Rabu, 18 Maret 2015

Menunggu Realisasi Produksi Padi

Rabu, 18 Maret 2015

GUBERNUR Jawa Tengah Ganjar Pranowo menargetkan produksi padi tahun ini 12 juta ton, atau lebih tinggi dari rata-rata produksi tiap tahun 10 juta ton. Akankah target ini terealisasi? Data BPS Jateng menyebutkan, 2014 produksi gabah kering giling (GKG) provinsi ini menurun hingga sekitar 696.712 ton atau 6,73%. Bila tahun 2013 mencapai 10,34 juta ton maka tahun 2014 mencapai 9,65 juta ton, dan merupakan sumbangan angka penurunan terbesar secara nasional dibanding provinsi lain.

Penurunan ini dipicu oleh musim hujan sehingga terjadi penurunan luas panen mencapai 44,54 ribu hektare, dan produktivitas tanaman padi pun menurun 0,33%. Secara nasional, angka produksi padi 2014 mencapai 70,83 juta ton GKG atau mengalami penurunan 0,45 juta ton (0,63%) dibanding 2013.

Namun Pemprov Jateng optimistis tahun ini produksi padi bisa kembali mencapai 10 juta ton GKG, menyusul iklim kondusif dan juga tingkat serangan hama pada awal tahun ini masih lebih rendah dibanding 2014. Sementara Gubernur Ganjar Pranowo jauh lebih optimistis, produksi padi bisa 12 juta ton. Optimistis memang harus tapi kita juga perlu realistis. Realistis tak berarti pesimistis.

Realistis dalam memandang fakta pendukun mengingat saat ini hampir 66% infrastruktur irigasi kabupaten/kota di Jatengdalam kondisi rusak, meskipun 78% infrastruktur irigasi milik provinsi dalam kondisi baik, bahkan mendapat penghargaan terbaik se-Indonesia. Sementara itu, anggaran infrastruktur Jateng dalam APBD 2015 naik hampir Rp1 triliun, sehingga mencapai Rp 2,4 triliun.

Anggaran itu ada di Dinas Bina Marga Rp 2,1 triliun, PSDARp 234 miliar, dan Dinas Cipkataru Rp 145 miliar. Adapun bantuan infrastruktur untuk kabupaten/kota Rp 1, 4 triliun. Sayang, pembangunan infrastruktur pertanian belum mendapatkan prioritas.

Di sisi lain, banyak waduk dan bendungan yang mengalami sedimentasi parah, misal Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri, Bendung Kancil Miri di Sragen, dan Bendung Ngancar di Kecamatan Gemolong, Sragen. Selain itu, distribusi pupuk juga belum sistematis dan merata, serta daya beli petani gurem terhadap pupuk sangat rendah.

Kelangkaan pupuk di Jateng terjadi sejak akhir 2014. Saat ini, permintaan pupuk urea sesuai rencana defenitif kelompok (RDK) di Jateng 950.000 ton, padahal alokasinya hanya 830.000 ton. Di Kabupaten Semarang, pekan pertama bulan ini masih terjadi kelangkaan pupuk.

Masuk Kelompok

Kelangkaan pupuk juga dipicu oleh pernyataan Presiden Joko Widodo yang mewacanakan menghapus pupuk bersubsidi. Akibatnya, sejumlah petani memborong yang menyebabkan pupuk bersubsidi ludes di pasaran. Petani yang biasanya membeli 4 kuintal misalnya, kemarin membeli 1 ton.

Mereka memilih untuk stok pupuk karena takut harga akan lebih mahal. Pada masa tanam April-September nanti, kebutuhan pupuk meningkat tajam, seluruh petani membutuhkan pupuk baik organik dan anorganik.

Akankah kelangkaan pupuk kembali terjadi? Persoalan lainnya, jumlah tenaga kerja di bidang pertanian, termasuk tenaga penyuluh pertanian lapangan (PPL), menurun karena sektor ini tidak menarik lagi.

Berdasarkan data Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluh (Bakorluh) Jateng, jumlah penyuluh di provinsi ini hanya 5.582 orang, terdiri atas 2.997 penyuluh PNS, dan 2.569 penyuluh tenaga harian lepas (THL). Para penyuluh ini menangani 43.427 kelompok tani, dan 8.030 gabungan kelompok tani (gapoktan).

Padahal, jumlah kelompok tani terus bertambah, dan tahun lalu hanya 38.334 kelompok. Hal ini terkait kebijakan Gubernur bahwa petani yang ingin mendapatkan pupuk bersubsidi harus masuk dalam kelompok. Selain kuantitas, kualitas SDM manusia PPL juga masih relatif kurang. Tantangan menjadi kian berat ketika laju alih fungsi lahan pertanian tak bisa dibendung. Di Jateng, tiap tahun rata-rata terjadi penyusutan 400 hektare lahan pertanian.

Bila target 10 juta ton padi bisa dicapai, itu sudah surprissed, apalagi 12 juta ton seperti harapan Gubernur Ganjar Pranowo. Namun perlu memikirkan terobosan tanaman pangan selain beras, sorgum misalnya guna menunjang program kedaulatan pangan di Jawa Tengah. Ayo kerja…! (10)

— Suharto Wongsosumarto, alumnus Fakultas Teknologi Pertanian UGM, fungsionaris DPP PDI Perjuangan

http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/menunggu-realisasi-produksi-padi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar