3 Desember 2013
[JAKARTA] Dewan Kedelai Nasional (DKN) menyatakan penghapusan bea masuk (BM) impor kedelai atau 0% hanya menguntungkan importir dan sangat merugikan petani lokal, sebab harga kedelai impor lebih murah dibandingkan kedelai lokal.
Sesuai kesepakatan WTO, seharusnya kedelai impor dikenai BM maksimal sebesar 27%.
"Investor pertanian kedelai selayaknya dilindungi dari harga dumping dengan menetapkan harga pembelian pemerintah (HPP), agar komoditas strategis ini tidak menjadi bisnis spekulan. Sebaiknya peran BUMN, seperti Bulog, diaktifkan sebagai pengelola perdagangan kedelai nasional. Bukan diserahkan ke importir swasta,” ujar Ketua Umum DKN Benny A Kusbini, di Jakarta, Senin (2/12).
Benny mengungkapkan, saat ini impor kedelai dilakukan oleh pengusaha yang tidak mau ada swasembada, karena mereka sangat diuntungkan dengan kondisi yang terjadi sekarang, antara lain BM impor 0%. Menurut dia, sejumlah BUMN dapat diserahi untuk melakukan impor kedelai, seperti Perum Bulog, PT Berdikari atau PT RNI, selain itu bisa juga ke koperasi.
Sementara itu, Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengatakan, pemerintah seharusnya mewajibkan importir untuk menyerap kedelai dalam negeri terlebih dulu untuk memenuhi kebutuhan pasar. Sisanya baru diimpor sehingga tidak memukul petani kedelai dalam negeri.
Peran Bulog
Menurut Winarno, peran Bulog selayaknya dikembalikan, yakni melakukan stabilisasi harga dan melakukan impor sesuai kebutuhan dalam negeri jika tidak mencukupi. Bulog, katanya, sangat diperlukan untuk membeli dan menampung serta menjual ke pengrajin tahu dan tempe. Sebab, petani menanam kedelai dalam luasan kecil-kecil yang tersebar di seluruh Indonesia.
Hal senada dikemukakan Wakil Ketua Komisi IV DPR Herman Khaeron, yang setuju pemerintah menugaskan Perum Bulog guna menstabilisasi harga kedelai. Menurutnya, seharusnya hanya Bulog yang mendapat kuota impor kedelai, sedangkan swasta harus dalam kendali Bulog.
Dengan tata niaga ini, katanya, harga kedelai bisa dikendalikan sehingga petani, produsen, dan konsumen tahu tempe akan selalu mendapat harga yang stabil. [S-26]
http://www.suarapembaruan.com/ekonomidanbisnis/penghapusan-bm-impor-kedelai-rugikan-petani/45895
Tidak ada komentar:
Posting Komentar