Rabu, 24 September 2014

650 Hektar Sawah Baru

Rabu, 24 September 2014

Sistem Distribusi Hasil Tani Tidak Direncanakan


GORONTALO, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Gorontalo mencetak 650 hektar sawah baru pada tahun ini. Pencetakan awah baru ini akan dilakukan setiap tahun untuk mengantisipasi berkurangnya lahan pertanian akibat alih fungsi lahan produktif menjadi permukiman atau perkantoran. Lahan untuk pencetakan sawah baru ini diambil dari lahan bekas hak guna usaha yang tidak dimanfaatkan lagi.
”Tahun lalu kami berhasil mencetak sawah baru seluas 700 hektar dan rencana untuk tahun depan pencetakan sawah baru seluas 600 hektar. Penambahan luasan sawah baru ini dilakukan di semua kabupaten dan kota se- Gorontalo,” ujar Kepala Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo Muljady Mario di Gorontalo, Selasa (23/9).

Selain mencetak sawah baru, kata Mario, Pemerintah Provinsi Gorontalo juga tengah membangun irigasi di Kecamatan Randangan, Kabupaten Pohuwato. Irigasi yang ditargetkan rampung pada 2017 itu akan dipakai untuk mengairi sawah seluas 10.000 hektar. Jaringan irigasi di Kecamatan Paguyaman, Kabupaten Boalemo, yang dibangun tahun lalu dimanfaatkan untuk mengairi 6.800 hektar sawah.

”Pencetakan sawah baru harus diiringi dengan pembangunan irigasi. Setiap tahun kami juga ada program perawatan dan perbaikan irigasi yang mencapai ribuan hektar,” kata Mario.

Saat ini, luas sawah produktif di Gorontalo mencapai 56.894 hektar. Dengan luas tersebut, padi yang dihasilkan pada 2013 di Gorontalo sebanyak 295.913 ton.

Pemprov Jawa Barat menargetkan pencetakan 100.000 hektar sawah baru tercapai pada 2015. ”Tahap pencetakan sawah baru itu masih dalam pengidentifikasian lokasi. Umumnya, sawah baru akan dibuka di wilayah selatan Jabar. Kami masih kaji sistem pengairannya,” kata Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jabar Husain Ahmad, Selasa, di Bandung.

Menurut Husain, lahan di wilayah selatan Jabar dipilih karena masih relatif lengang dibandingkan di wilayah utara. Selama ini, persawahan di wilayah selatan sering terkena dampak kekeringan karena umumnya merupakan sawah tadah hujan. ”Oleh karena itu, kami mengembangkan cara bagaimana mengaliri sawah baru tersebut nantinya,” ujarnya.

Salah satu lokasi di wilayah selatan adalah di Tasikmalaya. Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya menargetkan membuka 100 lahan sawah baru pada 2014. ”Kami juga akan mengusahakan pembuatan jaringan irigasinya agar ketersediaan air tetap terjaga sepanjang tahun,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Tasikmalaya Hendri Nugroho di Tasikmalaya.

Dia mengatakan, meski alih fungsi lahan Tasikmalaya baru 5-10 hektar per tahun, beragam persiapan harus terus dilakukan guna menjaga produktivitas panen beras. Kini di Tasikmalaya tercatat ada 49.600 hektar sawah dari total luas sawah mencapai 268.090 hektar. Pada 2013, total panen dari sawah Tasikmalaya mencapai 295.734 ton beras.

Distribusi hasil tani
Husain mengatakan, Pemprov Jabar hanya merancang lokasi pembukaan lahan sawah baru serta saluran pengairannya. Adapun sistem distribusi hasil tani, seperti sarana pengangkutan, dan infrastruktur jalan tidak termasuk dalam rencana itu. Pemerintah juga tidak memberi jaminan ketersediaan pupuk dan benih. ”Nanti kelompok masyarakat sendiri yang menentukan,” kata Husain.

Sebelumnya, Ketua Harian Himpunan Kelompok Tani Indonesia Jabar, Entang Sastraatmadja, menyarankan, Pemprov Jabar menyiapkan sarana pendukung bagi lahan sawah baru. ”Air adalah sarana utama. Selain itu, harus dipikirkan bagaimana nanti membawa dan menjual hasil panen mereka. Lihat saja sendiri sekarang, akses jalan menuju Jabar selatan rusak. Itu menyulitkan petani,” kata Entang.

Nana Sukarna, pendamping kelompok petani di Kabupaten Subang, mengatakan, jika pencetakan sawah baru tanpa ada perlindungan akses alat produksi, seperti ketersediaan benih, pupuk, dan alat kerja, serta akses pasar, petani sulit meningkatkan kemakmuran mereka.

”Masalah akan terulang beberapa tahun kemudian karena petani akan tetap kesulitan memenuhi kebutuhan hidup. Lahan, alat produksi, dan jaminan pasar adalah tiga hal wajib yang harus dimiliki petani saat ini,” ujar Nana.

Sementara itu, petani di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menjaga aliran air irigasi mulai dari pintu air di bendungan hingga ke sawah mereka. Ini untuk memastikan aliran air ke lahan mereka tidak diserobot petani lain. (APO/CHE/HEI/EGI)

http://epaper1.kompas.com/kompas/books/140924kompas/#/22/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar