobogan, mengatakan, harga gabah kering panen (GKP) saat ini Rp 4.500–Rp 4.600 per kilogram (kg). Harga ini lebih tinggi daripada harga GKP tahun lalu, yakni Rp 3.500–Rp 4.000 per kg.

”Hasil panen juga berlimpah, 7-8 ton per hektar. Tahun lalu 6-6,5 ton per hektar. Panen bagus karena hujan merata dan tak berlebihan sehingga padi tumbuh dengan baik,” kata Suminto.

Ketua Federasi Perkumpulan Petani Pemakai Air Sistem Irigasi Waduk Kedung Ombo Kaspono mengatakan, wilayah sistem irigasi Waduk Kedung Ombo, seperti Grobogan, Pati, Kudus, dan Demak, memang tengah panen. Dari total sawah irigasi waduk seluas 63.000 hektar, sekitar 25.200 hektar atau 40 persen telah dipanen.

Saat ini, harga rata-rata GKP Rp 4.500 per kg atau lebih tinggi daripada harga pembelian pemerintah GKP 2014, yaitu Rp 3.300 per kg. Hasil panen di wilayah Grobogan, Kudus, Pati, dan Demak rata-rata sekitar 7,8 ton per ha.

”Hasil panen GKP di seluruh daerah di wilayah saluran irigasi Waduk Kedung Ombo diperkirakan 491.400 ton. Harga dan hasil panen musim tanam pertama ini sangat bagus. Kami berharap pemerintah tidak mengimpor beras agar harga gabah petani tidak jatuh,” katanya.

Kaspono berharap pemerintah tidak hanya bersandar pada Waduk Kedung Ombo untuk mencapai swasembada pangan. Oleh karena itu, perlu diikuti pembangunan waduk lain.

Di Tangerang Selatan, Banten, Sabtu lalu, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Srie Agustina mengatakan, Perum Bulog memiliki stok komersial 1,4 juta ton beras. Kemendag berharap stok itu bisa dibeli dan digunakan pemerintah sebagai cadangan beras. Dengan demikian, kebutuhan beras sebelum panen raya—yang diperkirakan puncaknya pada Maret 2015—bisa dipenuhi.

Infrastruktur
Pemerintah Kabupaten Kudus dan Pati berharap pembangunan waduk di kedua wilayah itu segera direalisasikan. Dengan demikian, swasembada beras bisa segera terealisasi.

Di Kecamatan Dawe, Kudus, ada Waduk Logung yang mampu menambah lahan pertanian 3.800 hektar. Pembangunan waduk dengan investasi Rp 620 miliar itu terkendala pembebasan lahan meski telah memasuki proses peletakan batu pertama.

Di Pati, Bupati Pati Haryanto berharap Waduk Randugunting segera direalisasikan. Selama ini, pembangunannya hanya sebatas rencana, belum ada langkah konkret. Waduk itu mampu mengairi 5.000 hektar sawah.

Sementara itu, Pemerintah Provinsi Jateng akan memprioritaskan pembangunan lima waduk dengan dana dari pemerintah pusat Rp 2,1 triliun. Kelima waduk itu adalah Waduk Gondang di Kabupaten Karanganyar, Pidekso di Wonogiri, Logung di Kudus, Matenggeng di Cilacap, dan Kuningan di Jawa Barat, yang akan dimanfaatkan pula oleh warga Jateng.

Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Jateng Prasetyo Budie Yuwono mengemukakan, Waduk Gondang dan Pidekso akan dikerjakan lebih dulu. Setelah itu, Waduk Logung menyusul dikerjakan. ”Selain untuk irigasi, waduk-waduk itu akan digunakan sebagai bahan baku air minum dan mengatasi banjir,” katanya. (HEN/MED)

http://epaper1.kompas.com/kompas/books/150202kompas/#/18/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar