Sabtu, 07 Juni 2014

SPI: Pekan Nasional Petani Nelayan 2014 Penuh Muatan Politis

Jumat, 6 Juni 2014

Jakarta - Pada 7-12 Juni 2014 ini Kementerian Pertanian menggelar Pekan Nasional Petani Nelayan (PENAS) XIV di Malang, Jawa Timur. Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 4748/Kpts/OT.160/10/2013, PENAS merupakan wahana petani dan nelayan Indonesia untuk membangkitkan semangat, tanggung jawab dan melakukan konsolidasi organisasi dalam rangka meningkatkan peran serta dalam pembangunan sistem dan usaha agribisnis.

PENAS seharusnya menjadi proses demokratis seperti melakukan rembug nasional petani untuk mengidentifikasi, melakukan analisis dan sekaligus menyusun program aksi untuk mengatasi segala ancaman dan hambatan yang dihadapi oleh masyarakat petani. PENAS seharusnya menjadi forum yang inklusif bagi seluruh petani Indonesia, tidak hanya untuk golongan dan kelompok tani-nelayan tertentu. Saat ini, PENAS akan berlangsung dengan hanya Kontak Tani Nelayan dan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia saja. Henry Saragih, Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) menyatakan, hal tersebut jelas mengecewakan.

"Banyak serikat petani, kelompok tani, serikat nelayan tingkat nasional dan regional tidak dilibatkan. SPI sebagai gerakan petani kecil, masyarakat adat, buruh tani, perempuan dan kaum muda pedesaan merasakan ada diskriminasi," tuturnya.

Padahal dengan pelibatan kelembagaan yang lebih luas, PENAS bisa benar-benar menjadi wadah demokratisasi kelembagaan petani yang inklusif dan demokratis, baik dari sisi fokus perhatian, perjuangan maupun bentuk kelembagaan petani. SPI memang masuk dalam susunan kepanitiaan PENAS bersama dengan beberapa organisasi tani lain, sebagaimana tercantum dalam SK Menteri Pertanian No.4748/Kpts/OT.160/10/2013. Namun pada sisi lain, pelibatan tersebut kurang melalui proses demokrasi, komunikasi dan koordinasi, sehingga SPI dan organisasi tani lain tidak dilibatkan pada proses selanjutnya dan hanya diposisikan sebagai peserta. Bahkan, petani SPI juga tidak diundang ikut serta ke Malang.

"Dengan ini, legitimasi dan proses demokrasi di dalam PENAS menjadi pertanyaan besar," kata Henry lagi.

Sementara masalah petani mulai dari sektor hulu hingga hilir sangat kompleks, sehingga sebagian besar petani masih terperangkap dalam kemiskinan dan tidak memiliki penghidupan yang layak. Berdasarkan Sensus Pertanian 2013, terdapat 14,25 juta rumah tangga petani gurem yang menguasai lahan kurang dari 0,5 hektar. Jika tiap rumah tangga petani mempunyai dua anak, maka jumlah petani miskin-karena keguremannya--mencapai 57 juta jiwa. Rumah tangga petani gurem di pedesaan tersebut ini pada posisi kurang bahagia dibandingkan dengan rumah tangga perkotaan bila mengacu pada Indeks Kebahagiaan 2013 menurut Badan Pusat Statistik (BPS).

"Tahun 2014 ini adalah perayaan Tahun Internasional Pertanian Keluarga yang dicanangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Maka melibatkan seluruh petani--termasuk mereka yang paling miskin--adalah solusi kemiskinan di pedesaan," tegas Henry.

Penyelanggaraan PENAS pada masa kampanye Pilpres seharusnya menjadi momentum dan refleksi diri masyarakat tani untuk menguatkan posisi politik pertanian dan petani sendiri. Namun setelah ada pertanyaan demokrasi dan inklusivitas, muncul pula masalah politisasi. PENAS 2014 ternyata mengundang calon presiden Prabowo Subianto untuk berbicara pada Jumat pagi (06/06). Fakta ini sangat melukai proses demokratisasi di Indonesia terutama untuk petani dan masyarakat pedesaan, terlebih karena PENAS 2014 menggunakan APBN dan APBD yang merupakan dana publik.

"Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas, SPI meminta Pemerintah, khususnya Kementerian Pertanian terkait serta panitia PENAS untuk mempertanggungjawabkan kejanggalan proses demokratisasi dan politisasi pada PENAS 2014 Malang," tambah Henry.

http://www.beritasatu.com/nasional/188462-spi-pekan-nasional-petani-nelayan-2014-penuh-muatan-politis.html

1 komentar:

  1. Halo, nama saya Laima, saya adalah korban di tangan kreditur penipuan saya telah ditipu 27 juta, karena saya butuh modal besar dari 140 juta, saya hampir mati, tidak ada makanan untuk anak-anak saya, bisnis saya adalah hancur dalam proses saya kehilangan suami saya. Saya dan anak-anak saya tidak tahan lagi .all ini terjadi Januari 2015, tidak sampai saya bertemu seorang teman yang memperkenalkan saya kepada ibu ibu yang baik Alexandra yang akhirnya membantu saya mendapatkan mengamankan pinjaman di perusahaannya, ibu yang baik, saya ingin menggunakan kesempatan ini terima kasih dan Allah terus memberkati Anda, saya juga ingin menggunakan kesempatan ini untuk memberitahu semua orang Indonesia, bahwa ada banyak penipuan di luar sana, jika Anda membutuhkan pinjaman dan kontak pinjaman dijamin ibu yang baik Alexandra melalui email perusahaan. alexandraestherloanltdd@gmail.com
    atau alexandraestherfastservice@cash4u.com,
    Anda dapat menghubungi saya melalui email ini; laimajelena@gmail.com untuk setiap informasi yang Anda perlu tahu, silakan dia adalah satu-satunya orang yang jujur saya dapat memberitahu Anda.
    Terima kasih .

    BalasHapus