APA iya, rakyat Indonesia benar-benar serius ingin menjadi bangsa yang kuat dan tangguh ekonominya..??? Pertanyaan seperti inilah yang nyaris setiap hari muncul di benak saya. Mungkin juga di benak Anda.
Namun hingga saat ini, pertanyaan tersebut belum jua bisa saya temui jawabannya. Sebab, sampai hari ini juga, rakyat kita masih lebih banyak yang memiliki kecenderungan untuk lebih mendukung dan membela figur bakal capres dengan alasan karena :
1. Dari parpol besar yang mampu memberi duit pula,
2. Dari satu daerah dan suku yang sama, dan
3. Dari “mulut ke mulut” dinilai hebat melalui rekayasa pencitraan dari berbagai media secara gencar.
Tiga poin di atas adalah merupakan alasan, bukan kriteria. Alasan cenderung bersifat subjektif, sedangkan kriteria lebih cenderung objektif.
Sehingga Akibat dari 3 alasan tersebut, membuat sebagian besar rakyat terjebak dan larut dalam “percekcokan” serta perang urat saraf yang amat sengit, terutama di media jejaring sosial. Semuanya merasa paling hebat, tak ada yang mau kalah, sehingga lontar-melontar cacian dan hujatan yang tak pantas pun tak dapat dihindari antara satu dengan lainnya.
Itulah fenomena riil yang telah berlangsung di tengah-tengah masyarakat kita akhir-akhir ini. Dan intensitasnya diyakini akan semakin meninggi dan memanas ketika mendekati dan memasuki Pemilu 2014.
Situasi seperti itu tentu saja hanya akan mengubah rasa persatuan dan kesatuan antar anak bangsa menjadi rasa saling benci-membenci, serta musuh-memusuhi satu sama lain. Dan jika kondisi seperti itu terus berlangsung, maka sebetulnya negara ini sudah menjelma menjadi negara yang sangat rapuh: gampang dipermainkan, gampang diadu-domba, dan gampang ditipu.
Percekcokan dan perang urat saraf yang saat ini telah berlangsung secara sengit dalam mendukung figur masing-masing tersebut, adalah menunjukkan bahwa rakyat kita telah diseret ke arena politik yang tidak sehat dan sama sekali hanya menguntungkan sejumlah kelompok saja. Dan kondisi ini sekaligus mencerminkan, bahwa rakyat kita sesungguhnya sedang dipermainkan dan diadu-domba. Selanjutnya, pada tahap akhir, semuanya kembali berteriak: “Ternyata kita tertipu lagi”.
Tetapi masih ada waktu agar tidak tertipu dalam hal mendukung dan memilih figur untuk dijadikan presiden dan wakil presiden 2014 mendatang. Yakni, hindari mendukung figur karena 3 alasan tersebut di atas!!!
Sadari segera, bahwa masalah yang sangat mendesak untuk secepat mungkin dibenahi di negeri ini adalah masalah ekonomi bangsa dan negara agar bisa menjadi kuat dan tangguh. Sehingga demi kemajuan ekonomi negeri ini, maka dukung dan pilihlah figur dengan kriteria di bawah ini:
1. Benar-benar sebagai pakar dan ahli di bidang ekonomi (ingat, serahkan urusan dan masalah perbaikan kepada ahlinya!),
2. Konsisten berjuang pro-rakyat tanpa melalui partai politik tertentu, dan
3. Mampu muncul sebagai tokoh nasional berkat kemandirian, bukan karena campur tangan atau hasil rekayasa partai politik dan sejumlah media tertentu.
Jika tiga kriteria ini yang menjadi dasar kita memilih pemimpin (Presiden/Wakil Presiden), maka bangsa dan negara kita diyakini akan benar-benar menjadi kuat dan tangguh ekonominya.
Mari kita gali relevansi satu persatu dari ketiga kriteria di atas. Dan maaf, tanpa menyepelekan figur lainnya, maka sosok yang memenuhi tiga poin kriteria tersebut di atas adalah (hanya) DR. Rizal Ramli. Boleh, dan silakan saja dibandingkan dengan semua figur (capres) yang ada saat ini dengan menjadikan 3 kriteria di atas sebagai patokannya.
Rizal Ramli adalah sosok ekonom senior yang dimiliki oleh negara ini. Predikat doktor ekonominya ia raih secara berjenjang di Boston University-AS. Ide-ide dan gagasan ilmu ekonominya sangat dibutuhkan di dunia internasional, yakni dengan ditunjuknya Rizal Ramli sampai saat ini sebagai salah satu anggota panel (semacam dewan penasehat) ekonomi di badan dunia Persatuan Bangsa Bangsa (PBB).
Sehingganya diakui atau tidak, serta disadari atau tidak, Rizal Ramli sesungguhnya adalah seorang pakar dan ahli di bidang ekonomi.
Olehnya itu, jika telah diketahui ada ahlinya yang bisa membenahi ekonomi di negeri ini, lalu mengapa kita harus mendukung dan memilih figur yang bukan ahlinya…??? Sederhananya: jika kita bisa mempermudah pekerjaan, maka mengapa kita harus mempersulitnya…??? Ini relevansi pertama dari poin kriteria sebagaimana tersebut di atas terhadap sosok Rizal Ramli.
Relevansi kedua. Bahwa Rizal Ramli benar-benar sosok yang sangat konsisten berjuang pro-rakyat sejak dulu tanpa melalui partai politik tertentu. Artinya, dalam melakukan perjuangan dan pergerakan perubahan, Rizal Ramli tidak pernah ditunggangi oleh kepentingan partai politik tertentu. Dan ini sangat berbeda dengan figur-figur capres lainnya yang muncul saat ini dengan penonjolan kepentingan partai politiknya masing-masing. Sehingga tak keliru jika Rizal Ramli disebut sebagai pejuang rakyat, bukan pejuang parpol.
Relevansi ketiga. Ini adalah poin yang tak bisa terbantahkan, bahwa Rizal Ramli memang sosok yang mampu muncul sebagai tokoh nasional berkat kemandiriannya, bukan karena campur tangan atau hasil rekayasa partai politik dan sejumlah media tertentu.
Sebab bicara kemandirian, Rizal Ramli sungguh dan benar-benar sudah teruji dan terbukti sukses dengan kemandiriannya. Bisa meraih Doktor Ekonomi, menjadi Kabulog, menjadi Menko Perekonomian, Menkeu, Komisaris Utama Semen Gresik, Penasehat Ekonomi PBB. Padahal, Rizal Ramli hanyalah “berangkat” dari awal sebagai seorang anak Yatim-Piatu, dan tak ada tumpukan warisan dan harta dari mendiang kedua orangtuanya.
Mencoba membayangkan saja, saya betul-betul tak mampu dan seakan tak percaya jika ketokohan Rizal Ramli kini bisa sejajar dengan tokoh nasional lainnya, seperti para “pemilik” parpol yang diketahui bisa sukses karena memang “berangkat dan start” dari awal sudah dalam kondisi masih punya orangtua, dan bahkan mungkin berasal dari keluarga kalangan ekonomi memadai.
Ibarat dalam perlombaan kecepatan, pada start awal (nol kilometer), Rizal Ramli tidak memiliki apa-apa yang bisa membantu dirinya untuk melejit ke depan. Sebab, kedua orangtuanya sudah tiada sejak usianya masih 6 tahun, juga tak cukup uang untuk menunjang karir hidupnya.
Dan ini sangat jauh berbeda dengan “peserta lomba” lainnya yang pada nol kilometer tersebut ibarat memang sudah difasilitasi dengan mesin berkecepatan tinggi. Artinya, mereka masih memiliki orangtua, dan juga beberapa di antaranya memang berasa dari keluarga berduit. Tetapi kenyataannya, pada di lintasan “1990 kilometer” hingga pada “posisi kilometer” saat ini (2013) Rizal Ramli nyatanya mampu mengimbangi dan sejajar dengan para peserta lomba lainnya. Jadi kira-kira hebat yang mana..???
Singkat kata, Rizal Ramli mampu muncul menjadi tokoh nasional seperti saat ini adalah benar-benar berkat kemandirian dan kecerdasannya. Bukan karena orangtua atau mertua, bukan pula karena uang dan harta, juga bukan karena menjadi kader parpol, atau pun bukan karena hasil rekayasa dari berbagai media secara instan.
Sehingga itu, saya sangat yakin, bahwa jika Rizal Ramli yang jadi Presiden maupun Wakil Presiden pada 2014, maka Ekonomi Indonesia akan menjadi kuat dengan kemandiriannya, sumber-sumber kekayaan alam negeri ini tentu akan dikelola sebesar-besarnya oleh rakyat dan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat pula. Sebab, Rizal Ramli adalah termasuk tipe pemimpin yang murni berasal dari rakyat (bukan dari parpol, karena selama ini ia memang bukan kader dari parpol tertentu).
Rizal Ramli adalah sosok yang terbiasa dengan kemandirian, sehingga jika terpilih sebagai presiden maupun wakil presiden, ia akan bertindak sebagai pemimpin, bukan penguasa.
Masalah pembenahan ekonomi di negeri kita saat ini, sungguh, sudah sangat dibutuhkan penanganan dan perbaikan dari pemimpin berlatar-belakang sebagai ekonom (ahli bidang ekonomi). Sebab, sejauh ini, saya sangat yakin bahwa Ekonomi Indonesia hanya bisa maju pesat jika dipimpin oleh Ekonom Senior seperti Rizal Ramli yang sudah terbukti dan teruji kemandiriannya. Yakni secara mandiri tanpa orangtua, tanpa parpol, tanpa uang tetapi mampu menjadi tokoh nasional hingga seperti saat ini.
Dari seluruh figur yang pernah menjadi Presiden Indonesia, belum satupun dari seorang ekonom. Soekarno adalah insinyur Teknik Sipil (arsitek); Soeharto adalah seorang militer; BJ. Habibie adalah Insinyur Teknik Mesin (doktor Engineering); Abdurrahman Wahid adalah Ilmu Sastra Arab; Megawati Soekarnoputri pernah di Fakultas Pertanian, juga Psikologi; dan Susilo Bambang Yudhoyono sosok militer yang meraih doktor pertanian.
Memperhatikan latar-belakang dan disiplin ilmu dari semua presiden kita tersebut, membuat saya sedikit tersenyum, dan kembali harus mengulang pertanyaan yang saya tuliskan di awal artikel ini, bahwa : “apa iya, rakyat Indonesia benar-benar serius ingin menjadi bangsa yang kuat dan tangguh ekonominya..???
Maaf…saya sama sekali tidak sepakat jika seorang ekonom yang sudah matang, juga yang telah teruji kemandiriannya hanya disepelekan keberadaannya di saat kondisi ekonomi negara kita sedang mengalami maju-mundur, bahkan terpuruk seperti saat ini.
Sungguh sangat lucu rasanya, ketika saat ini rakyat kita tak henti-hentinya berteriak dan menjerit akibat terhimpit masalah ekonomi, namun di sisi lain (entah sadar atau tidak) pemimpin yang terpilih kok bukan yang ahli ekonomi…??? Akibatnya, masalah ekonomi yang melilit pun makin mencekik dan jauh dari solusi yang diharapkan.
Dan kondisi ekonomi seperti itulah yang saat ini kita rasakan. Di mana rakyat malah harus menanggung beban utang negara yang makin menggunung, defisit keuangan negara bahkan tak kunjung teratasi. Dan hingga saat ini pun rakyat kita seakan hanya dipaksa untuk ikhlas dan puas menerima “imbalan” atas kesabaran sebagai orang miskin melalui BLSM dan semacamnya.
Lalu… akankah kondisi itu akan terulang lagi…????
SALAM PERUBAHAN….!!!!!
Abdul Muis Syam
http://politik.kompasiana.com/2013/12/19/ekonomi-indonesia-bisa-maju-pesat-jika-dipimpin-oleh-ekonom-senior-seperti-rizal-ramli-619729.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar