Selasa, 04 Agustus 2015

Petani Harapkan Bendungan

Selasa, 4 Agustus 2015

Warga Merusak Bendung untuk Dapatkan Air

Warga berupaya memperlancar jalannya aliran air dengan membersihkan sampah dan batang-batang kayu di bagian bawah pintu air di Bendung Mertoyudan I, Desa Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Senin (3/8). Di musim kemarau seperti sekarang, petani melakukan segala upaya untuk mendapatkan air, seperti berjaga di pintu air untuk memastikan jalannya aliran air hingga sampai ke areal lahannya masing-masing.

Warga berupaya memperlancar jalannya aliran air dengan membersihkan sampah dan batang-batang kayu di bagian bawah pintu air di Bendung Mertoyudan I, Desa Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Senin (3/8). Di musim kemarau seperti sekarang, petani melakukan segala upaya untuk mendapatkan air, seperti berjaga di pintu air untuk memastikan jalannya aliran air hingga sampai ke areal lahannya masing-masing.
KOMPAS/REGINA RUKMORINI

TASIKMALAYA, KOMPAS — Petani di wilayah selatan Jawa Barat mengharapkan pembangunan bendungan yang representatif guna mengairi sawah sepanjang tahun. Saat ini, sebagian besar sawah di kawasan itu masih mengandalkan air hujan.

Nandang, petani Pancatengah, Kabupaten Tasikmalaya, Senin (3/8), menyatakan sudah lama menunggu rencana perbaikan Bendungan Padawaras di Kecamatan Bantarkalong, Kabupaten Tasikmalaya. Bendungan itu hanya bisa menampung sedikit air sehingga belum dapat mengairi sawah miliknya di Pancatengah.

Bendungan Padawaras adalah salah satu kawasan penampung air di Tasikmalaya. Bendungan ini baru mengairi 2.300 hektar lahan sawah di Kecamatan Bantarkalong, Cipatujah, Cikalong, dan Kecamatan Cibalong. Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya berencana mengusulkan penambahan daya tampung bendungan itu kepada pemerintah sehingga mampu memasok 6.000 hektar lahan sawah lain.

Dudi, petani Pancatengah lainnya, mencontohkan kesulitan petani saat kemarau. Ia dan banyak petani tadah sawah hujan lainnya kerap terpaksa menunda masa tanam. Tahun ini, penundaan masa tanam akan kembali dilakukan setelah prediksi panjangnya musim kemarau. Menurut Dudi, apabila sebelumnya masa jeda tanam hanya sebulan setelah panen, tahun ini mungkin lebih dari lama, berkisar 3-6 bulan.

"Air dari beberapa sungai, seperti Sungai Ciwulan, sebenarnya masih terus mengalir meskipun kemarau. Namun, letaknya berada di lembah sehingga sulit kami manfaatkan," kata Dudi.

Warga di perbatasan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya juga berharap Bendungan Leuwikeris segera dibangun. Pemerintah pusat memperkirakan bendungan itu mulai dibangun tahun 2016 dan selesai dalam tiga tahun. Terdapat sekitar 18.000 hektar lahan pertanian di Tasikmalaya dan Ciamis yang bisa diairi Leuwikeris.

Dirusak

Dari Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dilaporkan, pintu air di Bendung Mertoyudan I, Desa Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan, dirusak warga. Perusakan pintu air adalah hal yang kerap terjadi pada musim kemarau dan dilakukan petani yang membutuhkan air.

Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan Bidang Pengairan Dinas Pekerjaan Umum, Energi, dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang Subardono mengatakan, perusakan yang terjadi akhir Juli itu merupakan peristiwa pertama yang terjadi pada musim kemarau ini.

Upaya nekat itu, menurut Subardono, kerap dilakukan karena debit air mulai mengecil, sementara petani membutuhkan banyak air karena masih memaksakan diri menanam padi.

Dari 993 bendung di Kabupaten Magelang, debit air di lebih dari 600 bendung di antaranya telah turun 30-80 persen.

Di Kabupaten Kebumen dan Banyumas, petani di lahan irigasi teknis yang mulai mengering memilih memanen lebih awal tanaman padi mereka. Selain karena pasokan air terus menyusut memasuki puncak kemarau, mereka memanfaatkan tingginya harga gabah di pasaran saat ini.

Pantauan Kompas, Senin, sebagian besar petani di sepanjang aliran irigasi teknis Waduk Sempor, Kecamatan Gombong, Kebumen, memanen padi yang belum cukup usia panen. Di sekitar lahan-lahan itu saluran irigasi sudah mengering.

M Hidayat (56), petani Desa Sempor, mempercepat panen padi karena air irigasi sudah mengering. "Sebenarnya kurang sekitar 1-2 pekan lagi, baru matang untuk dipanen, tetapi saya majukan karena air sudah habis. Paling-paling produksi agak menurun sedikit," ujarnya.

Kepala Balai Pengelola Sumber Daya Air (BPSDA) Serayu-Citanduy Arief Sugiarto mengatakan, debit sejumlah sungai yang selama ini diandalkan mengairi lahan-lahan pertanian di Banyumas terus berkurang.

Di Jakarta, Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Mudjiadi, Senin, mengatakan, bantuan untuk mengatasi kekeringan dilihat sesuai dengan tingkat kebutuhan.

Kementerian PUPR menyiapkan 761 pompa air yang disebar ke 11 balai wilayah sungai (BWS) atau balai besar wilayah sungai (BBWS) di sembilan provinsi. Adapun suplai air bersih disalurkan menggunakan mobil tangki dan hidran umum di daerah yang krisis air bersih.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, kekeringan telah melanda 526 kecamatan di 77 kabupaten di 12 provinsi, dengan sekitar 111.000 hektar sawah mengalami kekeringan. Selain itu, 222.847 hektar sawah irigasi berpotensi mengalami kekeringan.

Langkah lain adalah membuat sumur dalam yang dilengkapi dengan pompa.

Untuk kondisi darurat terkait dengan air, lanjut Mudjiadi, Kementerian PUPR menyiapkan dana Rp 600 miliar pada 2015.

(CHE/EGI/GRE/NAD)

http://epaper1.kompas.com/kompas/books/150804kompas/#/21/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar