Senin, 13 Oktober 2014

Petani Menyiasati Kekeringan dengan Tanaman Hortikultura

Senin, 13 Oktober 2014

SIDOARJO, KOMPAS — Sebagian besar petani di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, memilih menanam tanaman hortikultura pada musim tanam kemarau II tahun ini. Hal itu untuk menyiasati terbatasnya pasokan air akibat mengeringnya sumber air pada musim kemarau. Apalagi, banyak saluran irigasi yang rusak sehingga mengganggu kelancaran distribusi pengairan.
Ketua Kelompok Tani Tekun Desa Wonoplintahan, Kecamatan Prambon, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Sarnawi mengatakan, pola tanam yang dilakukan petani saat ini, dua kali padi dan satu kali palawija atau horti. Penanaman palawija dilakukan pada musim kemarau untuk menghindari gagal panen akibat kekeringan.

”Di daerah kami, pengairan masih menjadi masalah bagi petani. Pasokan air terbatas pada musim kemarau. Persoalan semakin parah dengan rusaknya sejumlah saluran irigasi sehingga distribusi airnya tidak merata,” ujar Sarnawi, Minggu (12/10).

Terbatasnya pasokan air membuat petani tidak bisa menanam padi karena tanaman ini membutuhkan air yang banyak. Sebagai gantinya, saat ini petani memilih tanaman horti jenis kedelai. Alasannya, tanaman kedelai bisa tumbuh dan berkembang dengan air yang terbatas.

”Selain itu, harga jual kedelai juga lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual jagung dan ketela. Harga kedelai bisa mencapai Rp 6.500 per kilogram, sedangkan jagung pipilan kering hanya Rp 3.000 per kilogram,” ujar Tarmudji, anggota Kelompok Tani Tekun.

Tarmudji mengatakan, anggota kelompok tani di desanya mencapai 192 petani penggarap dengan luas lahan lebih dari 100 hektar. Sebagian besar petani menanam kedelai dan baru akan menanam padi pada musim hujan pada pengujung tahun 2014.

”Musim tanam secara umum di Jawa Timur mundur atau lebih lambat daripada daerah lain di Indonesia karena hujan turun belakangan. Di Sidoarjo, musim tanam padi baru diprediksi mulai pertengahan Desember 2014,” ujar Kepala Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan Sidoarjo Anik Puji Astuti.

Anik mengatakan, kondisi saluran irigasi di wilayahnya banyak yang rusak dan belum diperbaiki. Oleh karena itu, pemerintah daerah telah menganggarkan dana perbaikan. Namun, karena terbatasnya anggaran, perbaikan dilakukan secara bertahap sehingga tidak mampu menjangkau seluruh daerah.

Sementara itu, kekeringan masih melanda sejumlah areal persawahan di wilayah Kabupaten Tegal dan Brebes, Jawa Tengah, akibat hujan yang belum juga turun di wilayah tersebut.

Sawah-sawah yang kekurangan air dibiarkan tidak ditanami oleh pemiliknya. Kondisi ini terlihat, antara lain, di wilayah Kecamatan Brebes dan Bulakamba yang berada di Kabupaten Brebes. (NIK/WIE)

http://epaper1.kompas.com/kompas/books/141013kompas/#/18/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar