Selasa, 21 Januari 2014

Ecosophy Kedaulatan Pangan

Senin, 20 Januari 2014

Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi umat manusia. Keberadaanya sangat dibutuhkan untuk keberlangsungan hidupnya. Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Permasalahan akan muncul ketika laju pertumbuhan penduduk tidak seimbang dengan laju ketersediaan pangan. Ketidak berimbangan kondisi tersebut akibat (salah satunya) ketersediaan lahan untuk produksi pangan yang terus berkurang. Berkurangnya ketersediaan pangan yang terus menurun sebagai akibat adanya konversi lahan dari lahan pertanian ke lahan non pertanian.

Dalam kondisi lahan pangan yang semakin menyempit, masyarakat diharuskan untuk mengoptimalkan lahan yang tersedia. Namun kondisi ini kurang berhasil tanpa adanya campur tangan tehnologi yang dapat merubah produktivitas produksi pangan. Sebagai langkah instan, pemenuhan akan kebutuhan pangan dilakukan dengan mendatangkan pangan dari daerah lain atau dari negara lain. Kondisi ini lambat laun akan menjadikan suatu daerah atau negara menjadi daerah yang kebutuhan pangannya tergantung dari daerah lain. Ketergantungan ini mengakibatkan ketidakberdayaan suatu daerah dalam bersikap dalam menentukan kebijakan. Independensi yang selalu dibayangi oleh kebutuhan pokok pangan yang tidak mampu dipenuhi sendiri, musnah dengan adanya dominasi campur tangan bagi pensuplai pangan. Para pemenang akhirnya dapat membuat merah dan hijau suatu daerah karena kekuatannya dalam hal pangan. Kondisi yang lebih parah, ketergantungan pangan ini harus dibayar mahal dengan ekploitasi sumber daya alam yang hanya menguntungkan salah satu pihak. Oleh karena itu, untuk menghindari adanya keadaan yang lebih parah, maka dalam pemenuhan kebutuhan pangan, suatu daerah harus mampu memproduksi sendiri kebutuhannya. Sumber daya alam yang ada di Indonesia rata-rata subur dan mampu untuk membuat negeri ini mempunyai kedaulatan pangan.

Sebagai pembuka dari bahasan ini, saya mendapatkan sebuah video yang diunggah di www.youtube.com (http://www.youtube.com/watch?v=xyBpdQjP9sw). Dalam video berdurasi  sekitar 6 menit mengisahkan kesuksesan suatu desa dalam memenuhi kebutuhan pangannya. Kondisi alam yang tidak memungkinkan untuk menghasilkan bahan pangan ternyata dengan kegigihan masyarakat di daerah tersebut mampu untuk memenuhi kebutuhan pangannya sendiri. Selengkapnya kesuksesan tersebut dapat dibaca dalam kutipan berikut ini.

“Desa Semen (desa mandiri pangan) salah satu desa terpencil di Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah. Desa Semin terletak pada ketinggian 180 m di atas permukaan laut dan berjarak sekitar 24 km menuju kota kabupaten. Kondisi alam yang tandus dan sulit air tidak menjadikan warga tinggal diam dan pasrah mengadapi kenyataan, melainkan selalu menanamkan sikap kegotongroyongan, kekompakan dan  kreatifitas. Setiap pekarangan tempat tinggal diberdayakan untuk  memproduksi pangan seperti ketela pohon, cabe, terong, tomat, bonclang, sledri dan sayuran lainnya serta tanaman buah-buahan. Selain itu warga Semin juga membudidayakan lele, ayam, kambing, dan sapi.

Ketekunan warga membuat tidak sulit untuk memenuhi kebutuhan pangan bahkan kesadaran konsumsi pangan sederhana dilakukan. Setiap hari Senin dan Kamis warga Semin bersepakat mengkonsumsi thiwul berbahan baku singkong dengan lauk pauk tanaman sayuran di pekarangan, telur atau lele yang diternakan.

Dengan makan thiwul setiap Senin dan Kamis masyarakat Semin bisa menghemat beras rata 1,5 kg/kk/minggu atau 846 kg beras perbulan. Sayuran yang digalakkan mampu menghemat belanja sayuran setiap keluarga rata Rp 5000 - Rp 10.000 perhari. Hasil berternak lele selain dikonsumsi sendiri juga diperdagangkan yang hasilnya bisa menambah penghasilan keluarga. Kreatifitas dan kerja keras warga Semin ini menunjukkan potret riil dari deso mbangun deso yaitu keberdayaan warga desa dengan memberdayakan potensi desa untuk memenuhi kebutuhan hidup.”

Ternyata, masyarakat Desa Semen tersebut selain mempunyai sikap kemandirian juga telah berhasil berkomunikasi dengan lingkungan. Masyarakat sekitar Desa Semen memanfaatkan potensi yang ada untuk pembangunan (dalam hal ini pangan) tanpa merusak alam sekitar. Pada kondisi ini diperoleh harmonisasi dan keseimbangan antara alam dan manusia. Ada suatu aturan atau nilai-nilai suatu gerakan yang menghargai alam (Kodra A. 2013). Melihat kondisi alam yang secara logika tidak mampu untuk berbuat banyak tentang produksi pangan, namun kenyataannya masyarakat desa Semen mampu membongkar cara pandang yang keliru tersebut. Bahkan masyarakat tersebut dapat dikatakan sebagai masyarakat yang mampu mengatasi krisis ekologi dan memperbaiki kesalahan perilaku manusia.

Dari ilustrasi di atas dan kita wujud-nyatakan dalam lingkup masyarakat nasional. Mungkin semangat ini akan memberikan angin segar bagi terwujudnya Kedaulatan Pangan di Indonesia. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut, di antaranya adalah:

· mendorong masyarakat untuk memproduksi dan mengkonsumsi produk pangan lokalnya,

· memanfaatkan usahatani petani kecil dan keluarga yang agro-ekologis,

· mendorong kontrol komunitas atas sumberdaya produktif.

Sebelum saya memutuskan untuk memilih Kedaulatan Pangan dari pada Ketahanan pangan, ada baiknya saya sampaikan pengertian tentang keduanya. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan (BKP Kementerian Pertanian, 2013). Per definisi ketahan pangan tidak membatasi dari mana asal pangan diperoleh. Di samping itu negara Indonesia tidak ada kewajiban untuk menentukan sendiri pemenuhan pangannya, artinya kedaulatan pangannya tidak tercermin dalam ketahanan pangan. Hal ini memberikan akibat adanya pemenuhan pangan dalam negeri yang terus menerus dipenuhi oleh bahan pangan impor seiring dengan kebutuhan pangan akibat perkembangan penduduk. Kemandirian pangan yang terabaikan mendorong kebijakan instan yang diambil untuk mengatasi masalah dalam jangka panjang.

Produksi pangan yang tidak mencukupi  kebutuhan pangan dalam negeri membawa Indonesia selalu dibanjiri oleh bahan pangan impor. Kondisi ini secepatnya harus kita hentikan. Ketergantungan pangan terhadap negara lain menjadi penyediaan pangan bagi masyarakat indonesia dan masyarakat negara lain. Artinya seluruh kebutuhan pangan di Indonesia terpenuhi dan memberikan stok yang cukup dan menjual produk pangan Indonesia ke luar negeri. Bangsa Indonesia harus mampu dalam memproduksi pangan dengan aneka ragam produksi pangan yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup. Proses pemenuhan ini dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan keraifan lokal secara bermartabat. Tentu saja dalam memanfaatkan sumberdaya alam selalu memperhatikan ekologis yang ada. Komunikasi antara manusia di dalam ekologi harus terwujud seperti halnya dalam ilustrasi tersebut di atas. Sehingga pemanfaatan sumber daya yang ada akan membawa pada produksi pangan yang mencukupi tanpa meninggalkan pola pikir yang berwawasan lingkungan.

Kedaulatan pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menetukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal (BKP Kementerian Pertanian, 2013). Kedaulatan pangan ini memberikan proteksi dari pengaruh negara lain dalam menentukan kebijakan pemenuhan pangan di Indonesia. Dengan adanya proteksi ini, masyarakat akan terpacu usahanya dalam memproduksi pangan dengan mengoptimalkan petani sebagai produsen pangan. Saya yakin, dengan adanya keberagaman tanaman yang ada di Indonesia termasuk tanaman pangan, maka produk lokal dan asli Indonesia akan mampu bersaing di pasar Internasional. Dengan menjaga biodiversity dan memanfaatkan keberlanjutannya maka budaya ketergantungan pangan terhadap negara lain akan terhindari.


Paulus Basuki Ks.

http://sosbud.kompasiana.com/2014/01/20/ecosophy-kedaulatan-pangan-629289.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar