Minggu, 08 Desember 2013

19 Desa di Magelang Rawan Longsor

7 Desember 2013

Antisipasi Bencana

 MAGELANG, KOMPAS — Sebanyak 19 desa di lima kecamatan di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dinyatakan rawan longsor. Indikasinya terlihat dari munculnya titik-titik tanah longsor kecil, yang ditandai dengan kondisi tanah yang retak-retak dan ambles serta munculnya mata air. Ke-19 desa itu tersebar di Kecamatan Borobudur, Salaman, Sawangan, Kajoran, dan Bandongan.

Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Didik Wahyu Nugroho, Jumat (6/12), mengatakan, dengan kondisi ini warga diminta untuk meningkatkan kewaspadaannya dengan memperhatikan tanda-tanda bahaya yang mengindikasikan bakal terjadinya tanah longsor.

”Jika ada mata air baru yang mengeluarkan air berwarna keruh dan mendesak keluar, warga sebaiknya segera menyingkir
dari lokasi. Sebab, hal itu
menjadi tanda tanah di lokasi tersebut akan segera longsor,” ujar Didik.

Menurut Didik, karena intensitas hujan masih relatif rendah, seluruh daerah masih dinyatakan aman. Potensi tinggi longsor diprediksi terjadi pada puncak musim hujan yang diperkirakan terjadi pada Januari-Februari 2014.

So’im, Ketua Tim Siaga Bencana Menoreh, menambahkan, sejauh ini titik-titik tanah longsoran kecil sudah bermunculan di 10 desa di kawasan Bukit Menoreh. Di Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman, So’im mengatakan sudah ada dua titik tanah longsor di jalan antara Kecamatan Borobudur dan Salaman. ”Di dua titik itu, bahu jalan sepanjang 5-10 meter hilang karena longsor,” ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, di satu titik lain bahu jalan ambles sedalam 10 sentimeter dan panjang sekitar 30 meter. Dengan kondisi tersebut, truk tidak lagi bisa melewati jalan.

Sukisno, Kepala Desa Giripurno, Kecamatan Borobudur, mengatakan, sejak tahun lalu di desanya mulai muncul banyak retakan-retakan tanah. Selain di jalan dan di halaman, retakan juga muncul di tengah dan seolah membelah rumah.
Cuaca buruk di Aceh

Sementara itu, cuaca buruk yang ditandai dengan hujan deras disertai angin kencang di wilayah Aceh diperkirakan berlangsung hingga tiga hari kedepan. Sebab itu, masyarakat diminta mewaspadai cuaca buruk yang bisa memicu banjir seperti yang terjadi di Aceh Utara dan Aceh Timur dalam dua minggu terakhir.

Kepala Seksi Data dan Informasi pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Aceh Zakaria mengatakan, cuaca buruk yang terjadi di Aceh ini sebagai dampak tekanan rendah yang terjadi di selatan Sri Lanka dan selatan Pulau Sumatera. Akibatnya, angin dari Samudra Pasifik yang bertekanan tinggi berbelok ke arah Samudra Hindia dan melintas di Aceh.

”Dari pantauan kami, kondisi ini dapat berlangsung hingga dua sampai tiga hari ke depan. Curah hujan kemungkinan masih akan di atas 50 milimeter per jam dengan kecepatan angin sampai 16 knot per jam,” ujar Zakaria. (EGI/HAN/HRS)

http://epaper.kompas.com/kompas/books/131207kompas/#/22/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar