Senin, 12 Oktober 2015

Misteri Impor Beras

Senin, 12 Oktober 2015

Negeri ini memang penuh misteri. Kebijakan impor beras saja terkesan ditutup-tutupi dan tidak ada pejabat yang mau memberi keterangan secara terbuka. Silang pendapat soal perlu-tidaknya impor beras, bahkan silang pendapat di kalangan pejabat tinggi negara, sempat muncul sebelumnya.

Berawal dari sebuah keyakinan pemerintah akan terjadi surplus beras pada tahun 2015 sebesar 10,572 juta ton. Berdasarkan Angka Ramalan (Aram) I tersebut, pemerintah optimistis Indonesia tidak akan impor beras. Namun, rasa optimistis itu terkikis memasuki triwulan terakhir tahun ini akibat El Nino, stok beras yang dinilai mengkhawatirkan dan harga beras yang mulai naik. Sejak dua bulan terakhir, tren harga beras di pasar naik. Harga beras kelas rendah sudah tembus Rp 8.500 per kg atau setara harga normal beras medium. Harga beras medium yang saat ini rata-rata Rp 10.500 per kg tidak pernah turun dari Rp 10.000 per kg. Adapun harga beras premium di atas Rp 11.000 per kg.

Di sisi lain, Perum Bulog sulit menambah pasokan beras karena berbagai faktor. Perum Bulog yang pada tahun ini perannya diperkuat suli menyerap beras petani sejak awal tahun sehingga tidak bisa memengaruhi pasar. Mereka kalah bersaing dalam "perebutan" beras petani dengan para pelaku usaha penggilingan padi atau pedagang besar.

Stok beras di Perum Bulog cukup mengkhawatirkan. Pada awal Oktober, Bulog tinggal memiliki stok beras medium sebanyak 1,1 juta ton dan beras premium 700.000 ton. Stok itu akan terus menipis karena dipergunakan untuk penyaluran beras sejahtera (rastra) dan operasi pasar (OP). Pada akhir tahun nanti, stok beras di Bulog diperkirakan tinggal 50.000 ton.

Sejumlah pengamat pertanian dan pangan sudah mengingatkan agar pemerintah berhati-hati dengan stok beras dan harga beras di pasar. Stok beras yang ada saat ini memang aman untuk memenuhi kebutuhan beras hingga akhir tahun.

Namun, stok itu dinilai tidak cukup memenuhi kebutuhan beras pada awal tahun 2016. Pemerintah juga tidak bisa mengandalkan sepenuhnya pada hasil panen musim tanam (MT) I karena MT I diperkirakan mundur karena pengaruh atau dampak dari kekeringan selama ini.

Tidak ada pilihan lain selain harus menambah stok beras di Bulog. Jika tidak bisa melalui mekanisme serapan beras petani, penambahan stok bisa dilakukan melalui impor. Namun, pemerintah berkeras belum mau impor. Pertimbangannya, pemerintah masih menunggu kondisi pertanian akhir tahun ini, apakah hujan segera tiba dan musim tanam dapat segera dilakukan.

Namun, diam-diam pemerintah sudah memesan beras impor dari Vietnam sebanyak 1 juta ton, seperti diberitakan Saigon Times dan Reuters.com. Vietnam siap mengirimkan beras itu secara bertahap mulai Oktober 2015 hingga Maret tahun depan.

Pemesanan atau pembelian beras dari Vietnam itu diketahui baru sebatas membuka letter of credit (LC) dan Indonesia baru memberikan uang muka. Pemerintah Indonesia belum berencana mendatangkan beras itu ke Indonesia. Langkah itu diambil untuk berjaga-jaga. Jika tidak jadi mendatangkan beras itu atau membatalkan pemesanan, Indonesia harus membayar denda. Kita tunggu saja informasi realisasi impor beras yang transparan nanti dari pemerintah.. (HENDRIYO WIDI)

http://epaper1.kompas.com/kompas/books/151012kompas/#/17/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar