Senin, 12 Mei 2014

Petani Sawah Tadah Hujan Kekurangan Air

Senin, 12 Mei 2014


SUKOHARJO (KRjogja.com) - Sejumlah petani sawah tadah hujan di Sukoharjo mulai kekurangan air. Karena takut tanaman padi kering dan gagal panen, maka mereka rela mengeluarkan biaya ekstra untuk mengaliri sawah menggunakan mesin diesel. Air didapat dari sumur pantek atau bor yang mereka buat.

Sawah tadah hujan yang kekurangan air berada di wilayah Kecamatan Baki, Gatak dan Kartasura. Mereka sudah dua pekan terakhir mengandalkan sumur pantek untuk mendapatkan air. “Cuaca sangat panas dan jarang bahkan sudah tidak lagi hujan membuat sawah saya kering jadi harus cari air dari sumur pantek,” ujar Wiyono salah satu petani asal Desa Gumpang Kecamatan Kartasura, Senin (12/05/2014).

Tanaman padi dengan usia satu bulan dilahan seluas satu hektar ini dikatakan Wiyono sangat membutuhkan air. Karena itu dalam satu pekan sekali harus dialiri menggunakan sumur pantek. Untuk mendapatkan air, dirinya harus rela mengeluarkan biaya hingga seratusan ribu rupiah, dana itu diperlukan untuk sewa mesin diesel dan bahan bakar.

Untuk sewa mesin diesel, Wiyoso mengaku harus mencari sendiri ke beberapa kenalanya sesama petani. Dengan cara ini bisa lebih murah dibanding menyewa kepada pemilik usaha persewaan mesin diesel.

Tarsono salah satu petani asal Desa Purbayan Kecamatan Baki mengatakan, kondisi seperti sekarang membuatanya harus dua kali melakukan sedot air melalui sumur pantek, sebab tanaman padi yang baru saja ditanam rawan kering apabila terlambat tidak mendapatkan air. Tarsono mengaku, sedikit beruntung karena sudah memiliki mesin diesel sendiri, karena itu biaya yang dikeluarkan lebih ringan dibanding harus sewa ke orang lain.

Biaya yang dikeluarkan yakni sebesar Rp 15 ribu untuk membeli bahan bakar solar dengan durasi satu jam penggunaan mesin diesel. Padahal dalam satu kali penyedotan air membutuhkan waktu minimal lima jam.

Surip petani asal Desa Gentan Kecamatan Baki mengatakan, meski sudah ada mesin diesel sendiri, namun tetap saja susah untuk mendapatkan air dari sumur pantek. Sebab lahan sawah miliknya dikepung perumahan yang banyak bermunculan.

Mayoritas perumahan tersebut juga mengandalkan sumur bor untuk mendapatkan air. Karena itu, petani harus berebutan dengan warga yang tinggal di perumahan. “Lima tahun dulu sumur pantek dangkal saja sudah bisa mudah dapat air untuk mengaliri sawah, tapi sekarang harus diperdalam karena harus berebutan dengan warga perumahan,” keluhnya. (Mam)

http://krjogja.com/read/215649/petani-sawah-tadah-hujan-kekurangan-air.kr

Tidak ada komentar:

Posting Komentar