Sabtu, 10 Mei 2014

Peluang Spekulasi Harus Ditekan

Jumat, 9 Mei 2014

JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah tidak boleh main-main dalam menjaga stok beras nasional di Perum Bulog. Tahun 2014 ada hajatan politik besar pemilihan presiden. Stok beras Perum Bulog harus mencukupi untuk memperkecil peluang masuknya spekulan yang mencoba mempermainkan harga beras.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia DKI Jakarta Nellys Soekidi, Rabu (8/5), mengatakan hal itu saat dihubungi di Jawa Timur.

Nellys mengatakan, para pedagang akan mengambil setiap kesempatan untuk berspekulasi mempermainkan harga beras demi mengejar keuntungan yang besar. Tidak peduli dampak sosial, ekonomi, dan politik yang bakal timbul.

Untuk mempersempit ruang gerak pedagang atau pengusaha beras berspekulasi, stok beras Bulog harus cukup. Apalagi ini ada hajatan politik besar pemilihan presiden. Kalau sampai stok kurang, Bulog tidak punya kemampuan mengintervensi pasar.

”Bukan berarti saya menganjurkan impor. Terserah dari mana asal berasnya, yang penting stok beras di gudang Perum Bulog harus cukup,” katanya.

Beberapa pengusaha penggilingan padi, seperti di Bandung dan Cirebon (Jawa Barat) serta di Purwokerto, Banyumas, Pekalongan, dan Tegal (Jawa Tengah), mengaku kesulitan memasok beras ke Bulog dengan harga jual sesuai harga pokok penjualan.

Menurut pengusaha penggilingan padi di Banyumas, Dwiko, dalam kondisi panen padi musim hujan bersamaan dengan serangan hama wereng batang cokelat yang berlangsung meluas, kadar rendemen gabah ke beras turun bisa lebih dari 5 persen.

Jahiri, pengusaha penggilingan lain yang sudah terikat kontrak dengan Perum Bulog, mengatakan, strategi lain yang bisa dilakukan agar bisa memasok beras ke Perum Bulog adalah dengan mencari margin dengan mengolah gabah kering giling menjadi beras khusus. (MAS)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar