Sabtu, 15 Maret 2014

Pasar Respons Positif Capres Jokowi

Sabtu, 15 Maret 2014

Pasar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (14/3), merespons positif berita pengumuman Joko Widodo (Jokowi) menjadi calon presiden atau capres dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Akibatnya, indeks harga saham gabungan (IHSG) yang pada sesi I perdagangan sempat terkoreksi berbalik menguat setelah tersiarnya kabar pencapresan Gubernur DKI Jakarta itu.

Pada akhir perdagangan kemarin, IHSG menguat 3,13 persen atau naik 152,48 poin ke posisi 4.878,64, sedangkan indeks 45 saham unggulan (LQ45) juga naik 36,26 poin (4,37 persen) ke level 830,67.

Kenaikan indeks BEI yang berlangsung di tengah koreksi yang melanda hampir semua pasar Asia itu juga diakui oleh Menteri Keuangan, Chatib Basri, akibat faktor internal. Chatib menyatakan bahwa pengumuan pencapresan Jokowi menjadi faktor pemicu positifnya pasar.

"Wah, saya tidak tahu (naik tajamnya IHSG hari ini karena pencapresan Jokowi), tapi saya kira memang (demikian). Kalau mixed (antara regional), ya mungkin faktor lokal memang," kata Chatib saat dihubungi wartawan di Jakarta, Jumat.

Menkeu menambahkan penguatan IHSG kemarin merupakan faktor dari lokal karena di sisi rupiah penguatannya hanya sedikit, yakni 30 poin. Menurut dia, apabila fenomena itu dari eksternal atau luar, rupiah yang akan terlihat paling menguat.

"Kalau inflow dari luar tajam itu pasti rupiahnya yang tajam. Kalau rupiahnya setahu saya naik 30 poin 11.300 rupiah, tapi kalau di stock market itu berarti fenomena lokal," ujarnya.

Tercatat transaksi perdagangan saham di pasar reguler BEI sebanyak 272.034 kali dengan volume mencapai 6,103 miliar lembar saham senilai 8,399 triliun rupiah. Saham yang bergerak naik ada 169 saham, yang melemah 142 saham, dan yang tidak bergerak nilainya atau stagnan 85 saham.

Bursa regional, di antaranya indeks Hang Seng, melemah 216,59 poin (1,00 persen) ke level 21.539,49, indeks Nikkei turun 488,32 poin (3,30 persen) ke level 14.327,66, dan Straits Times melemah 7,67 poin (0,25 persen) ke posisi 3.073,72.

Menurut sejumlah analis, kenaikan indikator perdagangan IHSG mencerminkan persepsi positif investor terhadap sosok Jokowi.

Tercatat hedge fund asing dari AS, Eropa, Asia, dan lokal fund, baik asuransi negara, reksa dana, maupun dana pensiun, cukup agresif berbelanja saham. Mereka berpikir jika Jokowi menjadi presiden RI akan mampu membereskan infrastruktur yang sangat penting bagi Indonesia.

Harapan atas perbaikan infrastruktur dari sosok Jokowi akan memperkuat fundamental ekonomi Indonesia. Pasalnya, infrastruktur yang baik akan menjaga tingkat inflasi serta arus distribusi dan transportasi sehingga tidak terjadi ekonomi berbiaya tinggi.

Kepala Riset Buana Capital, Alfred Nainggolan, menilai pemicu utama kenaikan IHSG adalah dorongan faktor politik, yakni mandat dari PDIP kepada Jokowi untuk mencalonkan diri sebagai presiden.

Alfred pun optimistis efek dari kabar pencapresan Jokowi akan memberikan dampak positif pada rupiah meskipun akan tetap dipengaruhi oleh fundamental.

"Rupiah masih akan ada penguatan efek dari politik. Secara jangka pendek, sentimen ini akan memberikan sentimen yang bagus," lanjut dia.

Bahkan, Alfred memperkirakan hingga akhir 2014, IHSG akan berada di level 5.200 mengingat baik dari sisi mikro dan makro ekonomi dari struktur APBN, ekspor dan impor masih cukup baik untuk jangka pendek. Kekuatan efek pencapresan Jokowi teruji ketika bursa saham regional turun drastis tetapi IHSG malah menguat.

Namun, Kepala Riset Buana Capital itu mengingatkan masih ada potensi jenuh jual di kalangan pelaku pasar. Penguatan yang terjadi akibat dorongan faktor politik, bukan ekonomi, sehingga potensi mengalami jenuh jual akan cepat terjadi.

Akibatnya, jika 1–2 tahun ke depan masih ada permasalahan defisit perdagangan dan defisit transakai berjalan, tentu akan bisa menghambat kenaikan indeks.

"Saya rasa pasar akan realistis. Mereka tidak akan melihat faktor ini terus. Mereka akan lihat pertumbuhan ekonomi dan laba emiten," tambahnya.

Janji Presiden

Analis saham Trust Securities, Edwin Sinaga, mengatakan hingga akhir tahun ini indeks akan menembus level 5.000. Namun, perlu diingat bahwa pasar lebih menunggu janji dari presiden yang terpilih bukan persepsi.

"Memang pencapresan Jokowi menjadi euforia, tapi jangan lupa bahwa pelaku pasar akan melihat indikator-indikator fundamental," katanya.

Edwin mengingatkan agar pelaku mewaspadai adanya aksi ambil untung meski investor tetap lebih bijaksana dalam mengambil keputusan investasi. Menurut dia, saat ini investasi saham dinilai masih memberikan imbal hasil yang lebih tinggi ketimbang instrumen lain.

"Secara yield-nya tingkat pengembalian bisa dibilang lebih tinggi, tapi high return, high risk. Itu selalu berbanding lurus," katanya. Ia memperkirakan antara Juni hingga September akan melihat langkah-langkah yang menarik.

Kepala Riset Buana Capital, Alfred Nainggolan, menilai investasi saham semakin menjanjikan dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya. Secara teoretis, pertumbuhan saham relatif sama dengan perusahaan. Laba yang didapatkan perusahaan akan terefleksi di pasar saham.

"Ke depannya, dengan kondisi ekonomi yang sedang dalam tren pemulihan, khususnya current account deficit, akan lebih baik dari 2014. Dalam 5–10 tahun mendatang, return saham akan lebih besar dibandingkan dengan instrumen investasi lain," papar dia.

Kinerja saham Indonesia, lanjut Alfred, menunjukkan catatan terbaik dibandingkan dengan pasar regional. Hal itu juga didorong oleh proyeksi laba perusahaan yang memberikan momentum reli lebih lanjut. Seperti yang dilansir Reuters, selama 2014, indeks harga saham meningkat 17,5 persen dengan ditopang penguatan mata uang lokal.

Para analis memprediksi pasar akan naik lebih lanjut sekitar 10–15 persen. Secara historis, setelah terpilihya presiden yang baru pada bulan April nanti, pasar saham menunjukkan reli.

"Makroekonomi Indonesia membaik lebih cepat dari negara-negara lain yang dianggap berisiko. Maka, premi risiko Indonesia menghilang cukup cepat. Itulah yang menyebabkan reli tajam di awal," kata Jahanzeb Naseer, analis di Credit Suisse Jakarta. aya/suh/WP


http://www.koran-jakarta.com/?8038-pasar-respons-positif-capres-jokowi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar