Senin, 25 Agustus 2014
BANDUNG, KOMPAS — Varietas padi lokal Indonesia butuh penyelamatan. Dari perkiraan ribuan varietas yang pernah berkembang, kini hanya ratusan varietas yang bertahan. Jika dibiarkan, akan menjadi kehilangan besar bagi dunia pertanian di Indonesia.
”Pendataan yang kami lakukan ada 125 varietas yang bisa diselamatkan. Perhatian minim terhadap varietas lokal membuatnya tidak banyak digunakan dan dipertahankan,” kata perwakilan dari Pengurus Nasional Asosiasi Bank Benih Tani Indonesia, Rokhiman, di Festival Padi Nusantara, di Bandung, Minggu (24/8).
Rokhiman mengatakan, keprihatinan itu membuat pihaknya ingin menyelamatkan varietas benih lokal tersebut. Setelah dikumpulkan, dengan mekanisme penyimpanan yang baik, kualitas benih itu selanjutnya bisa dipertahankan 10-15 tahun. Varietas benih itu di antaranya rojolele, mencrit, dan menthik susu.
Hal ini memberikan banyak waktu bagi pemulia benih
untuk mengawinkan benih padi kualitas terbaik. Setidaknya
ada beberapa hasil perkawinan benih padi lokal yang terbukti memberikan hasil panen ideal karena mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan di Indonesia.
”Di antaranya varietas IF (Indonesia Farmer) 8 yang dikembangkan di Mojokerto, Jawa Timur, dengan potensi panen hingga 13,76 ton per hektar. Ada juga varietas IF 9 dan IF 10 yang menghasilkan 10-11 ton per hektar saat ditanam di Lamongan, Jawa Timur, dan Indramayu, Jawa Barat,” katanya.
Belum didukung
Menurut Rokhiman, potensi ini belum sepenuhnya mendapatkan dukungan pemerintah. Padahal, jika benih ini terus dipromosikan dan dikembangkan, ia yakin petani Indonesia akan jauh lebih sejahtera.
Banyak varietas padi lokal Indonesia, kata Rokhiman, lebih tahan hidup di daerah rawa, tumbuh subur pada musim kemarau atau tahan hidup di kawasan minim air, tidak mudah terserang hama, hingga jauh lebih hemat biaya produksinya.
”Kreativitas petani mendapatkan benih berkualitas ini merupakan aset berharga bagi Indonesia. Semoga pemerintahan yang baru mau memperhatikan masalah pertanaman padi ini,” katanya. (CHE)
http://epaper1.kompas.com/kompas/books/140825kompas/#/22/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar