Kamis, 01 Oktober 2015

Mentan Amran Sulaiman Blak-blakan Soal Wacana Impor Beras

Kamis, 01 Oktober 2015

Blitar -Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman termasuk yang ngotot agar Indonesia tak impor beras tahun ini. Tak impor beras merupakan simbol target swasembada beras yang diembannya, saat diangkat Presiden Joko Widodo (Jokowi) Oktober 2014 lalu.

Ia berkeyakinan, produksi beras nasional cukup bahkan berlebih, meski ada ancaman El Nino. Wacana impor beras muncul saat Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyampaikan soal kemungkinan impor beras. Amran dan Jokowi sempat panen padi di Karawang, seolah memberi pesan produksi padi masih berjalan meski bukan masuk periode panen raya.

Saat ditemui usai kunjungan kerja ke Desa Siraman, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Selasa (29/9/2015), Amran Sulaiman bersedia diwawancarai detikFinance saat berada di sebuah rumah makan.

Ia menyampaikan sikapnya soal kemungkinan adanya impor beras, termasuk soal mulai adanya kenaikan harga beras di dalam negeri. Apa sikap Amran bila nanti ada impor beras? Apa yang akan dilakukannya? Apa kebijakannya soal impor sapi hingga jagung?

Berikut wawancara lengkap detikFinance dengan Amran.

Bisa diceritakan pertemuan antara Presiden Jokowi dengan para pedagang beras di Istana hari Senin kemarin?
Pertama, kemarin pedagang mengatakan bahwa beras cukup, pedagang ya yang bilang. Ada juga yang mengeluhkan operasi pasar Bulog sehingga stok beras menumpuk di mereka. Dengan kenaikan (harga beras) 2-3 persen sederhana saja, Bapak Presiden minta Bulog lepas 300.000 ton untuk operasi pasar.

Kemarin kesepakatannya adalah, mereka (pedagang beras) membantu pemerintah menurunkan harga beras. Kemudian menjaga stabilitas harga. Mereka mengatakan stok cukup di gudang mereka masing-masing, dan sepakat menurunkan harga.

Operasi pasar sudah jalan?
Sudah mulai Jumat kemarin, kan dijalankan terus sampai harga stabil. Antara 100.000-300.000 ton yang dilepas. Tapi mungkin cukup 50.000 ton saja (harga beras) sudah turun. Arahan Bapak Presiden, kalau perlu lepas 300.000 ton.

Stok komersial Bulog banyak kok, tidak pernah terjadi sebelumnya ada stok komersial sampai 700.000 ton. Tahun-tahum sebelumnya hanya 100.000-200.000 ton, yang penting ada beras lah.

Menurut pedagang stok cukup, lalu apa yang membuat harga beras naik 3%?
Mungkin psikologis pasar saja karena ada El Nino, kekeringan. Suplai ke Pasar Induk Cipinang masih normal, itu kata mereka (pedagang beras). Aku turun langsung ke lapangan juga untuk cek apakah ada panen.

Bisa dijelaskan apa tujuan utama kunjungan Anda keliling ke sejumlah daerah pekan ini?
Tujuan besarnya adalah sekarang ini untuk menentukan Desember-Januari itu sekarang, harus pacu tanam padi sekarang, karena tanam sekarang nanti panennya di Desember-Januari, itu strateginya, jangan sekarang santai-santai saja.

Kedua, ingin melihat langsung seperti apa panen saat ini di lapangan. Kondisinya seperti yang kita lihat langsung, ada panen dan langsung tanam lagi. Jadi kalau kita menduga, melihat data, mengambil sampel dari Jakarta saja itu tidak cukup. Anda kan kemarin lihat juga di Karawang, sekarang di Blitar, besok di Tuban, masih banyak panen. Kemudian kita pacu Kalimantan Selatan, selesai panen langsung tanam, tidak boleh putus.

Pantauan Anda ke lapangan ini akan menentukan apakah kita perlu impor beras atau tidak?
Tidak usah diperdebatkan. Tahu tidak? Kita ini berupaya sekarang menekan dampak dari El Nino. Sekarang stok (Bulog) masih ada 1,7 juta ton. Perbandingannya tahun lalu juga sama posisinya di 1,7 juta ton. Persoalan impor tidak impor itu dua-duanya baik.

Kenapa menurut Anda dua-duanya baik?
Karena itu keduanya untuk menjaga Merah Putih. ‎Kalau impor menjaga-jaga supaya jangan sampai El Nino ini kebablasan, menjaga stok. Sedangkan kalau tidak impor ingin menjaga petani. Jangan dilihat secara parsial, harus holistik.

Kalau posisi stok Bulog sama dengan tahun lalu, berarti stok tidak aman? Mungkin ini kekhawatiran Wapres JK?
Stok 1,7 juta ton tahun lalu itu kan sudah termasuk dari impor. Tahun lalu Bulog impor sekitar 400.000 ton, hampir 500.000 ton. Sekarang tanpa impor kita ada 1,7 juta ton juga. Justru Anda harus berpikir bahwa kekuatan sekarang lebih besar daripada tahun lalu.

Bandingkan juga dengan 1998. Kita impor 7,1 juta ton beras saat penduduk masih 200 juta orang. Sekarang penduduk sudah 250 juta tapi belum impor. Jadi angkat dari sisi positifnya bahwa ada hasil yang signifikan dari upaya khusus kita. Benar kan?

Bagaimana tindak lanjut dari permintaan Wapres JK untuk memperbaiki data produksi beras?
Itu bagus. Memang BPS (Badan Pusat Statistik) sekarang sudah menghitung ulang, mungkin setahun selesai.

Apakah memang ada kelemahan dalam perhitungan data produksi beras kita?
Kalau bercerita tentang data, makanya ada statistik, karena ada ketidaksempurnaan itu. Tingkat kepercayaan 95 persen, ada sisa 5 persen error-nya. Arahan Pak Wapres itu bagus supaya data betul-betul akurat.

Soal perbedaan data, kalau kita ambil sampel hari ini dan besok sudah bisa berbeda. Misalnya kita hitung berapa butir nasi yang dimakan setiap orang, 2 jam lagi saja sudah beda.

Data BPS tetap jadi acuan untuk pengambilan kebijakan soal beras?
Iya dong, harus dipercaya.

Kemarin di Istana, Presiden Jokowi juga menyatakan ingin Indonesia punya cadangan beras sampai 10 juta ton seperti China, bagaimana rencana untuk mencapai itu?
Itu bagus supaya stok kita aman, itu memotivasi kita. Kita bekerja keras. Yang jelas, kalau semua infrastuktur pertanian sudah baik pasti stok beras tercukupi. Target kita Bulog bisa punya stok 5-10 juta ton. Sekarang ini kan kita kecolongan di El Nino. Kalau tidak ada El Nino kita bisa ekspor beras.

Soal jagung, Anda ada rencana menyetop impor jagung tahun depan?
Bukan disetop, tapi dikendalikan, dibatasi sesuai kebutuhan.

Rencana pengendaliannya seperti apa?
Kita harus memperkuat produksi dalam negeri. Tapi bukan kita batasi lalu kita diam, itu keliru. Kami anggarkan kurang lebih Rp 2 triliun untuk perluasan lahan jagung 1 juta hektar.

Kemudian pengusaha pakan ternak kita suruh buka lahan jagung. Impornya misalnya 1 juta ton, sekarang butuh lahan berapa? Kita akan siapkan, kita sudah laporkan ke Bapak Presiden. Jadi nggak menekan tanpa memberi solusi.‎

Sudah ada pengusaha pakan yang mau buka lahan jagung?
Oh ada, sudah dong. Mereka buka sesuai kebutuhannya, kami siapkan lahan di Kalimantan. Ada juga kerjasama dengan Perhutani, pakai lahan Perhutani 80.000 hektar di Jawa Timur. Jadi bukan dikencangkan tapi tidak memberi ruang gerak, itu keliru, kita memberi solusi.

Penyediaan lahannya sudah dibicarakan dengan BPN?
Sudah, aku sudah bicara ke Menteri LHK (Lingkungan Hidup dan Kehutanan) dahulu.

Bukankah di Kalimantan lahan yang tersedia kebanyakan adalah tanah ulayat atau sudah ada pemilik HGU-nya?
Ya kalau kita tidak mau menghadapi problem seperti itu, kita diam. Kalau mau maju, pasti tantangan-tantangan itu ada. Di situlah terlihat kepiawaian kita menyelesaikan suatu persoalan. Saya yakin saya bisa menyelesaikannya.

Sejauh ini, bagaimana dampak pengetatan impor jagung terhadap harga di petani?
Tahu sekarang berapa harga jagung di petani? Sudah Rp 3.500/kg di petani, senang tidak petani? Katakanlah sekarang produksi jagung nasional sudah 10 juta ton, berarti keuntungan yang dinikmati petani kita Rp 10 triliun. Itu dampak pengendalian impor jagung. Sekarang petani bersemangat, bergairah menanam jagung.

Awalnya harga jagung, misalnya di NTB itu cuma Rp 1.500/kg. Sekarang sudah naik, minimal Rp 2.700/kg di NTB sana. Malah sudah Rp 3.000/kg di sana.

Jadi pengendalian impor itu strategi kami untuk memacu produksi. Kami memperbaiki infrastruktur, faktor-faktor kunci seperti benih pupuk kami perbaiki, sekarang pengendalian impor. Setelah pengendalian impor, tata niaganya kita perbaiki. Pasti bergairah petani kami.

Mungkin pengusaha awalnya sakit hati kok ini menteri tiba-tiba menahan impor. Saya tahan kepentingan mereka. Tapi kalau tidak saya tahan, mereka berjaya hari ini, 20 tahun lagi runtuh, dijajah oleh begal. Jadi kita visioner.

Tadi petani di Blitar mengeluhkan HPP beras untuk Bulog terlalu rendah, Bulog pun kesulitan melakukan pengadaan dengan HPP sekarang. Apa ada rencana menaikkan HPP beras?
Ah itu kata mereka (petani). Kalau jual Rp 9.000/kg mereka diam-diam saja. HPP itu penyangga saja. Yang penting faktor produksi kita perbaiki sehingga biaya produksi turun.

Terkait impor sapi, mengapa dibuka lebar lagi di kuartal IV setelah Bapak memperketat di kuartal III?
Tahu tidak kamu kebutuhan kuartal IV mintanya berapa? 300.000 ekor, itu (200.000 ekor) sudah saya kurangi hampir separuh. Jadi dalam setahun ini sudah kami kurangi. Jatah impor di kuartal IV ini untuk kebutuhan awal tahun depan.‎

Kemarin kuartal III kami kendalikan, masih makan daging sapi kan sampai hari ini? ‎Kemarin BPS mengatakan impor pangan baru separuh dari tahun lalu, jadi terkendali. Yang kita hemat adalah devisa kurang lebih Rp 50 triliun.

Bukan karena tekanan dari Australia dan feedloter lalu impor sapi dilonggarkan lagi?
Ah tidak ada, tidak boleh kita cerita tekanan-tekanan. Kalau cerita tekanan, tidak selesai ini persoalan. Kalau memang masih cukup pasti tidak dibuka, percaya sama saya.

Lalu bagaimana rencana pengendalian impor sapi tahun depan?
Itu nanti kita hitung baik-baik, tentu mengacu pada jatah di 2015.

Naik atau turun dibanding jatah impor sapi 2015?
Kami upayakan turun dibanding 2015. Mau (penetapan kuota) per tahun atau per kuartal sama saja.

Mengapa penetapan kuota impor sapi dibuah dari per kuartal menjadi per tahun?
Itu tidak soal, mau per kuartal atau per tahun yang penting kami mengendalikan.

Bagaimana perbaikan internal yang Bapak lakukan di internal Kementan?
Sekarang (Kementerian) Pertanian sudah berubah. Sudah dengar nggak? Ada yang berani mempersulit? Kalau ada yang mempersulit orang, kucopot! Ada yang melanggar, kucopot! Kalau saya ikut jadi pelaku (pelanggaran) susah saya melakukan itu. Ada yang main sembunyi-sembunyi, aku tahu kok. Kami bangun sistem, tidak pilih kasih. ‎Sistem penerimaan internal eselon I, eselon II, kita bangun sistem.

Usai makan siang dan wawancara, hujan tiba-tiba turun. Amran segera keluar dari Restoran Dua-Dua untuk menyaksikan hujan.

"Ini berkah, saya datang ada hujan, padahal katanya El Nino," ujar Amran sambil tersenyum. Lalu tak lama kemudian Amran masuk ke mobilnya dan perjalanan pun berlanjut menuju Kediri.

(hen/dnl)

http://finance.detik.com/read/2015/10/01/073207/3032487/459/mentan-amran-sulaiman-blak-blakan-soal-wacana-impor-beras

Tidak ada komentar:

Posting Komentar