Senin, 07 September 2015

Ketika Anak Muda Melawan Tengkulak

Senin, 7 September 2015

Di kalangan orang yang pesimistis, masalah bangsa sepertinya tak berujung dan ruwet. Akan tetapi, di tangan anak-anak muda, masalah itu diurai dengan bantuan teknologi digital. Persoalan perdagangan komoditas seperti bawang, daging, dan beras yang bertahun-tahun mendera negeri ini menjadi lebih mudah dipahami. Kini anak muda melawan tengkulak, bukan dengan kekerasan, melainkan dengan kode-kode digital.

"Awalnya dari lomba membikin aplikasi untuk mengatasi masalah negeri ini. Edisi pertama kali ini, masalah yang dilombakan mengenai aplikasi pemantauan harga komoditas pokok," kata Ainun Najib, inisiator laman Kawalpemilu dan juga menjadi inisiator forum teknologi informasi Code4Nation.

Lomba yang disebut Hackathon Merdeka ini merupakan prakarsa Code4Nation dengan difasilitasi Kantor Staf Presiden. Perlombaan pembuatan aplikasi ini sudah dilaksanakan beberapa waktu lalu. Sebanyak 462 peserta mendaftar lomba ini, tetapi yang hadir sekitar 300 peserta yang tergabung dalam 80 tim. Dari lomba ini dihasilkan lima tim terbaik dengan kategori tiga tim terbaik dan dua tim spesial. Tidak ada urutan para pemenang.

Salah satu tim terbaik adalah tim yang bernama Limakilo. Tim ini membangun aplikasi yang memungkinkan pihak yang ingin memantau pertumbuhan komoditas hingga melakukan pemesanan komoditas itu. Tim ini tengah mencoba untuk komoditas bawang merah. Aplikasi yang sedang dalam pengembangan dan pembenahan ini kelak diharapkan bisa memantau kondisi pertanaman bawang merah di sejumlah tempat.

"Saat ini tim Limakilo sedang melakukan uji coba dan penyempurnaan aplikasinya. Untuk sementara kami baru menerima order secara terbuka dan penanganan manual dengan menggunakan SMS, Whatsapp, e-mail. Cara ini sekaligus untuk menghitung perbedaan efisiensi sebelum dan setelah menggunakan aplikasi," kata Koordinator Pemasaran dan Humas Limakilo Lisa Ayu Wulandari. Tim ini beranggotakan empat orang. Selain Lisa, ada dua rekannya di bagian teknologi dan satu lagi mengelola laman.

Dari uji coba secara manual pekan lalu, mereka telah mendapat pembeli sebanyak 60 orang dari sejumlah kota. Jumlah pesanan bawang merah mencapai 400 kg. Mereka berani menawarkan diskon harga. Harga pasar saat itu Rp 20.000 per kg dan mereka berani menjual dengan harga Rp 17.000.

Presiden Joko Widodo saat bertemu dengan sejumlah editor ekonomi telah mengungkapkan harapannya agar aplikasi ini bisa digunakan dalam waktu dekat sehingga masalah harga komoditas bisa ditangani. Joko Widodo mengatakan, dengan aplikasi, pemantauan harga lebih cepat diketahui.

"Jika nanti aplikasi sudah sempurna, maka apabila ada order, pembeli bisa langsung mengetahui harganya. Setiap saat harga diperbarui. Kami berani memberi diskon 15 persen karena kami memotong banyak rantai dari petani ke pasar akhir," kata Lisa.

Lisa mengatakan, pihaknya kelak berharap, begitu menerima order, bisa langsung dikirim ke petani melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Untuk mempercepat penanganan order, Lisa mengakui masih ada masalah, yaitu pengetahuan petani yang minim tentang telepon pintar. Ia mengakui, hal itu merupakan pekerjaan rumah yang besar untuk melatih mereka agar familier dengan telepon pintar dan aplikasi secara bertahap.

Pada akhirnya antara pembeli, pengelola aplikasi, petani, dan pengirim produk akan terhubung secara cepat dan praktis sehingga bisa memotong rantai distribusi dan otomatis memotong biaya. Untuk pengiriman barang, mereka juga melakukan uji coba dengan menggunakan Kantor Pos dan Go-Jek.

"Kami berharap, dengan aplikasi ini, semua pihak akan terhubung langsung. Harapannya, dengan menghubungkan konsumen langsung ke produsen, harga akan lebih manusiawi bagi kedua pihak," kata Lisa. Inilah cara mereka melawan tengkulak. (ANDREAS MARYOTO)

http://epaper1.kompas.com/kompas/books/150907kompas/#/18/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar