Rabu, 08 Januari 2014

Serangan Hama dan Penyakit Mengancam

Rabu, 8 Januari 2014

MAGELANG, KOMPAS — Serangan hama tikus di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, semakin meluas. Pada akhir Desember 2013, luas areal tanaman padi yang diserang hama tikus mencapai 14,6 hektar, tersebar di 10 kecamatan. Sebelumnya, areal tanaman padi yang diserang tikus hanya 7,9 hektar.
Ahmad Saleh, petani asal Desa Pabelan, Kecamatan Mungkid, mengatakan, hama tikus juga mulai menyerang tanaman padi miliknya yang saat ini masih berusia dua bulan. ”Sebagian tanaman padi mati karena digigit bagian batang dan akarnya hingga putus,” ujarnya, Selasa (7/1).

Petugas Pengamat Hama dan Penyakit Tanaman Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jateng Pratondo mengatakan, serangan yang terjadi saat ini merupakan kondisi awal serangan di awal musim tanam padi. ”Areal tanaman padi yang diserang hama tikus berpotensi terus meluas hingga puncak musim tanam padi dari Januari hingga Februari mendatang,” ujarnya, Selasa.

Saleh memiliki tanaman padi seluas 3.000 meter persegi. Serangan hama tikus tersebut tersebar di titik-titik tertentu di areal sawahnya.

Sejauh ini, tanaman padi yang diserang hama tikus baru sebatas mengalami rusak ringan. Namun, tanpa pengendalian hama secara serentak, tingkat kerusakan yang ditimbulkan bisa semakin parah.

Kendatipun demikian, Pratondo mengatakan, luas serangan hama tikus tersebut tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan total luas tanaman padi yang saat ini terdata 14.788 hektar. Produktivitas tanaman padi di Kabupaten Magelang berkisar 5,7 ton hingga 6 ton gabah kering giling (GKG) per hektar.

Selain serangan tikus, pada musim hujan ini tanaman padi rentan diserang berbagai hama lain, seperti tungro dan wereng. Pada minggu II bulan Desember terdata luas tanaman padi yang diserang tungro 2,9 hektar yang tersebar di empat kecamatan. Luas lahan yang diserang wereng mencapai 0,6 hektar di dua kecamatan.

Zainudin, petani asal Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid, mengatakan, saat ini 2.000 meter persegi tanaman padi miliknya diserang hama wereng. Serangan hama ini menyebabkan tanaman padi berwarna merah kecoklatan seperti terbakar dan akhirnya tidak mampu menghasilkan bulir gabah secara optimal.

Penyakit yang disebabkan cendawan dan bakteri juga mengancam areal tanaman padi di Sumatera Selatan. Serangan penyakit padi ini belum teratasi dan terus berulang setiap musim hujan.

Dua jenis penyakit padi yang berulang kali menyerang saat musim hujan adalah blast (patah leher dalam bahasa setempat) yang disebabkan cendawan dan penyakit hawar daun (kresek) yang disebabkan bakteri.

Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumsel Amran Anang mengatakan, puncak serangan penyakit padi terjadi pada Februari dan Maret karena saat itu padi sudah bunting. Saat ini, sebagian besar padi masih muda, yaitu 1-4 pekan.

Serangan hama dan penyakit di Sumsel saat ini masih mencapai 3,6 persen dari seluruh luas tanam. Pada musim tanam April-September lalu, serangan blast di Sumsel mencapai 1.393 hektar dan serangan kresek mencapai 1.410 hektar. (EGI/REK/IRE)

http://epaper.kompas.com/kompas/books/140108kompas/#/27/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar