Kamis, 03 Juli 2014

Pemerintahan SBY pelihara kebiasaan impor beras

Kamis, 3 Juli 2014

Merdeka.com - Stok beras di gudang Bulog sekitar 1,8 juta sampai 1,9 juta ton diyakini cukup untuk memenuhi kebutuhan selama tujuh bulan ke depan. Kendati demikian, pemerintah masih membuka keran impor beras.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi beralasan impor hanya untuk antisipasi agar tidak terjadi krisis beras. Sebab, kata dia, krisis pasokan beras lebih mengerikan dari pada krisis pasokan komoditas lainnya. Karena beras merupakan kebutuhan paling mendasar masyarakat Indonesia.

"Komoditi beras itu sifatnya jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan komoditas lain seperti daging sapi dan cabai," ujar Luthfi di kantornya, kemarin.

Dalam pandangannya, perekonomian negara, lanjut dia, akan terancam apabila terjadi krisis beras yang disebabkan kurangnya pasokan dan harganya melambung tinggi di pasaran. Karena itu pendekatan yang dipakai pemerintah adalah mendatangkan beras dari negara lain.

Sejak kelas menengah di Indonesia tumbuh, konsumsi beras premium disebut-sebut meningkat. Di sisi lain, Bulog hanya mengelola beras medium.

"Ketika kurangnya beras premium, itu yang diperbaiki adalah beras mediumnya. Itu bisa menjadi pull factor, harganya bisa naik. Jadi ini sudah saya berikan arahan," ucapnya.

Dengan dibukanya keran impor beras, semakin terlihat pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu jilid II mempertahankan kebiasaan impor beras. Importasi bahan pangan utama sepanjang pemerintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengalami peningkatan sejak dia pertama kali menjabat pada 2004 hingga 2013, jelang setahun sebelum lengser.

Kebijakan impor ini, kata pemerintah, disebabkan cadangan bahan pangan utama nasional seperti beras, jagung, kedelai, gula, daging sapi, cabai dan bawang merah tidak mencukupi kebutuhan sehingga memicu melonjaknya harga

Menurut data yang dikutip merdeka.com dari laporan Pencapaian Kinerja Pembangunan Periode Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) I dan KIB II terbitan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), catatan importasi bahan pangan utama sepanjang KIB II meningkat lebih besar dibanding dengan KIB I.

Importasi beras sejak 2004 hingga 2013 mengalami fluktuasi. Pada 2004, impor beras sebanyak 236.000 ton, lantas saat 2006 jumlah impor beras naik menjadi 438.000 ton dan mencapai 1,4 juta ton pada 2007.

Sempat menurun dua tahun, tren impor beras kembali naik mulai tahun 2010, 2011, dan 2012 menjadi masing-masing sebesar 687.000 ton, 2,7 juta ton serta 1,7 juta ton.

Sementara itu, secara terpisah Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan mengatakan kemungkinan besar pihaknya tak akan memberikan rekomendasi izin ekspor beras. Meskipun Badan Pusat Statistik (BPS) memerkirakan penurunan produksi padi 2014 menjadi 69,87 juta ton gabah kering giling (GKG) dari sebelumnya 71,28 juta ton GKG pada tahun lalu.

Meskipun terjadi penurunan. Namun, produksi beras masih surplus sekitar 4 juta ton. "Seringkali momentum penurunan produksi padi digunakan beberapa pihak untuk membuat opini publik tentang impor beras," katanya.

Kepala BPS Suryamin menjelaskan, penurunan produksi padi disebabkan oleh penyempitan luas area panen sebesar 265,31 juta hektar. Dan, menurunnya produktivitas sebesar 0,03 kuintal per hektar.

[noe]

http://www.merdeka.com/uang/pemerintahan-sby-pelihara-kebiasaan-impor-beras.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar