Senin, 10 Februari 2014

Kedaulatan Pangan Vital, BPK Pantau 97 Sentra Produksi

Senin, 10 Februari 2014

JAKARTA, KOMPAS — Badan Pemeriksa Keuangan menilai, kedaulatan pangan sangat vital bagi sebuah negara. Untuk itu, lembaga ini ikut memantau daerah sentra pangan.
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Hadi Poernomo dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu (8/2), mengungkapkan, Indonesia berpotensi runtuh kalau tidak bisa memenuhi kebutuhan pangannya. Penyediaan pangan tidak bisa hanya mengandalkan negara lain karena tiap negara akan mendahulukan kepentingan negaranya.

”Produksi pangan harus bisa dilakukan secara mandiri agar Indonesia bisa berdaulat atas pangan. Sistem usaha tani/produksi harus disesuaikan dengan sumber daya yang ada,” katanya.

Dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan, BPK terus melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan dilakukan di 97 kabupaten dan 9 provinsi sentra produksi beras nasional.

Hasil pemeriksaan BPK pada 2010-2012 menunjukkan, masih ada kelemahan, kelalaian, kurang pembinaan, dan lemahnya pengawasan sehingga pencapaian target tidak efektif dan anggaran boros. Ketidakefektifan penggunaan anggaran juga terjadi pada program perluasan lahan pertanian.

Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Udhoro Kasih Anggoro dalam diskusi itu mengungkapkan, upaya meningkatkan produksi melalui perluasan lahan pertanian, baik di Jawa maupun luar Jawa, belum berjalan optimal.

Data Kementerian Pertanian menunjukkan, laju alih fungsi lahan pertanian per tahun 100.000 hektar, tetapi cetak sawah baru per tahun kurang dari 50.000 hektar.

Konsumsi utama
Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Suahasil Nazara mengatakan, sebesar 65 persen konsumsi utama kelompok miskin adalah makanan. Dari jumlah itu, sekitar 29 persen adalah beras, 28 persen bahan makanan lain.

Dari data kemiskinan, pada 2003 populasi penduduk miskin di Indonesia 37,34 juta jiwa (17,42 persen), pada September 2013 turun menjadi 28,55 juta jiwa (11,47 persen). ”Terjadi penurunan jumlah penduduk miskin ataupun angka kemiskinan. Tetapi, kalau perbandingannya dilakukan tahunan, baik Maret 2013 ke Maret 2012 maupun September 2013 ke September 2012, penurunan kemiskinan makin melambat,” katanya. (MAS)

http://epaper.kompas.com/kompas/books/140210kompas/#/19/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar