Senin, 23 September 2013

Petani Tetap Tanam Padi, Hama Merebak

23 September 2013

MADIUN, KOMPAS — Kecenderungan petani yang enggan mematuhi pola tanam membuat mata rantai makanan sulit diputus. Seperti saat ini, kecenderungan petani tetap menanam padi dan bukannya palawija menyebabkan serangan hama merebak dan mengancam tanaman padi musim kemarau II.

Di daerah lumbung padi di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, misalnya, tanaman padi yang baru berumur satu bulan banyak yang terserang wereng coklat. Kurang dari tujuh hari sudah 90 hektar tanaman padi yang diserang wereng coklat. Ada 500 hektar tanaman padi yang terancam terserang wereng coklat.

Hama wereng, penggerek batang, bahkan tikus juga mengancam sedikitnya 800 hektar lahan pertanian di Kabupaten Cirebon dan 10.000 hektar lahan pertanian di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, pada musim gadu kali ini. Sejumlah petani di daerah pantai utara Jawa Barat itu juga memaksakan tanam padi di musim kering.

Wakil Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu Sutatang, Minggu (22/9), di Indramayu, mengatakan, siklus hama menjadi tidak terputus di daerah-daerah tertentu yang menanam padi. Ini karena daerah lain sudah tidak menanam padi. Di Indramayu ada tiga kecamatan yang masih menanam padi, yakni Bangodua, Widasari, dan Tukdana.
Sisa musim tanam I

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Madiun Mochammad Nadjib mengatakan, merebaknya hama wereng coklat ini disebabkan masih adanya sisa telur pada musim tanam kemarau I. ”Idealnya, setelah tanaman padi, pada musim kemarau II ini petani menanam palawija. Tanaman ini bisa memutus rantai makanan hama wereng sehingga tidak berkembang bahkan mati,” katanya.

Dari 38.000 hektar areal sawah di Madiun seharusnya ditanami palawija pada musim kemarau II. Namun, petani nekat menanam padi seluas 14.000 hektar.

Suyitno, petani di Kecamatan Pilangkenceng, mengatakan, diririnya bukan tidak tahu pola tanam. Namun, hasil palawija, seperti kedelai, jagung, dan ketela, sangat kecil, sedangkan masa tanam sama dengan padi, yakni empat bulan. (NIK/ETA/REK)


http://epaper.kompas.com/kompas/books/130923kompas/#/23/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar