Jumat, 24 Oktober 2014

Sawah Beririgasi Pun Berubah

Jumat, 24 Oktober 2014

300 Hektar di Manggarai Gagal Panen

MAGELANG, KOMPAS — Empat tahun ini, 1.807 hektar sawah di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, berubah dari sawah beririgasi teknis menjadi tadah hujan. Itu terjadi karena 11 bendung dan irigasi yang menyuplai air areal sawah tersebut rusak akibat diterjang banjir lahar dingin tahun 2011.
Kepala Seksi Pengelolaan Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum, Energi, dan Sumber Daya Mineral Magelang Santoso, Kamis (23/10), mengatakan, perbaikan tidak serta-merta dilakukan Pemerintah Kabupaten Magelang karena membutuhkan dana cukup besar. ”Kebutuhan dana perbaikan 11 bendungan Rp 70 miliar. Dana itu tidak mungkin ditanggung oleh APBD Kabupaten Magelang,” ujarnya.

Sebanyak 11 bendung dan saluran irigasi itu tersebar di Kecamatan Dukun, Sawangan, Salam, Ngluwar, dan Srumbung. Bendung yang mengaliri areal terluas adalah Bendung Pasekan di Desa Gondowangi, Kecamatan Sawangan, dengan luasan sawah terairi 832,69 hektar.

Menurut Santoso, pihaknya sudah mengajukan permintaan bantuan dana dan masih menunggu respons selanjutnya dari pemerintah pusat.

Ujianto, warga Desa Sengi, Kecamatan Dukun, mengatakan, sejak aliran irigasi terputus, dia dan sebagian besar warga desa hanya bisa menjalankan aktivitas bertani saat hujan. ”Pada musim kemarau, sebagian warga membuat saluran kecil dan mengambil air dari Kali Tlising dari lain desa. Namun, hal itu justru membuat warga sering bertengkar dan berebut air dengan warga desa tetangga,” ujarnya.

Heri Priyanto dari Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak mengatakan, tahun 2015 instansinya juga akan melanjutkan upaya perbaikan sabo dam yang rusak akibat erupsi Gunung Merapi.

Tahun depan, upaya perbaikan akan dilakukan di delapan sabo dam di delapan lokasi di Kabupaten Magelang, Boyolali, dan Sleman. ”Anggaran untuk perbaikan delapan sabo dam diperkirakan Rp 130 miliar,” ujarnya.

Kerusakan 11 bendung dan irigasi di Magelang membuat kekeringan lahan pertanian semakin menjadi-jadi pada musim kemarau ini. Petani membiarkan lahan mereka menganggur karena tidak ada pasokan air.

Mengering
Musim kemarau yang juga melanda Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Sulawesi Selatan, tiga bulan ini mengakibatkan sawah, tambak, dan sumur warga kekeringan.

Berdasarkan pantauan Kamis, wilayah pesisir yang terkena dampak parah kemarau yaitu Kecamatan Ma’rang dan Mandalle. Sebagian tambak mengering hingga terlihat dasar tambak yang pecah-pecah. Begitupun dengan sawah yang gersang.

Kepala Desa Pitusunggu, Ma’rang, Nurhayati, mengatakan, dari total 365 hektar luas lahan tambak di desanya, hampir semuanya dilanda kekeringan.

Nurhayati menambahkan, sekitar separuh dari total 598 keluarga di wilayah desanya itu juga mengalami kesulitan air bersih gara-gara sumur yang mengering. Warga harus membeli air seharga Rp 2.500 per jeriken.

Gara-gara kemarau panjang itu pula, penghidupan warga dari budidaya rumput laut terpukul. Warga Desa Pitusunggu, M Saing (60), mengatakan, harga rumput laut juga turun menjadi Rp 13.000 per kilogram karena kualitas turun. Saat normal harganya Rp 18.000 per kilogram.

Di Ruteng, Nusa Tengara Timur, tiga sumber air yang diandalkan sebagai penunjang pasokan air baku bagi perusahaan daerah air minum mengering. Direktur PDAM Ruteng Klemens Man mengatakan, kekurangan pasokan air bersih kini mulai dirasakan warga daerahnya.

Wakil Bupati Manggarai Deno Kamelus menegaskan, pihaknya sudah meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat dan instansi terkait lainnya agar terus memantau dampak kemarau yang semakin mengganas.

Kepala BPBD Manggarai Anggelus Angkat menjelaskan, kemarau panjang kali ini juga berdampak pada pengolahan sawah. Dari catatan sementara, sekitar 300 hektar sawah petani di Manggarai hampir dipastikan gagal panen atau puso.

Dari Kabupaten Malang, Jawa Timur, dilaporkan, tanggap darurat kekeringan daerah itu berlangsung hingga 31 Oktober. Jika sampai akhir Oktober hujan belum juga turun merata, bantuan air bersih bagi warga akan diteruskan sampai kebutuhan air warga tercukupi.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Malang EK Hafi Lutfi, Kamis, di Malang, pihaknya belum bisa memastikan kapan bantuan air bersih akan diakhiri. Sejauh ini ada tujuh kecamatan yang mendapatkan bantuan air dengan jumlah penduduk lebih dari 5.000 keluarga.

Kemarau yang menyebabkan sawah-sawah kekeringan memicu kenaikan harga beras di pasar- pasar tradisional di Serang, Banten. Produksi padi diduga menurun sehingga pasokan tersendat dan harga merambat naik setidaknya sejak satu bulan lalu.

Di Makassar, Sulsel, kemarau panjang mengakibatkan makin sering terjadi kebakaran. (EGI/ENG/WER/ANS/BAY/REN)

http://epaper1.kompas.com/kompas/books/141024kompas/#/25/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar