Rabu, 10 Juni 2015

Peran Bulog Masih Terbatas

Rabu, 10 Juni 2015

61 Persen Beras Petani Dikuasai Pedagang Besar


JAKARTA, KOMPAS — Persoalan Perum Bulog yang utama bukan terletak pada pimpinannya, melainkan pada peran Bulog yang terbatas atau tidak leluasa dalam penyerapan beras petani. Bulog sulit menyerap beras petani karena tidak bisa membeli beras dengan harga di atas harga pembelian pemerintah.

Guru Besar Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas Santoso kepada Kompas, Selasa (9/6), mengatakan, pergantian direktur Bulog tidak akan menyelesaikan persoalan serapan beras. Selama harga beras masih tinggi atau di atas harga pembelian pemerintah (HPP), Bulog tidak akan bisa menyerap beras.

Seperti diberitakan, jabatan direktur utama Perum Bulog yang baru diduduki oleh Djarot Kusumayakti, menggantikan dirut sebelumnya, Lenny Sugihat.

"Selama ini, peran Bulog masih terbatas pada penyerapan dan penyaluran beras. Bulog tidak berfungsi sebagai pengendali harga beras. Itu menunjukkan Bulog masih mempunyai keterbatasan," katanya.

Menurut Dwi Andreas, jika ingin menjadi pengendali harga dan penyangga pangan, Bulog harus mempunyai stok yang cukup. Selama ini, Bulog hanya mampu menyerap beras 6-8 persen dari total produksi beras per tahun.

Dengan serapan yang masih minim atau kurang dari 10 persen itu, lanjut Dwi Andreas, Bulog masih belum mampu menjadi lembaga penyangga dan pengendali pangan. Di sisi lain, modal Bulog kalah jauh dengan modal pedagang besar.

"Sekitar 61 persen beras petani dikuasai pedagang besar. Untuk menyiasati itu, Bulog harus bekerja sama dengan petani mulai dari tataran produksi. Tentukan luasan dan lahan di sejumlah daerah agar setelah panen nanti langsung bisa dibeli Bulog," kata Dwi Andreas.

Secara terpisah, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel berharap Bulog menjadi penyangga pangan. Ketika harga pangan terutama beras rendah, Bulog harus membeli. Pada tahun ini, Bulog tidak mampu membeli beras petani karena harga di atas HPP. Kenaikan harga itu terjadi karena ulah spekulan. "Kami tetap meminta Bulog berperan sebagai stabilisator harga. Ketika harga tinggi, Bulog akan menggelontorkan beras," katanya.

content

Kelola stok

Sebelumnya, Dirut Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan akan memperbesar penyerapan beras hingga dua kali lipat agar bisa menjalankan fungsi sebagai stabilisator harga. "Kami berjanji lebih banyak ke lapangan dan mengelola stok dengan lebih baik agar pangan bagi rakyat terjamin," katanya. Ia menambahkan akan segera melakukan konsolidasi internal. Agar penyerapan efektif, pihaknya akan melakukan pemetaan daerah-daerah yang sedang panen padi.

Ia optimistis Bulog bisa mencapai target menyerap beras hingga 2,7 juta ton. Saat ini, beras yang sudah diserap Bulog mencapai 1,4 juta ton. Bulog merencanakan menyerap beras yang belum memenuhi standar dan juga beras komersial. "Target kami, mengamankan beras. Kami akan melihat infrastruktur Bulog apakah cukup atau tidak," katanya.

(HEN/NAD)

http://epaper1.kompas.com/kompas/books/150610kompas/#/18/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar