Sabtu, 08 Februari 2014

Pemerintah Beri Ganti Rugi Rp 2 Juta/ha Bagi Petani Gagal Panen

Sabtu, 8 Februari 2014

Gagal panen, akibat bencana alam
Pemerintah akan memberikan ganti rugi bagi para petani yang sawahnya terkena puso (gagal panen atau rusak parah) akibat terendam banjir hingga Rp2 juta per hektar (ha).

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa  mengatakan berdasarkan data dari Kementerian Pertanian lahan sawah yang terkena puso akibat banjir sekitar 39 ribu ha, dan ini akan segera ditangani cepat oleh Kementerian Pertanian.

“Sudah ada dananya untuk membantu sawah-sawah kita yang terkena puso agar produksi tidak terganggu, dan kita harapkan dalam 10 hari ked epan berdasarkan laporan dari BMKG curah hujan sudah mereda dan gelombang kembali kepada normal,” ujar Hatta usai rakor pangan distribusi barang dan perbaikan jalan di Kementerian Perekonomian, Jakarta, Jumat (7/2).

Wakil Menteri Rusman Heriawan menambahkan, pihaknya telah menyiapkan dana Rp200 miliar sebagai kompensasi petani yang sawahnya rusak parah karena banjir.

“Kalau rusaknya sampai 75 persen dia akan dapat penggantian per ha antara Rp1,7 juta sampai Rp2 juta supaya petani dapat fresh money bisa beli bibit ulang dan pupuk (subsidi) supaya lebih murah. Supaya petani bisa tetap menanam,” jelas Rusman.

Adapun mengenai penyalurannya, menurut Rusman, dana Rp200 miliar untuk ganti rugi petani gagal panen itu nantinya akan disalurkan oleh Dinas Pertanian setempat

Tidak Ganggu Pasokan Pangan

Dalam kesempatan itu Menkp Perekonomian Hatta Rajasa juga mmengatakan, bahwa  cuaca buruk yang melanda beberapa daerah di tanah Tanah Air belakangan ini tidak sampai menggangu pasokan pangan dan distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM).

“Pangan dalam keadaan cukup walaupun ada gangguan curah hujan yang tinggi dan banjir, tidak ada laporan kelangkaan bahan pangan kita, ketersediaan cukup,” ujar Hatta.

Namun, diakui Menko Perekonomian cuaca buruk yang mengakibatkan jalan terputus akibat banjir ini, mengakibatkan kenaikan harga beberapa komoditas seperti cabe rawit, terigu, cabe merah, kedelai, daging sapi, tempe, ikan kembung.

“Untuk ikan segar memang penyumbang inflasi di Januari yang tinggi, ini bisa kita pahami karena cuaca ekstrim , gelombang 2-7 meter sehingga sebagian besar nelayan kita tidak melaut ini bisa kita pahami,” papar Hatta.

Selain ada kenaikan harga komoditas pangan, penurunan harga dan harga stabil juga terjadi, seperti daging ayam ras, bawang merah dan bawang putih mengalami penurunan, dan yang stabil adalah gula pasir, beras, minyak goreng, beras termurah.

“Dari situ bisa kita simpulkan bahwa ketersediaan cukup, pasokan cukup walaupun ada gangguan pada distribusi pada hari-hari terakhir kemarin, namun tidak ada distribusi yang mengalami stagnasi, semua sampai ke daerah-daerah termasuk pulau-pulau didaerah timur Indonesia,” ungkapnya.

Sama halnya dengan pangan, menurut Menko Perekonomian, pasokan BBM juga tidak terjadi kelangkaan walaupun ada gangguan terhadap distribusi karena ombak yang tinggi. Namun semua dapat diatasi oleh Pertamina.

“BBM kita cukup dengan ketersedian rata-rata  diatas 18 hari bahkan untuk minyak atau BBM yang non subsidi stok ketersediaan ketahanannya sampai 90an hari,” ungkap Hatta.

Menko Perekonomian mengimbau semua kementerian untuk saling berkoordinasi sehingga kebutuhan pokok aman dan bisa menekan laju inflasi. “Kita bertekat untuk mengendalikan inflasi karena target kita inflasi 4,5% plus minus 1% kita akan capai dengan melakukan koordinasi dan kerjasama dengan tim pengendalian inflasi daerah untuk menjaga inflasi daerah,” pungkas Hatta.

(Humas Kemenko Perekonomian/ES)

http://setkab.go.id/berita-12027-pemerintah-beri-ganti-rugi-rp-2-jutaha-bagi-petani-gagal-panen.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar