Senin, 30 November 2015

Harga Beras di Pasar Mulai Naik

Senin, 30 November 2015

JAKARTA, KOMPAS — Memasuki awal musim hujan atau musim paceklik 2015, harga beras terus bergerak naik. Penggilingan padi mulai kesulitan bahan baku dan sebagian lain tidak lagi beroperasi. Di tingkat konsumen, harga beras sangat tinggi.

Menurut Bambang Fajar, pengusaha penggilingan padi di Lebak, Banten, saat ini harga gabah di tingkat petani sangat tinggi. "Panen masih ada, tetapi sedikit. Banyak penggilingan padi yang kesulitan gabah untuk digiling," ujar Bambang, Minggu (29/11), di Lebak.

Kalaupun sekarang masih ada yang dipanen, gabahnya sangat basah. Jika dijemur menjadi gabah kering giling (GKG), susutnya mencapai 30 persen. Selain itu, tidak ada matahari.

Untuk kualitas gabah basah, harganya yang berkisar Rp 4.800-Rp 5.000 per kilogram (kg) tergolong tinggi karena jika gabah basah dikonversi ke GKG, harga jualnya di atas Rp 6.000 per kg. Untuk gabah simpan petani, harganya sudah mencapai Rp 5.500 per kg.

Menurut Syafei, pengusaha penggilingan padi di Lampung, kalaupun ada yang murah, itu hanya beras varietas Muncul. "Beras varietas Muncul lama masih Rp 8.000 per kg, tetapi kualitasya berkurang," ujarnya.

Di Lampung, penggilingan padi tidak kesulitan bahan baku karena petani di sana umumnya petani pemilik lahan. Setelah panen, mereka menyimpan gabah di rumah, lalu menjualnya saat musim hujan, karena tidak terlalu dikejar kebutuhan.

"Petani yang kaya bisa menyimpan gabah sampai 20 ton, yang biasa saja bisa 10 ton," lanjutnya.

Penginderaan jauh

Terkait dengan data pangan, penginderaan jauh lahan persawahan di Indonesia menggunakan satelit telah dirintis Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan). "Dari data citra satelit kemudian dikembangkan model fase pertumbuhan padi dan disusun indeks vegetasi," kata Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh Lapan M Rokhis Komarudin.

Pada masa awal, Lapan menggunakan citra satelit Landsat milik Badan Riset Kelautan dan Atmosfer Amerika Serikat (NOAA) untuk mengetahui fase pertumbuhan padi. (MAS/YUN)

http://epaper1.kompas.com/kompas/books/151130kompas/#/18/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar