Kamis, 23 Oktober 2014

5.000 Hektar Sawah Tak Terairi

Kamis, 23 Oktober 2014

Debit Air Bendungan Pamarayan Menurun


SERANG, KOMPAS — Jangkauan Bendungan Pamarayan di Kabupaten Serang, Banten, untuk mengairi sawah berkurang dari 20.000 hektar sawah menjadi sekitar 15.000 hektar sawah akibat kemarau. Debit air yang dialirkan dari waduk tersebut tinggal 200 meter kubik per detik.
Hanan, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau, Ciujung, dan Cidurian, di Serang, Rabu (22/10), mengatakan, Bendungan Pamarayan biasanya mengalirkan air untuk irigasi hingga 750 meter kubik per detik.

Penurunan debit air waduk tersebut mulai terjadi pada Agustus lalu. Berdasarkan pantauan Kompas, sawah-sawah di beberapa daerah di sekitar Pamarayan terlihat kering. Ini seperti terjadi di Desa Katulisan, Kecamatan Cikeusal, dan Desa Dukuh, Kecamatan Kragilan, di Kabupaten Serang. Sawah-sawah tak digarap. Tanah yang kekeringan tersebut retak-retak. ”Sepertinya panas pada tahun ini lebih lama. Kalau tahun lalu, lebih lama hujannya,” ujar Hanan.

Hujan biasanya sudah mulai turun Oktober ini. Namun, kata Hanan, perubahan iklim membuat pola itu berubah. Tahun ini hujan masih turun hingga Juli lalu. ”Mungkin hujan baru turun Desember nanti,” ujarnya.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Banten Oong Sahroni mengatakan, pada masa paceklik panjang akibat kemarau seperti saat ini, irigasi yang rusak terasa menjadi persoalan yang amat pelik. Sebagian besar sawah di Banten belum diairi irigasi sehingga para petani hanya mengandalkan hujan.

”Nanti, kalau hujan mulai turun pun, petani masih harus menggarap sawahnya dan baru mendapatkan panen empat bulan lagi,” katanya.

Gagal panen
Di Jawa Tengah, tanaman cabai di Kabupaten Magelang mengering, mati, dan gagal panen akibat kekurangan air. Yono, salah seorang petani di Desa Sumber, Kecamatan Dukun, mengatakan, dari sekitar 2.000 tanaman cabai miliknya, sekitar 200 tanaman mati karena kekurangan air.

”Hasil panen juga merosot drastis karena rata-rata produktivitas lebih dari 1.800 tanaman lainnya berkurang 40 persen daripada biasanya,” ujarnya.

Jika biasanya dia bisa mendapatkan hasil panen cabai lebih dari 1 kuintal, kini tanaman cabainya hanya menghasilkan kurang dari 50 kilogram cabai.

Hal serupa dikatakan Eko, petani di Desa Ketep, Kecamatan Sawangan. Sebanyak 2.500 tanaman cabai milik Eko yang biasanya menghasilkan 7 kuintal cabai kini hanya menghasilkan sekitar 5 kuintal karena 500 tanaman cabainya mati.

”Saya sudah berusaha mencukupi kebutuhan air dengan menyiram tanaman setiap hari, tetapi itu pun belum cukup,” ujarnya. Lahan tanaman cabai milik Eko adalah tadah hujan.

Siswo, petani di Desa Jati, Kecamatan Sawangan, mengatakan, minimnya air irigasi menyebabkan tanaman cabainya yang berusia 50 hari terlihat kurang segar. ”Jika musim kemarau terus berlangsung berkepanjangan, tanaman cabai milik saya pun berpotensi gagal panen,” ucapnya.

Kekeringan juga mengakibatkan kualitas hasil panen menurun. ”Banyak cabai terlihat menghitam, gosong, karena terpanggang sinar matahari terus- menerus,” ujar Ny Cipto, salah seorang pedagang cabai di Pasar Muntilan, Kecamatan Muntilan.

Sementara itu, hujan yang belum kunjung turun membuat krisis air bersih di sejumlah wilayah di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, meluas. Permintaan bantuan air bersih pun terus bertambah. Beberapa di antaranya diajukan oleh daerah-daerah baru yang sebelumnya tidak pernah mengalami krisis air dan tak termasuk dalam peta daerah rawan kekeringan.

Kepala Seksi Penanganan Darurat dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Temanggung Eko Suprapto mengatakan, jika biasanya permintaan air bersih diajukan maksimal enam kecamatan, tahun ini hingga awal Oktober, permintaan air bersih telah diajukan oleh sembilan kecamatan.

”Ini adalah krisis air bersih terburuk yang pernah terjadi di Temanggung selama 10 tahun terakhir,” katanya.

Di Kalimantan Timur, PDAM Balikpapan masih menggilir jadwal distribusi air. Penggiliran air tetap dilakukan hingga 31 Oktober,” ungkap Gazali Rahman, juru bicara PDAM Balikpapan, Selasa. (BAY/EGI/PRA)

http://epaper1.kompas.com/kompas/books/141023kompas/#/24/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar