Kamis, 18 September 2014

Mafia Pupuk Masih Gentayangan

Rabu, 17 September 2014

FAJARONLINE - Sekretaris Jenderal Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Benni Pasaribu mengatakan sektor pangan banyak permasalahan karena ulah mafia. Salah satunya adalah mafia pupuk yang saat ini masih terus beraksi. "Masih ada mafia pupuk. Sebentar lagi, bulan Januari musim panen. Bulog mestinya difungsikan. Nah, saat Jokowi dilantik, itu sudah masuk musim tanam, kita harus antisipasi kelangkaan pupuk yang selalu jadi mainan mafia pupuk" kata Benni saat menjadi pembicara dalam diskusi bertajuk "Membaca Arah Politik Pangan di Era Pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla" di Jakarta, Rabu 17 September.

Benni mengatakan selain mengantisipasi potensi kelangkaan pupuk di musim tanam, pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla juga mesti mengantisipasi kemungkinan kelangkaan benih.

Selama ini lanjutnya, pupuk dan benih selalu menjadi 'permainan' oknum di sektor pangan. Karena itu, dalam memilih menteri pertanian, keberanian, ketegasan serta bebas dari korupsi harus dijadikan pertimbangan dalam memberantas para mafia pupuk tersebut. "Lihat  saja kita masih menemukan pupuk bersubsidi di Kuching Malaysia. Ini kan permainan, persis kayak mafia BBM. Pada Oktober, saat Jokowi sudah mulai bekerja, masalah mafia harusnya sudah bisa diberantas. Oktober mafia pupuk harus diselesaikan," tuturnya.

Selain mengenai kelangkaan pupuk dan benih, yang menjadi permasalahan di sektor pangan juga terjadi instruktur pertanian. Benni mengatakan selama 10 tahun kepemimpiman SBY, sektor pangan terutama pertanian tak ada perubahan signifikan. "Coba berapa irigasi yang di bangun SBY. Dulu ada Koperasi Unit Desa (KUD), kelompok tani. Sekarang kelembagaan itu seperti dihancurkan," katanya.

Benni menjelaskan Indonesia sangat mungkin bisa berdaulat di sektor pangan jika tidak salah urus dan kelola. Seperti yang dialami Sang Hyang Sri yang bergerak dalam pembudidayaan benih. "Sang Hyang Sri punya 3.000 hektare lahannya, kini apa coba. Itu karena orientasinya proyek sehingga kreativitas tak ada lagi. Badan Urusan Logistik atau Bulog dulu bisa jadi pengaman harga pangan, kenapa sekarang tidak. Kita ada semua, tinggal kembalikan  fungsi Bulog. Bulog juga tak perlu melulu cari untung, tapi jadi agen development, menjadi stabilisitator harga dan penjaga stok  nasional," tandasnya. (jpnn)

http://www.fajar.co.id/nasional/3349330_5712.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar