Rabu, 08 Januari 2014

Struktur Pasar Perlu Diperbaiki

Rabu, 8 Januari 2014

JAKARTA, KOMPAS — Komoditas pangan Indonesia kalah bersaing dengan negara-negara lain. Harga berbagai jenis komoditas pangan nasional terus naik, hingga melampaui harga di pasar internasional.
Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian dari Universitas Lampung Bustanul Arifin, Selasa (7/1), di Jakarta, mengatakan, komoditas dan produk pangan dari Indonesia sudah kalah bersaing.

Rendahnya daya saing produk pertanian karena selama ini pemerintah tidak mengurusi persoalan mendasar, seperti masalah struktur pertanian, juga keterkaitan hulu dengan hilir.

Struktur pertanian harus dibenahi, baik terkait aspek produksi maupun tata niaga, terkait produksi. Misalnya skala usaha tani mereka dan keterkaitan hulu dengan pasar.

Bustanul mencontohkan, Thailand mengembangkan hilir dulu baru kemudian mengisinya dengan produk mereka sendiri. Misalnya, Thailand lebih dulu memperkenalkan berbagai jenis masakan mereka. Setelah konsumen kenal dengan masakan Thailand, permintaan terhadap komoditas itu akan naik dengan sendirinya.

Di hulu, bagaimana usaha tani pangan bisa lebih efisien, baik melalui peningkatan skala usaha maupun produktivitas. Berbagai masalah penghambat harus diatasi, seperti masalah lahan, irigasi, dan infrastruktur dasar lain.

Kendala
Menteri Pertanian Suswono mengatakan, pembangunan sektor pertanian tahun 2014 masih akan menghadapi kendala, di antaranya tingginya konversi lahan pertanian, keterbatasan lahan untuk perluasan areal pertanian baru, infrastruktur pertanian yang layak, serta macetnya perkembangan industri hilir.

Dari sisi eksternal, pertanian Indonesia masih dihadapkan dengan anomali iklim dan fluktuasi pangan global.

Suswono mengakui, tahun 2013 bukan tahun yang mudah bagi pembangunan sektor pertanian. Beberapa komoditas pangan utama belum mencapai target pencapaian, termasuk target swasembada pangan.

Ada lima komoditas yang ditargetkan mencapai swasembada, yaitu beras, jagung, kedelai, gula, dan daging sapi. Dari kelima komoditas utama itu, baru beras yang mencapai swasembada. (MAS)

http://epaper.kompas.com/kompas/books/140108kompas/#/23/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar