Kamis, 25 September 2014
Ketinggian Air Waduk Tilong Susut 5 Meter
TASIKMALAYA, KOMPAS — Areal tanaman padi seluas 3.713 hektar di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, dan 1.192 hektar di Provinsi Lampung kekeringan. Dampak kekeringan di dua daerah itu sebagian besar masih berdampak ringan dan sedang. Namun, 52 hektar di tanaman padi di Lampung terancam gagal panen atau puso.
Di Tasikmalaya, bantuan pompa air disediakan pemerintah kabupaten di 39 kecamatan guna meminimalkan dampak lebih buruk. Total luas lahan sawah di daerah itu 49.600 hektar.
”Sejauh ini dampak kekeringan masih bersifat ringan dan sedang. Seluas 288 hektar tanaman padi tergolong ringan dan 3.433 hektar lainnya sedang,” kata Kepala Bidang Padi dan Palawija di Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya, Hetty Heryati, Rabu (24/9), di Tasikmalaya.
Hetty mengatakan, dampak kekeringan terjadi karena banyak petani tetap menanam padi saat memasuki musim kemarau, Juli 2014. Hal itu tetap dilakukan meskipun petani sudah dianjurkan tidak menanam saat musim kemarau. ”Hujan yang masih turun pada Juli 2014 membuat petani kebingungan. Mereka tetap menanam karena mengira hujan akan turun lebih lama,” katanya.
Untuk meminimalkan dampak ini, Hetty mengatakan sudah menyalurkan masing-masing satu pompa air di 39 kecamatan. Meskipun masih jauh dari cukup, ia berharap kekeringan tidak terlalu menyengsarakan petani.
Di Lampung, kekeringan tanaman padi tersebar di 15 kabupaten dan kota. Menurut Kepala Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung, Iskandar Syah, di Bandar Lampung, Rabu, dari total 1.192 hektar lahan yang kekeringan, seluas 1.124 hektar di antara kekeringan ringan, 34 hektar kekeringan sedang, 2 hektar kekeringan berat, dan 32 hektar terancam puso. Seluruh lahan persawahan yang terancam puso terdapat di Kota Metro.
Menurut Iskandar, sawah yang terancam puso ini terjadi karena petani yang sudah dianjurkan untuk tidak menanam bibit sejak Agustus, nekat, dan memaksa menanam.
”Kami sudah memprediksi hal ini. Kami tidak menyarankan tanam bibit setelah Agustus karena akan ada kekeringan dan program perbaikan saluran irigasi untuk beberapa daerah,” tutur Iskandar.
Selain sudah memasuki musim kemarau sejak September, aliran irigasi yang biasa mengaliri air ke sejumlah sawah juga ditutup. Irigasi itu sedang dalam masa perbaikan, dengan mengganti dinding aliran sepanjang puluhan kilometer.
Sunarto, buruh tani di Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro, menyebutkan, tiga petak lahan yang ia garap mengalami puso karena kekeringan. ”Saya sudah bilang kepada pemilik lahan, tetapi pemilik lahan yakin hujan tetap turun Agustus sampai November. Memang waktu Agustus di daerah ini masih sering hujan, tetapi sejak September tak pernah hujan,” tuturnya.
Kekeringan terparah terjadi di Kabupaten Lampung Selatan. Di daerah itu 1.006 hektar tanaman padi kekeringan ringan.
Waduk Tilong
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Lampung, Ekodiah, menambahkan, pihaknya mencoba langkah antisipasi menghadapi kekeringan dengan memberi pinjaman pompa air dan penyediaan cadangan benih nusantara.
Di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, musim kemarau ini mengakibatkan ketinggian air Waduk Tilong menyusut 5 meter dari permukaan normal hingga sekitar April lalu. Dampak yang kini mulai terasa antara lain ancaman gagal panen berpotensi melanda sekitar 80 hektar tanaman padi di bagian hilir dan gangguan pasokan air bersih bagi sebagian warga Kota Kupang.
Waduk yang dibangun selama enam tahun sejak 1995 itu berlokasi di Desa Noelnasi, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, atau sekitar 16 kilometer timur Kota Kupang. Dengan areal genangan seluas 192 hektar dan berdaya tampung 19 juta meter kubik air, keberadaan waduk sejauh ini diandalkan mengairi sawah seluas 1.484 hektar dengan pola tanam bergantian padi-palawija. Waduk sekaligus menjadi sumber air baku bagi warga Kota Kupang dan sekitarnya.
Seperti disaksikan di lokasi, Rabu, jejak penyusutan air terlihat jelas melalui dinding bagian dalam waduk. Bekas penyusutan meninggalkan warna putih dari endapan kapur. Sementara dinding waduk bagian atasnya berwarna kehitaman sebagai pertanda tak terjangkau genangan air.
Secara terpisah, sejumlah petani di sekitar waduk kini mengeluh tidak bisa lagi menggenangi sawah mereka secara maksimal. Bahkan, tidak sedikit sawah dengan tanaman padi berusia sekitar 1-2 bulan mengering.
Di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, kekeringan membuat warga di sejumlah wilayah sulit mendapatkan air bersih. Sebagian warga kini hanya mengandalkan bantuan kiriman air bersih karena sumur ataupun telaga sudah kering. Setiap ada kiriman air bersih langsung diserbu warga.
Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Gresik, Abu Hasan, 56 desa di tujuh kecamatan terdampak kekeringan. Distribusi air bersih ke desa terdampak sudah berlangsung sejak Agustus lalu.
Warga Munggugianti, Kecamatan Benjeng, Sulasmi (47), mengatakan, desanya dua kali mendapatkan kiriman air bersih. Bantuan menjadi andalan warga sebab telaga kering sejak tiga pekan lalu. (CHE/GER/ANS/ACI)
http://epaper1.kompas.com/kompas/books/140925kompas/#/21/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar