Kamis, 29 Oktober 2015

Beras Tasikmalaya Diminati di Luar Negeri

Kamis, 29 Oktober 2015

TASIKMALAYA, KOMPAS — Kualitas beras organik dari Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, diakui konsumen mancanegara. Sejak enam tahun terakhir, sebanyak 729.811 ton beras organik Tasikmalaya diekspor ke sejumlah negara.

"Beras organik Tasikmalaya adalah satu-satunya beras yang diekspor tahun ini dari Indonesia. Kerja keras para petani ini harus diapresiasi karena tidak mudah memenuhi standar ekspor banyak negara di Eropa dan Amerika," kata Direktur Jenderal Tanaman Pangan di Kementerian Pertanian Hasil Sembiring, saat melepas pengiriman 18 ton padi organik Tasikmalaya dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Simpatik menuju Italia, di Kampung Cidahu, Desa Mekarwangi, Kecamatan Cisayong, Tasikmalaya, Rabu (28/10).

Produksi beras organik di Tasikmalaya merupakan yang tertinggi di Indonesia. Dari sekitar 51.000 hektar sawah, sebanyak 8.000 hektar di antaranya menerapkan pola organik. Satu hektar sawah organik bisa menghasilkan 6,5-8 ton dengan harga jual gabah kering panen saat ini Rp 6.500 per kilogram. Namun, potensi besar itu belum maksimal. Saat ini, baru 280 hektar sawah bersertifikasi internasional, sebagai syarat utama ekspor.

Berdasarkan data Gapoktan Simpatik Tasikmalaya, ekspor beras organik dimulai pada 2009 sebanyak 18 ton ke Amerika Serikat. Sukses pengiriman itu memicu pesanan selanjutnya. Pada Januari-Oktober 2015, misalnya, sebanyak 133,5 ton beras organik sudah dikirim ke Belgia, Italia, Malaysia, dan Amerika Serikat.

Hasil Sembiring mengatakan, sukses petani organik Tasikmalaya memberi banyak arti bagi masa depan pertanian di Indonesia. Selain mampu meningkatkan penghasilan, ekspor memberikan harapan dan semangat besar pengelolaan potensi besar Indonesia. Di tengah ancaman kekeringan, petani organik Tasikmalaya tetap berkarya menghasilkan produk berkualitas.

Menambah sawah

"Tahun depan, kami akan menambah 4.000 hektar sawah organik baru di sejumlah daerah di Indonesia, seperti Jawa Barat dan Jawa Timur," katanya.

Menurut Ketua Gapoktan Simpatik Uu Saeful Bahri, ekspor beras organik adalah hasil proses panjang dan kerja keras petani Tasikmalaya sejak 2003. Kemauan petani mengubah pola pikir menanam padi berkualitas hingga ketekunan pengajuan sertifikasi internasional yang rumit membuahkan hasil manis. Sejak 2009, permintaan beras organik dari beberapa negara tidak pernah berhenti.

Namun, menurut Uu, faktor yang menggembirakan bukan hanya permintaan tinggi. Penambahan jumlah petani bersertifikasi mencapai 3.000 petani hingga terbukanya pasar lokal menjadi hal yang patut disyukuri.

"Perlahan, petani dan konsumen di Indonesia semakin paham pola pertanian tanpa pestisida untuk menghasilkan produk yang sehat," katanya.

Perwakilan Biofresh, perusahaan yang bergerak di bidang pangan asal Belgia, Daem Renaat, mengatakan, Tasikmalaya adalah salah satu penghasil beras organik berkualitas di dunia. Fakta banyak petani sudah tersertifikasi internasional membuat perusahaannya tidak segan membeli beras organik Tasikmalaya untuk masyarakat Belgia.

"Pasar beras organik Tasikmalaya dan Indonesia di Eropa masih sangat besar. Sekitar setengah penduduk Eropa kini mengonsumsi pangan organik termasuk beras. Potensi itu bisa dimanfaatkan petani Tasikmalaya mempertahankan pola pertanian sehat dan ideal," katanya.

Sementara itu, Provinsi Lampung menargetkan luas tanam seluas 807.406 hektar pada masa tanam 2016. Dengan luas tanam tersebut, Lampung diharapkan dapat memproduksi 4,4 juta ton gabah kering giling. Itu bisa dicapai jika produktivitas 1 hektar sawah mencapai 5,5 ton gabah kering giling (GKG).

Hal tersebut dikatakan Kepala Dinas Pertanian Lampung Lana Rekyanti ketika ditemui Kompas di Bandar Lampung, Rabu. "Pada tanam rendeng di bulan Oktober-Maret, kami menargetkan luas tanam sebesar 470.897 hektar. Pada tanam gadu April-September, kami menargetkan luas tanam sebesar 334.509 hektar," katanya.

Upaya peningkatan luas tanam tersebut dilakukan dengan melakukan revisi pola tanam, perbaikan jaringan irigasi tersier, dan percepatan tanam.

(CHE/GER)

http://epaper1.kompas.com/kompas/books/151029kompas/#/22/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar