Kamis, 06 Agustus 2015

Sumsel Siap Panen Padi 100.000 Hektar

Kamis, 6 Agustus 2015

PALEMBANG, KOMPAS — Pada puncak musim kemarau ini, sekitar 100.000 hektar tanaman padi di Sumatera Selatan siap panen pada akhir Agustus hingga September. Sawah siap panen ini merupakan sawah rawa-rawa yang menjadi kantong produksi beras pada musim kemarau. Dinas pertanian setempat terus mengawasi persawahan tersebut agar selamat dari kekeringan.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Sumsel Erwin Noorwibowo, di Palembang, Selasa (5/8), mengatakan, sawah rawa-rawa atau biasa juga disebut sawah lebak terdapat di Kabupaten Banyuasin, Ogan Komering Ilir, dan Ogan Ilir. "Saat ini tanaman-tanaman itu hampir panen. Puncak panen raya nanti pada akhir Agustus dan September. Kami optimistis panen selamat," katanya.

Di luar musim kemarau, sawah lebak adalah rawa-rawa sehingga tak dapat ditanami. Air yang menggenang setinggi 1 meter hingga 1,5 meter itu menyusut pada musim kemarau sehingga membuka lahan tanaman padi.

Menurut Erwin, guna mengantisipasi kekeringan, pemerintah kabupaten dan kota diminta mengusulkan dana alokasi khusus langsung kepada pemerintah pusat. Usulan itu berupa pengadaan embung, pompa air, sumur bor, dan parit dangkal. Upaya-upaya ini ditempuh agar tanaman selamat dari kekeringan.

Sejauh ini, 25.000 hektar tanaman padi di Sumsel mengalami kekeringan. Sebanyak 24.000 hektar termasuk kategori kekeringan sedang dan 1.000 hektar kekeringan berat. Kekeringan sedang terjadi di Banyuasin, Ogan Komering Ilir, dan Ogan Ilir. Kekeringan berat terjadi di sawah pasang surut di Banyuasin. Berkurangnya air di sawah pasang surut di Banyuasin diperparah intrusi air laut.

Namun, Erwin memastikan kekeringan belum sampai berdampak pada target panen beras Sumsel tahun ini. Ia optimistis panen Sumsel yang tahun ini ditargetkan sebanyak 4,7 ton gabah kering giling per hektar akan tercapai. Belum ada laporan gagal tanam dan gagal panen. Luas tanam Sumsel tahun 2015 hingga Agustus ini 820.000 hektar dari target 1 juta hektar.

Dari Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dilaporkan, hasil panen padi musim kemarau saat ini merosot drastis dibandingkan dengan sebelumnya. Dengan kondisi ini, sejumlah petani di Kabupaten Magelang mengosongkan lahan hingga musim hujan tiba.

Hamid, petani asal Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan, mengatakan, kondisi air di sungai kini juga menyurut. Dengan kondisi itu, ia tidak berani menanam palawija.

Krisis air

Dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah, dilaporkan, musim kemarau juga mengakibatkan kekeringan di Kabupaten Kotawaringin Timur. Akibatnya, krisis air bersih terjadi di tiga kecamatan, yaitu Teluk Sampit, Mentaya Hilir Selatan, dan Pulau Hanaut. Sedikitnya 39.401 jiwa membutuhkan bantuan distribusi air bersih.

"Hari ini adalah distribusi air bersih tahap ke-4 kepada warga. Ada 17 tangki air bersih yang dibagikan," kata Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Kotawaringin Timur Agus Mulyadi.

Camat Mentaya Hilir Selatan Jumri mengatakan, warga di 10 desa di kecamatannya kesulitan mendapatkan air bersih karena air Sungai Mentaya bercampur dengan air laut.

"Warga desa tinggal di hilir Sungai Mentaya. Air sungai menjadi payau sehingga tidak bisa diminum. Warga biasanya menampung air hujan untuk keperluan sehari-hari, tetapi pasokan menipis karena hujan tidak lagi turun," ujar Jumri.

Distribusi air secara bertahap terus dilakukan sejak Kamis (30/7). Distribusi air juga dibantu perusahaan-perusahaan besar perkebunan. Selain itu, pemerintah kabupaten menyediakan dana Rp 16 miliar untuk membuat sumur bor di setiap desa dengan kedalaman 90 meter.

Di Kabupaten Malang, Jawa Timur, BPBD setempat mulai mendistribusikan bantuan air bersih kepada warga yang mengalami krisis. Bantuan air baru diberikan kepada warga dua desa di dua dari delapan kecamatan yang rawan krisis air.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Malang EK Hafi Lutfi, Rabu, mengatakan, dua desa yang mendapat bantuan air bersih adalah Wonorejo, Kecamatan Singosari, dan Karangkates, Kecamatan Sumberpucung. Kecamatan lain yang rawan krisis air adalah Kalipare, Donomulyo, Bantur, Pagak, dan Lawang.

Slamet, warga Desa Tumpakrejo, Kecamatan Kalipare, mengatakan, air di sumur warga umumnya telah menyurut akibat kemarau. (WER/IRE/EGI/DKA)

http://epaper1.kompas.com/kompas/books/150806kompas/#/24/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar