Jumat, 20 September 2013

Gula Rafinasi Diselidiki

20 September 2013

Penghapusan Bea Masuk Impor Kedelai Dibahas Hari Ini.

MALANG KOMPAS — Menteri Perdagangan Gita Wirjawan akan menindak keras pelaku penyalahgunaan gula rafinasi. Saat ini, Kementerian Perdagangan sedang menyelidiki kasus dugaan perembesan gula rafinasi ke pasar gula kristal putih untuk masyarakat luas.

”Sekarang kami sedang menyelidiki kasus ini. Jika ditemukan, akan saya tindak tegas. Kami propetani,” ujar Gita Wirjawan, Kamis (19/9), di Malang.

Pernyataan Gita tersebut buntut dari demo petani tebu, beberapa waktu lalu. Mereka menuntut agar pemerintah mengendalikan distribusi gula rafinasi yang merembes ke pasar gula kristal putih sehingga menekan harga gula di tingkat petani.

Faiqul Iman, petani tebu asal Pajarakan, Probolinggo, Jawa Timur, berharap, ada kejelasan distribusi gula rafinasi. Dengan demikian, masyarakat secara luas bisa turut mengontrol distribusinya.

”Jika memang ada penyimpangan, petani atau masyarakat bisa ikut melaporkannya kepada pemerintah. Ini asalkan ada kejelasan soal distribusi gula rafinasi tersebut,” ujar Faiqul.

Pengurus Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) PG Pajarakan Probolinggo tersebut mengatakan, jika tidak ada kejelasan soal distribusi gula rafinasi, dimungkinkan oknum nakal akan bermain-main merembeskan gula rafinasi untuk konsumsi masyarakat.

”Intinya harus ada pengawasan dari pemerintah atau lembaga tertentu yang ditunjuk untuk mengawasi distribusi gula rafinasi. Tujuannya agar jelas alur distribusi gula rafinasi sehingga tidak merugikan petani tebu,” ujarnya.

Saat ini, harga gula saat lelang hanya sekitar Rp 9.200 per kg. Adapun harga gula eceran hanya Rp 10.000 per kg. ”Harga itu jauh dibandingkan dengan posisi sama tahun lalu, yaitu Rp 13.000-14.000 per kg,” ujar Faiqul.

Turunnya harga gula, menurut Faiqul, sangat tidak masuk akal, apalagi saat produksi tebu terganggu cuaca seperti saat ini. ”Seharusnya saat produksi tebu menurun seperti saat ini, harga gula naik. Namun, kenapa ini justru turun? Jelas ini karena ada gula lain masuk pasar,” ujar Faiqul.

Saat ini, produksi gula PG Pajarakan, menurut Faiqul, turun sekitar 30 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu. Tahun lalu, pada posisi yang sama, produksi gula total per hari sekitar 4.000 ton per hari. Saat ini, produksi masih 2.500 ton per hari.
Bea masuk dihapus

Pemerintah menghapus bea masuk kedelai impor hingga harga kedelai kembali stabil. Untuk mencegah terulangnya gejolak harga kedelai dalam negeri, pemerintah juga akan menghapus sistem importir terdaftar.

”Bea masuk dihapus sementara hingga harga stabil. Jika tidak demikian, kita tidak bisa menolong para perajin,” ujar Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa di Kantor Presiden.

Menurut Hatta, penghapusan bea masuk sebesar 5 persen itu tidak akan mengganggu petani kedelai dalam negeri. Alasannya, petani Indonesia saat ini belum panen. Selain itu, harga kedelai sekarang hampir Rp 10.000 per kilogram. Jika dikurangi 5 persen, harganya masih tetap tinggi sehingga tidak mengganggu petani lokal.

Gita Wirjawan mengatakan, pemerintah akan mengubah sistem impor kedelai. Sistem importir terdaftar (IT) akan diganti dengan importir umum (IU).

Dengan cara itu, semua perusahaan dapat mengajukan izin untuk mendatangkan kedelai dari luar negeri.

”Peraturan menterinya akan direvisi minggu ini. Jadi, nanti siapa saja yang mau impor boleh,” ucap Gita. (DIA/ATO/WHO/EKI/RWN)

 http://epaper.kompas.com/kompas/books/130920kompas/#/22/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar