Minggu, 08 Desember 2013

Draf Baru soal Stok Pangan

7 Desember 2013

Para Ketua Delegasi Menyambut Gembira



NUSA DUA, KOMPAS — Perundingan Konferensi Tingkat Menteri Ke-9 Organisasi Perdagangan Dunia belum menyepakati seluruh isu. Akan tetapi, muncul draf baru soal solusi permanen stok pangan yang harus sudah disepakati pada pertemuan empat tahun mendatang

Demikian perkembangan terakhir KTM Ke-9 WTO di Bali hingga Jumat (6/12) pukul 23.00. Semalam, pembahasan tingkat Kepala Delegasi KTM Ke-9 WTO melahirkan draf untuk sejumlah kesepakatan baru. Para kepala delegasi menyambut gembira.

Namun, delegasi Kuba masih ingin menyampaikan pendapat. Kesempatan diberikan pada pertemuan kepala delegasi dini hari tadi. Hingga semalam, belum ada kepastian apakah draf tersebut akan disepakati.

Menurut juru bicara WTO, Keith Rockwell, sudah ada kesepakatan antara India dan AS terkait sejumlah isu penting yang menjadi perhatian mereka.

”Mereka bahkan berpelukan,” katanya. Meski begitu, belum diketahui apa yang ingin disampaikan Kuba dalam pertemuan ketua delegasi dini hari tadi.

Dalam draf tersebut, terungkap bahwa terkait stok publik untuk ketahanan pangan anggota WTO menyepakati bahwa dalam empat tahun lagi (KTM Ke-11) harus sudah disepakati solusi permanen terkait stok pangan.

Solusi permanen akan diterapkan untuk negara berkembang saja. Selama belum tercapai solusi permanen, negara berkembang boleh melakukan penumpukan stok pangan untuk ketahanan pangan negaranya.

Negara berkembang itu harus menotifikasi besaran subsidi mereka kepada komite pertanian dan melaporkan data terkait subsidi domestik, baik berupa nilai, volume, lembaga yang melakukan pemupukan stok, berbagai kebijakan dan peraturan terkait subsidi, jenis pangan pokok, juga nama program.

Mereka harus melaporkan antara lain terkait harga penjualan dan stok akhir. Data dalam tiga tahun terakhir dikumpulkan untuk menentukan jumlah dukungan

Sementara itu, Sekretaris Komite Ekonomi Nasional Aviliani mendorong Indonesia memperkuat perdagangan dengan G-33. Kepentingan dan persoalan masing-masing negara berbeda sehingga perdagangan bilateral lebih cocok. (AHA/MAS/DIA/JON)

http://epaper.kompas.com/kompas/books/131207kompas/#/17/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar