Rabu, 26 Agustus 2015

Data Pertanian Ditata Ulang

Rabu, 26 Agustus 2015

Pemerintah Optimalkan Sawah di Kalimantan dan Sumatera

JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah akan mengoptimalkan sawah-sawah di Kalimantan dan Sumatera untuk mengantisipasi dampak El Nino. Optimalisasi dilakukan dengan cara menyediakan sarana pertanian. Data sektor pertanian juga hendak ditata ulang agar kebijakan yang diambil sesuai.

Demikian dikatakan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman seusai menghadiri rapat di kantor Kementerian Koordinasi Perekonomian, Selasa (25/8), di Jakarta. Selain Amran, pada rapat dipimpin yang Menteri Koordinasi Perekonomian Darmin Nasution itu dihadiri Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Sofyan Djalil, dan Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin.

"Kami membahas strategi bagaimana menghadapi dan menangani El Nino. El Nino hanya terjadi di wilayah selatan khatulistiwa, sedangkan di bagian utara tidak terjadi El Nino. Oleh karena itu, semua potensi sawah di Kalimantan dan Sumatera akan dioptimalkan," kata Amran.

Menurut Amran, ada sekitar 2 juta hektar sawah di Sumatera dan 1 juta hektar di Kalimantan yang akan dioptimalkan untuk menjaga produksi pangan. Pemerintah, menurut dia, akan menyalurkan bantuan mesin pompa air dan alat-alat pertanian di kedua wilayah tersebut. Irigasi juga akan dioptimalkan.

"Ada irigasi seluas 500.000 hektar yang mengaliri air sepanjang musim. Ini yang kami optimalkan. Kami sedang mendistribusikan pompa-pompa air di sekitar Bengawan Solo, Jawa Tengah, dan di Sungai Cimanuk di Jawa Barat," kata Amran.

Mengenai gagal panen, lanjut Amran, setiap tahun di Indonesia rata-rata sebanyak 28.000 hektar dengan catatan tak terkena dampak El Nino. Menurut dia, hingga saat ini 25.000 hektar sawah gagal panen.

"Sampai Agustus ini, panen sudah mencapai 76 persen. Jangan diasumsikan El Nino melanda seluruh 14 juta hektar lahan pertanian di Indonesia. Kami akan menjaga sisanya agar tak terjadi gagal panen," ujar Amran.

Untuk mengatasi kekeringan di sejumlah wilayah di Indonesia, imbuh Amran, pemerintah akan segera meluncurkan hujan buatan dalam waktu dekat. Hujan buatan tersebut diperuntukkan bagi lahan-lahan pertanian yang membutuhkan air.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Hasil Sembiring memperkirakan El Nino tidak berkepanjangan. Di beberapa daerah di Indonesia sudah mulai mengalami kekeringan. Ia optimistis target produksi beras tahun ini tercapai.

"Kami usulkan 75 juta ton, lalu dikurang menjadi sekitar 74 juta ton. Kami optimistis target sekitar 74 juta ton tercapai," kata Sembiring.

Kalibrasi data

Rapat di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian juga membahas soal kalibrasi data di sektor pertanian. Menurut Sofyan Djalil, kalibrasi data diperlukan agar tidak keliru mengambil kebijakan. Data tersebut meliputi luasan sawah dan produksi beras yang antarinstansi bisa berbeda-beda angkanya.

"Data harus menjadi perhatian pertama pemerintah. Untuk data produksi beras, luas sawah, ataupun sapi perlu dikalibrasi ulang karena antara kementerian yang satu dengan yang lain bisa berbeda-beda walaupun tidak terlalu jauh bedanya. Dengan data yang pasti, kebijakan yang diambil juga bisa lebih tepat," kata Sofyan.

Suryamin membenarkan tentang rencana menata ulang data pertanian di Indonesia. Menurut dia, tahap pertama yang akan dilakukan adalah dengan mengumpulkan semua data, misalnya luas lahan dan produksi, dari semua kementerian terkait. Instansi yang dilibatkan antara lain Badan Pusat Statistik, Badan Pertanahan Nasional, dan Kementerian Pekerjaan Umum.

"Sekarang masih konsolidasi data terlebih dahulu. Belum ada yang diubah. Data luas lahan pertanian dan sebagainya kan sudah ada. Itu yang akan dikonsolidasikan. Termasuk apakah ada konversi lahan pada setiap periodenya," kata Suryamin.

Sementara itu, produksi sawit diperkirakan turun 10-30 persen sebagai dampak fenomena cuaca El Nino tahun ini. Jutaan petani sawit swadaya akan merasakan dampak terberat dari turunnya produksi di tengah turunnya harga sawit saat ini.

Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia Delima Hasri Darmawan mengatakan, dampak saat ini sudah terjadi seperti pengecilan buah dan ketidaksempurnaan proses pembungaan di kebun-kebun sawit. (APO/IRE)

http://epaper1.kompas.com/kompas/books/150826kompas/#/18/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar