9 Desember 2013
BREBES, KOMPAS — Harga bawang merah di wilayah Brebes dan Tegal, Jawa Tengah, dalam dua pekan terakhir ini terus turun, dari semula Rp 22.000 per kilogram pascapanen menjadi Rp 18.000 per kg. Kini, harga bawang merah lebih rendah lagi, yaitu Rp 14.000 per kg. Harga bawang merah kering atau yang sudah dijemur selama satu pekan hanya sekitar Rp 16.000 per kg.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Brebes yang juga petani di Desa Sidamulya, Kecamatan Wanasari, Brebes, Juwari, Minggu (8/12), mengeluhkan penurunan harga bawang merah tersebut. Sebab, penurunan harga tersebut tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan petani selama masa tanam.
Menurut Juwari, pada saat masa tanam atau sekitar dua bulan lalu, petani sudah harus menanggung harga bibit yang cukup mahal, yaitu sekitar Rp 30.000 per kg. Dengan harga bibit tersebut, biaya produksi bawang merah bisa berkisar Rp 108 juta hingga Rp 120 juta per hektar. ”Untuk mendapatkan keuntungan, harga jual bawang merah seusai panen minimal Rp 16.000 per kg. Padahal, kini harganya hanya Rp 14.000 per kg,” katanya.
Selama ini, lanjut Juwari, petani terbiasa menjual bawang merah dengan sistem tebas atau penjualan langsung di sawah. Harga tebas bawang merah berkisar Rp 84 juta hingga Rp 96 juta per hektar.
Juwari mengatakan, petani belum tahu penyebab penurunan harga bawang merah. Padahal, impor bawang merah belum masuk Brebes. Panen juga terbatas, yaitu hanya sekitar 2.000 hektar atau sekitar 10 persen dari luas panen bawang merah setahun.
Sejauh ini, produktivitas bawang merah dinilai kurang maksimal. Panen per hektar hanya 9-10 ton. ”Hal itu akibat pengaruh hujan dan kurangnya sinar matahari. Pertumbuhan atau pengisian umbi bawang merah yang kekurangan matahari juga kurang maksimal. Akibat hujan, tanaman bawang merah juga mudah ambruk. Akibatnya, petani memanen lebih cepat untuk menghindari kerusakan tanaman,” ujar Juwari.
Keluhan sama disampaikan Ketua Gabungan Kelompok Tani Akur Tani Kelurahan Kalinyamat Kulon Asmawi Aziz.
Sementara itu, harga sayuran dan sejumlah bahan pangan di Kota Tegal, Jawa Tengah, merangkak naik. Kenaikan harga diperkirakan karena pengaruh cuaca serta menjelang Natal dan Tahun Baru.
Di Desa Tambak Sari, Mojokerto, Jawa Timur, tanaman cabai dan tomat juga rusak akibat curah hujan yang tinggi. Kerusakan mencapai 80 persen. Petani pun mengeluh.
Abaikan WTO
Untuk mencegah serbuan produk-produk pertanian impor, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Solo menyerukan agar pemerintah memperkuat proteksi produk pertanian dalam negeri dengan meningkatkan subsidi kepada petani.
”Subsidi pertanian tetap harus tumbuhkan perekonomian. Tidak usah pedulikan tuntutan asing di WTO,” ujar koordinator lapangan Irwan Sehabudin. (WIE/ESA/RWN)
http://epaper.kompas.com/kompas/books/131209kompas/#/23/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar